Ketua Grup Kerja Sama Bilateral (GKSB) Parlemen Indonesia – Brazil Luluk Nur Hamidah mengatakan Indonesia dan Brazil akan terus meningkatkan hubungan kerja sama yang lebih baik. Peningkatkan hubungan kerja sama tersebut akan dilakukan pada beberapa sektor, seperti sektor perdagangan, pengalaman konservasi, agrikultur, tourism, hingga sektor olahraga.
“Mereka (Brazil) punya tim football yang juga sangat keren, jadi mungkin suatu saat mereka juga setuju kalau bisa dihadirkan, apakah itu trainer atau mungkin superstar, untuk membawa pesan-pesan yang baik di masyarakat, dan tentu saja parliament to parliament juga sangat penting, karena ini pilar demokrasi bagi setiap negara,” ungkapnya saat menggelar courtesy call dengan Duta Besar Republik Federasi Brazil untuk Indonesia José Amir da Costa Donelles, di Kedutaan Besar Republik Federasi Brazil, Jakarta, Selasa (5/10/2021).
Anggota Fraksi Partai Kebangkitan Bangsa (F-PKB) DPR RI ini menambahkan, Indonesia dan Brazil memiliki banyak kesamaan baik dari segi penduduk, culture, dan komitmen untuk menjaga dan melestarikan lingkungan. Sehingga banyak yang bisa dipelajari dari kerja sama yang terjalin antara Indonesia dan Brazil.
“Mereka (Brazil) itu the largest biodiversity dan kita the second largest, jadi pengalaman Brazil untuk memiliki komitmen pembangunan yang berorientasi kepada kelestarian lingkungan saya kira juga menjadi bagian penting untuk kita pelajari,” tambah Anggota Komisi IV DPR RI ini.
Untuk itu, hubungan bilateral yang sudah terjalin baik selama ini perlu terus diaktivasi. Oleh karena itu, Luluk berharap ke depannya kerja sama antara Indonesia dengan Brazil dapat membawa kemanfaatan dan kemaslahatan yang baik bagi kedua belah pihak. “Jadi tugas kita melakukan diplomasi parlemen ini ke Brazil karena ada banyak kerjasama sebelumnya, tetapi kita ingin kerja sama Indonesia dengan brasil benar-benar membawa kemanfaatan untuk rakyat Indonesia,” imbuhnya.
Pada pertemuan dengan Dubes José Amir da Costa Donelles tersebut, Luluk juga membahas permasalahan terkait dengan aturan World Trade Organization (WTO) dalam perdagangan ternak antara Indonesia dan Brazil. “Saya kira dengan adanya dialog yang lebih bagus dan kesepahaman tentang pentingnya hubungan antara kedua negara, parlemen bisa melakukan diplomasi untuk bisa membantu pemerintah. Hal-hal seperti ini bisa kita cegah jauh-jauh hari,” tutup Luluk. (bia/sf)