Surakarta, Kemendikbud–Kepala Biro Perencaaan dan Kerja Sama Luar Negeri Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (BPKLN Kemendikbud), Suharti, merencanakan membuka peluang bagi para alumni penerima beasiswa Darmasiswa untuk melanjutkan studi budaya dan seni di Indonesia.
Dengan demikian, para alumni tersebut dapat memperdalam pengetahuan tentang nilai kearifan lokal Indonesia, dan menjadi partner diplomasi budaya di dunia internasional. Hal ini dikemukakan Suharti saat menutup program Darmasiswa tahun ajaran 2018/2019, pada Rabu (18/6/2019), di Kota Surakarta.
“Kami juga berharap para alumni dapat melanjutkan studi budaya di Indonesia. Kami mewacanakan untuk membuka peluang para mahasiswa asing agar dapat melanjutkan studi budaya di Indonesia,” ujar Suharti.
Darmasiswa merupakan program beasiswa selama setahun bagi para siswa asing yang ingin belajar budaya dan seni Indonesia. Para peserta Darmasiswa akan mengikuti kegiatan perkuliahan seni dan budaya Indonesia di berbagai perguruan tinggi negeri dan swasta yang tersebar di seluruh wilayah Indonesia. Pada tahun ajaran 2018/2019, program Darmasiswa diikuti sebanyak 679 siswa dari 82 negara.
Guntur, Rektor Institut Seni Indonesia (ISI) Surakarta, menyampaikan beberapa alumni program Darmasiswa melanjutkan studi di ISIZ Surakarta. “Kami mencontohkan alumni bernama Leon Gilberto melanjutkan studi S2 di ISI Surakarta. Siswa ini merupakan lulusan Sarjana dari negara Meksiko dan ada juga dari Srilanka bernama Dilcky,” ujarnya.
Rektor Guntur berharap pengalaman belajar budaya selama setahun di Indonesia dapat menjadi dasar untuk membina hubungan, bahkan membangun citra positif Indonesia di negara asal alumni Darmasiswa. “Semoga jadi modal awal untuk berhubungan dan membangun citra positif di negara asal alumni Darmasiswa. Jadilah duta seni budaya Indonesia di negara saudara dan negara lain,” imbau Guntur.
ISI Surakarta yang menjadi tuan rumah penyelenggaraan pembekalan kepulangan para mahasiswa penerima beasiswa Darmasiswa tahun 2018/2019, telah berpartisipasi menjadi pengelola Darmasiswa sejak tahun 1974, saat itu masih berstatus sebagai Akademi Seni Karawitan. Tahun ini, sebanyak 15 mahasiswa dari sembilan negara belajar seni dan budaya Indonesia di ISI Surakarta.
Saat ini, persiapan penerimaan peserta Darmasiswa untuk tahun depan sudah mulai dilakukan. Kepala Biro Suharti mengungkapkan, “Sudah mulai bekerja untuk (Darmasiswa) tahun ajaran 2019/2020, dan bekerja sama dengan Kementerian Luar Negeri dan perwakilan Kedutaan Besar Republik Indonesia,” jelasnya.
Bahasa Indonesia jadi prodi favorit
Bahasa Indonesia menjadi program studi favorit bagi para penerima beasiswa Darmasiswa tahun ajaran 2018/2019. Kesederhanaan tata bahasa menjadi daya tarik tersendiri bagi para peserta didik asing untuk mempelajarinya. Demikian testimonial salah seorang mahasiswa penerima beasiswa Darmasiswa tahun ini mengenai pertimbangannya memilih studi bahasa Indonesia.
Mona Fauzi Mahmud (25), salah seorang peserta dari Mesir, menjelaskan ketertarikannya terhadap bahasa Indonesia dimulai saat dia memasuki bangku perkuliahan. Selama setahun, Mona mempelajari bahasa Indonesia sambil mengikuti program perkuliahan diploma bahasa Spanyol di negaranya. “Saya belajar bahasa Indonesia di Mesir selama setahun tapi tidak penuh setahun, ada berhenti mulai, berhenti mulai setiap dua bulan dalam setahun,” ujarnya saat mengunjungi Keraton Surakarta, Selasa (18/6/2019). Selama mempelajari bahasa Indonesia, pengucapan lafal konsonan menjadi kesulitan tersendiri baginya. Mona mencontohkan ketika melafalkan huruf ‘ng’ seringkali menemui kesalahan pengucapan. “Ketika berbicara, ‘ng’ seperti jangan. Di Mesir tidak ada ‘ng’ seperti bingung, saya hapus ‘g’ sehingga menjadi binun, saya hapus itu,” ujarnya.
Peserta lain pun mengakui, penguasaan bahasa Indonesia menjadi kunci untuk dapat memperdalam budaya dan seni Indonesia. Latski (30), peserta Darmasiswa dari Slovakia, mengungkapkan pembelajaran bahasa Indonesia selama setahun membantunya untuk mengenal Indonesia lebih mendalam. “Saya belajar bahasa Indonesia di sini (Indonesia), bisa mengenal Bali dari tampilan berbeda, saya tadinya hanya kenal Bali sebagai tempat wisata favorit di negara saya, ada pantai, klub, surfing, semua,” ujarnya. Bali itu, lanjutnya, memiliki sisi yang berbeda, ada value yang saya temui tidak ada di negara saya, yang saya dapatkan ketika kami berkunjung ke Kampung Ammet di Bali. “Kampung ini memiliki nilai otentik, sangat berbeda dengan Bali yang saya tahu, warga saling mengenal satu dengan yang lain, tidak ada ribut, kafe atau banyak para bule. Ini buat saya makin mencintai kultur Indonesia,” ujarnya.
Mona yang mengikuti perkuliahan jurusan bahasa Indonesia di Politeknik Negeri Malang. Diungkapkannya, penggunaan bahasa Indonesia selama studi membantunya mengenal nilai-nilai kultural masyarakat Jawa. “Selama studi, pakai bahasa Indonesia, adaptasi di Malang tidak susah, saya jadi tahu kalau orang Jawa ramah, suka senyum, dan saling membantu, terutama kalau saya temui orang jual sayur, pergi berbelanja ke toko, semuanya,” ujar Mona.
Hanna Hiebern (21), menjelaskan berbahasa Indonesia mengasah kemampuannya dalam bidang seni dan kerajinan tangan khas Indonesia. Dia mengakui kemampuan bahasa Indonesia didapatnya dengan menjadi tenaga pengajar sukarelawan di Tulungagung, Jawa Timur beberapa waktu lalu. “Saya jadi volunteer mengajar bahasa Inggris di Tulungagung Jawa Timur, jadi saya mampu berbahasa Indonesia,” ujarnya. Pengalaman mengajar itu membuatnya tertarik untuk mempelajari kerajinan khas Indonesia. “Saya mengikuti program Darmasiswa di ISI Yogyakarta dengan jurusan seni batik, belajar membuat batik, selendang, melukis di baju,” ujarnya.
Menurutnya, batik merupakan seni yang sangat menarik, membutuhkan kemampuan dan kesabaran tersendiri. “Saya selama belajar, fokus untuk membuat batik karena indah, bagus sekali. Tetapi, belajarnya semua susah, pakai canting susah, lilin susah, melukis di baju susah,” ujarnya. Ke depan, Hanna berencana untuk dapat kembali ke Indonesia lagi. “Darmasiswa buat saya lebih cinta hasil karya masyarakat Indonesia. Saya pun dapat kesempatan belajar bersama teman-teman dari negara lain, ada dari Thailand, Vietnam, Colombia, Meksiko, Madagaskar, juga Eropa, dan mengambil jurusan macam-macam, seperti jurusan seni batik, karawitan. Saya ingin kembali lagi ke Indonesia selesai ini, dapat belajar batik (Indonesia) lain lagi,” ujar Hanna.
Mitra Energi Persada, Lion Air, Lion Air Parcel, Vivo, UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, Signify, Malindo Air, Archipelago International, Kementerian RI, Kemendikbud RI, KKP RI, Kemenperin RI, Inspirational Video, Business Motivational Video, Mengoptimalkan Mode Kamera Pro vivo V15 untuk Atasi Kondisi Minim Cahaya, Bantuan KKP di Kerinci, Program DAK dari Kemendikbud,