Jumat (05/03/2021), di Istana Kepresidenan Bogor, Jawa Barat. Presiden RI Joko Widodo (Jokowi) mengungkapkan dengan jumlah penduduk sebesar 270 juta jiwa, Indonesia memiliki pasar domestik yang sangat besar. Hal tersebut disampaikannya pada Peresmian Pembukaan Rapat Kerja Nasional (Rakernas) XVII HIPMI Tahun 2021.
“Daya beli rakyat kita juga sangat besar, indeks konsumsi konsumen kita juga terus meningkat di angka 84,9 (persen) pada Januari 2021, setelah sebelumnya turun 79 (persen) di Oktober 2020. Konsumsi rumah tangga kita juga sudah menunjukkan sinyal positif,” ujarnya.
Selain itu, Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia di tahun 2020 masuk 15 besar PDB dunia dan diprediksi sejumlah lembaga dunia akan menempati posisi 5 besar dengan PDB terkuat di dunia. Perekonomian Indonesia pada tahun 2021 ditargetkan tumbuh pada kisaran 4,5-5,5 persen.
“Perbaikan ekonomi Indonesia yang didukung dari sisi demand ini jangan sampai hanya menguntungkan produk dari luar negeri, tapi justru harus bisa meningkatkan konsumsi produk dalam negeri agar tercipta efek domino, sehingga dorongan untuk menggerakkan roda ekonomi di dalam negeri semakin besar,” ujar Presiden.
Pada kesempatan ini, Kepala Negara kembali mendorong penggunaan produk-produk Indonesia dan juga bangga terhadap produksi dalam negeri. Namun sejalan dengan itu, perlu dilakukan juga peningkatan kualitas produk dengan harga yang kompetitif sehingga dapat bersaing dengan produk sejenis dari luar negeri.
“Untuk menuju kepada sebuah loyalitas konsumen kita pada produk-produk dalam negeri memang ada syarat-syaratnya, kalau harganya kompetitif tentu saja, kalau kualitasnya baik tentu saja. Ini dari sisi produsen harus terus memperbaiki kualitasnya, memperbaiki packaging-nya, memperbaiki desainnya agar bisa mengikuti tren,” terangnya.
Disampaikan Presiden, ia juga telah meminta jajarannya untuk meningkatkan pemakaian produksi dalam negeri.
“Saya juga selalu menyampaikan kepada kementerian dan lembaga, kepada BUMN (Badan Usaha Milik Negara), semua BUMN untuk memperbesar TKDN (Tingkat Komponen dalam Negeri). Jangan sampai proyek-proyek pemerintah, proyeknya BUMN masih memakai barang-barang impor. Kalau itu bisa dikunci, itu akan menaikkan sebuah permintaan produk dalam negeri yang tidak kecil,” tegasnya.
Ditambah dengan ajakan pada masyarakat untuk cinta dan bangga terhadap produk nasional, Presiden meyakini akan mampu melonjakkan tingkat konsumsi produksi dalam negeri. Indonesia harus mampu memanfaatkan secara optimal pasar dalam negeri dan daya beli masyarakat yang sangat besar untuk mendongkrak ekonomi nasional.
Meskipun menggaungkan gerakan bangga buatan Indonesia, Kepala Negara menegaskan bahwa Indonesia menganut keterbukaan ekonomi.
“Saya tegaskan bahwa kita juga bukan bangsa yang menyukai proteksionisme karena sejarah membuktikan bahwa proteksionisme itu justru merugikan, tetapi kita juga tidak boleh menjadi korban unfair practices dari perdagangan dunia,” tegasnya.
Presiden juga menyampaikan, Indonesia selalu mengundang investasi dan teknologi maju untuk masuk ke dalam negeri sehingga dapat membuka lapangan kerja seluas-luasnya dan alih teknologi. Namun hal tersebut diarahkan ke dalam kerja sama yang saling menguntungkan.
“Kita ini maju bersama-sama, jangan mereka dapat untung, kita jadi penonton. Oleh sebab itu, selalu tadi saya sampaikan partnerkan dengan swasta, kita partnerkan dengan pengusaha daerah, partnerkan dengan BUMN,” tegasnya.
Presiden juga menekankan, agar jangan sampai terjadi praktik-praktik perdagangan yang tidak adil apalagi sampai membahayakan UMKM.
“Sekarang ini banyak praktik-praktik predatory pricing, hati-hati dengan ini, bisa membunuh yang kecil-kecil. Itu yang sudah berkali-kali juga saya sampaikan pada Pak Menteri, khususnya Menteri Perdagangan, agar ini betul-betul dipagari,” tandasnya. (TGH/UN)