Jadikan Kasus Meninggal Omicron Sebagai Peringatan

Dua orang pasien Covid-19 varian Omicron meninggal dunia pada Sabtu (22/1/2022). Keduanya memiliki komorbid atau penyakit penyerta, dan seorang punya riwayat ke luar negeri. Anggota Komisi IX DPR RI Rahmad Handoyo mengajak semua pihak untuk menjadikan dua kasus kematian akibat varian Omicron tersebut  sebagai peringatan, dalam menghadapi lonjakan Omicron yang diprediksi bakal terjadi antara pada Februari-Maret.

“Sudah ada dua pasien varian Omicron yang meninggal. Artinya sudah ada case fatality rate-nya.  Saya kira ini membuktikan bahwa Omicron itu memang bahaya dan nyata, sekaligus juga  beresiko bagi orang-orang yang belum divaksin serta terhadap orang yang meskipun sudah divaksin tapi punya komorbid,” kata Rahmad dalam keterangan pers yang diterima Parlementaria, Senin (24/1/2022).

Dua orang pasien Covid-19 varian Omicron di Indonesia dilaporkan meninggal tersebut diketahui, satu kasus yang merupakan transmisi lokal meninggal di Rumah Sakit Sari Asih Ciputat. Sedangkan pasien lainnya, yang merupakan pelaku perjalanan luar negeri, meninggal di RSPI Sulianti Saroso. Keduanya merupakan pelaporan fatalitas pertama di Indonesia akibat varian Omicron yang memiliki daya tular tinggi.

Baca juga  Presiden: Manfaatkan OOC 2018 untuk Kepentingan Nasional

Rahmad mengatakan, jika melihat  badai Omicron yang menerjang berbagai negara di dunia, maka bisa diprediksi Indonesia sendiri tidak akan  bisa menghindar dari varian Covid-19 yang disebut penularannya sangat cepat tersebut. “Sudah terbukti, Omicron merebak di seluruh negara di dunia, kita pasti tidak akan bisa menghindar. Yang penting saat ini bagaimana agar lonjakan bisa kita antisipasi, bisa kita meminimalkan puncaknya dan jangan sampai menimbulkan korban,” bebernya.

Lanjut Rahmad, jika berkaca dari berbagai negara serta data statistik yang ada menunjukkan puncak omikron akan terjadi antara 30-70 hari  setelah pertama kali ditemukan di Afrika Selatan Desember lalu. “Itu puncaknya ya, ada yang sampai 30 hari 40 hari ada sampai baru 70 hari baru pada saat puncaknya baru mengalami proses fase penurunan.  Karena itulah kita mempersiapkan diri dalam waktu dekat ini, karena  diprediksi akan terjadi lonjakan Omicron yang besar,” katanya.

Baca juga  Gerbang Internasional Dibuka, Pemerintah Harus Jamin Keselamatan Rakyat

Politisi PDI-Perjuangan ini menilai, semua pihak harus  mempersiapkan diri dengan baik secara psikologis untuk menghadapi lonjakan varian Omicron, dalam artian tetap tenang dan tidak panik. Mencerna informasi dengan benar serta melakukan hal-hal pencegahan sesuai dengan anjuran pemerintah. “Saya kira kita harus mempersiapkan diri dengan baik dan melakukan langkah dan tindakan yang tepat sesuai dengan anjuran pemerintah. Itu saya kira yang terpenting,” katanya.

Rahmad berharap seluruh warga negara saling mengingatkan bahwa varian Omicron tidak bisa dianggap remeh dan tidak berbahaya. Dikatakan, data menunjukkan di luar negeri banyak yg sudah meninggal karena Omicron. “Kita harus saling mengingatkan karena Omicron berisiko bagi orang-orang  yang punya komorbid maupun orang yang sama sekali belum vaksin. Sedangkan kita tahu masih jutaan rakyat yang belum divaksin. Ini harus menjadi perhatian bersama dan menjadi kita untuk semakin hati-hati,” imbuhnya.

Rahmad mengatakan berdasarkan kondisi di atas, pihaknya mendorong pemerintah untuk terus menggencarkan vaksinasi, terutama untuk pemerintah daerah. “Untuk menggencarkan dan menggiatkan lagi vaksinasi komplit tentu yang dasar dulu yang utama satu harus gencar, karena masih banyak yang belum vaksin kedua yang harus dikejar. Dan yang ketiga kepada pemerintah untuk segera melakukan booster dengan cepat walau sekarang sudah berproses,” pesan legislator dapil Jawa Tengah V tersebut.

Baca juga  Laznas BSMU Dukung Program Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat Berbasis Masjid

Pemerintah harus tetap fokus melakukan testing, tracing, dan treatment (3T). Selain itu, pemerintah juga harus koordinasi dengan seluruh fasilitas kesehatan, mulai dari rumah sakit, obat-obatan, vitamin dan lainnya. Ia juga mengimbau masyarakat agar tidak panik apalagi ketakutan. “Tetap mengikuti aturan yang ditetapkan pemerintah. Kalau memungkinkan kita dorong untuk Work From Home (WFH), kerja di rumah karena Omicron dalam beberapa waktu kedepan akan terjadi lonjakan besar nah itu kita harus hindarkan,” katanya. (hal/sf)