Mahasiswa UKDW Manfaatkan Teknologi Guna Mengontrol Ketaatan OTG Covid

Tim mahasiswa Fakultas Teknologi Informasi (FTI) Universitas Kristen Duta Wacana (UKDW) Yogyakarta mengusulkan suatu alat pendeteksi Covid-19 bernama ‘Co-Hand’ yang berbentuk gelang dengan bahan wristband, dilengkapi dengan sensor suhu, lampu indikasi, dan sensor yang dapat mendeteksi suhu tubuh serta jarak dengan orang sekitar. Rancangan gelang Co-Hand karya Syska Finalia Moreng, Shalommita Pranatantri, Kevin Alvaro Adianto, Gracia Zerlinda Puspita, dan Ruth Wira Satya Utama Sinaga ini juga berhasil mendapatkan dana hibah dalam Program Kreativitas Mahasiswa (PKM) Skema Gagasan Futuristik Konstruktif.

Syska Finalia Moreng selaku ketua tim menjelaskan inovasi ini diharapkan menjadi solusi untuk menekan angka penyebaran virus Covid-19 dan membantu pemerintah mengontrol aktivitas pasien orang tanpa gejala (OTG). Gelang Co-Hand akan menjamin bahwa OTG akan melakukan isolasi mandiri secara tertib sehingga penyebaran Covid-19 dapat diturunkan secara drastis.

“Penanganan terhadap Covid-19 menjadi salah satu tujuan pembangunan berkelanjutan (SDGs), yaitu diperolehnya kesehatan dan kesejahteraan masyarakat yang baik (SDGs ke-3). Kesehatan masyarakat tidak akan terjamin selama pandemi Covid 19 belum berakhir. Ada 2 faktor utama yang menyebabkan pandemi Covid-19 tidak segera berakhir. Pertama, masih banyaknya masyarakat yang kurang mengindahkan protokol kesehatan ketika mereka di area umum. Kedua, masih banyak masyarakat yang tidak menyadari bahwa dirinya rentan menjadi carrier Covid-19 atau biasa disebut orang tanpa gejala (OTG) sehingga ia merasa aman saja untuk melakukan kontak dengan banyak orang,” urai Syska, Selasa (25/5).

Lebih lanjut Syska menerangkan Gelang Co-Hand memiliki dua fungsi utama yaitu mendeteksi apakah OTG masih positif Covid-19 melalui denyut nadi di pergelangan tangan, suhu tubuh, dan hembusan nafasnya. Gelang ini akan mengirim informasi ke pusat data penanggulangan Covid. Gelang ini juga mendeteksi apakah OTG melakukan isolasi mandiri dan protokol Kesehatan. “Deteksi isolasi mandiri dilakukan gelang Co-Hand dengan cara mendeteksi apakah pemakai berada di radius kurang dari 50 meter dari lokasi isolasi mandiri. Jika pemakai melewati batas tersebut, gelang Co-Hand akan mengeluarkan bunyi untuk memperingatkan pemakai. Selain itu, gelang Co-Hand akan mengirimkan geolokasi pemakai ke pusat data penanggulangan Covid karena gelang ini didukung dengan sistem global positioning system (GPS),” jelasnya. 

Selain itu ada deteksi kepatuhan untuk menjauhi kerumunan. Gelang Co-Hand mendeteksi apakah pemakai berada dalam jarak kurang dari 2 meter dengan orang lain selama lebih dari 5 detik. Deteksi dilakukan melalui laser pengukur jarak dan suhu. “Apabila terjadi pelanggaran, gelang Co-Hand akan mengeluarkan bunyi yang terdengar oleh orang di sekitar pemakai sehingga kerumunan akan menjauhinya. Jika selama 30 detik kerumunan masih terdeteksi, gelang Co-Hand akan mengirimkan data geolokasi terjadinya kerumunan pada pusat data penanggulangan Covid. Sehingga satgas bisa menelpon dan memperingatkan pemakai,” imbuhnya.

Drs. Jong Jek Siang, M.Sc. selaku dosen pembimbing sekaligus Ketua Prodi Sistem Informasi UKDW menyebutkan bahwa apabila gelang Co-Hand berhasil dibuat oleh pemerintah, diyakini Indonesia akan segera terbebas dari pandemi. “Saya mengapresiasi usaha keras kelima mahasiswa pengusul sehingga proposalnya lolos PKM skema Gagasan Futuristik-Konstruktif (GFK), apalagi mayoritas pengusulnya adalah mahasiswa semester 2. Terlebih di masa pandemi yang mengharuskan semua pengerjaan dilakukan secara daring masih dapat berprestasi di tingkat nasional,” terangnya.