Brick raih pendanaan sebesar $8.5m Guna Bangun Layanan API

Jakarta, 10 Februari 2022 – Brick meraih pendanaan sebesar $8.5 juta pada putaran seed funding yang dipimpin oleh modal ventura terkemuka, Flourish Ventures dan perusahaan modal ventura global, Antler. Beberapa investor lainnya yang turut serta dalam putaran ini adalah Trihill Capital, investor sebelumnya – Better Tomorrow Venture dan Rally Cap Ventures, serta beberapa figur terkemuka di dunia fintech; Sima Gandhi (Plaid, Creative Juice), Yan Wu (Bond), Brian Ma (Zero Down), Ooi Hsu Ken (Iterative), Amrish Rau (Pine Labs) dan Andrea Baronchelli (Aspire). Pendanaan ini mendukung visi Brick untuk memberdayakan generasi fintech masa depan dengan infrastruktur yang mudah digunakan dan hemat biaya.

Brick didirikan pada tahun 2020 oleh Gavin Tan dan Deepak Malhotra (CTO). Gavin merupakan salah satu karyawan terawal Aspire. Deepak sebelumnya membangun neobank unicorn pertama untuk millenial di India sebagai co-founder dan CTO di Slice.

“Brick sedang membangun rel fintech untuk perusahaan teknologi di Asia Tenggara,” tutur Gavin Tan, CEO. “Pendanaan ini membantu kami untuk tumbuh dengan cepat, mengembangkan platform teknologi kami untuk menawarkan beragam produk baru, serta mendukung lebih banyak developer di Asia Tenggara untuk membangun layanan keuangan yang inklusif. Kami senang menyambut Flourish dan membangun hubungan yang lebih dalam dengan Antler.”

Brick membangun Application Programming Interfaces (APIs) untuk fintech dan perusahaan teknologi. API Brick memudahkan platform fintech untuk menawarkan jasa pembayaran, kredit, investasi dan asuransi kepada konsumen dengan menghubungkan platform mereka dengan sumber data yang bersifat hyper-local. Contohnya, ketika konsumen ingin mengajukan pinjaman, teknologi Brick dapat menghubungkan platform dengan akun keuangan pengguna, atau mengumpulkan data dompet digital dan data ketenagakerjaan untuk membantu mempercepat proses pengajuan pinjaman.

Teknologi ini mengotomasi dan mengintegrasikan proses yang memakan waktu – mengumpulkan data dari berbagai sumber untuk memfasilitasi transaksi keuangan. Dengan teknologi ini, platform fintech dapat dengan cepat menawarkan berbagai produk keuangan yang terpersonalisasi – dan memperluas akses terhadap pembiayaan di Indonesia dan Asia Tenggara.

Brick sudah bekerjasama dengan ribuan developer di Indonesia dan memiliki lebih dari 50 klien termasuk beberapa perusahaan fintech konglomerat seperti Sinarmas Group dan Astra Financial. Brick mendukung lebih dari 13 juta panggilan API dan 1 juta konsumen setiap bulannya.

Sejak enam bulan terakhir, Brick sudah memperluas produk API yang ditawarkan untuk melayani perusahaan teknologi di Indonesia dengan lebih baik lagi. Selain produk Brick Data API, kini Brick juga menawarkan Brick Verification dan Brick Payments. Pengembangan produk API ini dapat melayani penggunaan yang lebih beragam dan mempermudah developer untuk membangun produk kelas-dunia hanya dengan 1 integrasi API. Contohnya, keseluruhan user journey dalam pengajuan pinjaman; mulai dari onboarding, underwriting sampai dengan pengiriman uang dapat di otomatisasikan dengan Brick Verification, Brick Data dan Brick Payments.

Meski saat ini masih fokus pada Indonesia, ekonomi terbesar di Asia Tenggara, Brick berencana untuk mengembangkan bisnisnya ke seluruh Asia Tenggara, dimulai dengan Singapura dan Filipina.

Investor

“Brick berada di posisi ideal untuk terus tumbuh, dengan tim yang hebat dan posisi terdepan di pasar, dengan dukungan regulasi yang kuat untuk Open Finance,” ujar Smita Aggarwal, Global Investments Advisor, Flourish Ventures. “Untuk mengkatalisasi pertumbuhan layanan keuangan di Asia Tenggara, dibutuhkan infrastruktur yang memungkinkan integrasi yang aman dan cepat untuk verifikasi identitas, penjaminan kredit, dan perencanaan keuangan bagi pelanggan. Kami senang dengan momentum yang telah dibuat Brick dalam waktu singkat dan bagaimana hal itu meningkatkan pengalaman pelanggan dalam mengakses produk keuangan digital. Kami percaya bahwa adopsi yang luas dari Open Finance dapat mempercepat inklusi keuangan di seluruh wilayah dan memberikan dorongan yang signifikan untuk pertumbuhan ekonomi. Kami berharap dapat bekerja sama dengan Brick karena ini mendukung kebangkitan keuangan di wilayah yang kini masih mengalami kesulitan dalam mengakses layanan perbankan.”

“Kami sangat senang dapat terus bermitra dengan Gavin Tan dan Deepak Malhotra,” kata Teddy Himler, Partner di Antler. “Kami percaya pada model dan visi Open Finance untuk Asia Tenggara. Dengan Brick, kami yakin kawasan ini akan memiliki ekosistem fintech yang lebih transparan, kompetitif, dan inovatif. Sementara Eropa mengambil pendekatan yang didorong oleh regulasi, kami merasakan daya tarik pasar dari aplikasi fintech (dan pelanggan mereka) untuk membangun di atas infrastruktur API Brick. Kami percaya bahwa bank-bank di ASEAN, pemerintah dan layanan konsumen akan merangkul Open Finance sebagai cara untuk merevolusi sistem pembayaran dan infrastruktur data yang masih tradisional.”

“Inovasi di sektor jasa keuangan Asia Tenggara telah menguntungkan pasar yang memiliki kekurangan dalam literasi keuangan, seperti Indonesia. Kami bangga dapat mendukung Brick untuk menjadi katalisator bagi lebih banyak inovasi di kawasan ini,” jelas Valerianus Ian Sulaiman, VP Investasi di Trihill Capital.

Fintech dan Open Banking

Brick melayani ekosistem teknologi yang dinamis dan berkembang pesat di Indonesia. Terdapat lebih dari 5.000 perusahaan teknologi yang memanfaatkan fintech dalam penawaran produk mereka. Fintech Indonesia menarik lebih dari $1 miliar modal ventura pada tahun 2021, naik dari $282 juta pada tahun 2020.

Tingginya permintaan pasar ini dibarengi dengan dukungan regulasi yang kuat. Penetrasi rekening bank di Indonesia kini masih di bawah 50% dan, untuk memenuhi target pemerintah sebesar 90% inklusi keuangan pada tahun 2024, bank sentral menerbitkan standar API perbankan terbuka yang komprehensif pada tahun 2020. Brick bekerja sama dengan Bank Indonesia dan Otoritas Jasa Keuangan Indonesia ( OJK).

Penelitian menunjukkan bahwa Open Banking dapat memiliki dampak ekonomi yang kuat di negara berkembang, di mana hal itu dapat meningkatkan inklusi keuangan. Penelitian yang dilakukan oleh Flourish Ventures dan McKinsey & Company menunjukkan bahwa adopsi luas ekosistem Open-Data di India dapat menghasilkan peningkatan PDB sebesar empat hingga lima persen pada tahun 2030. Flourish percaya bahwa potensi peningkatan di Asia Tenggara dapat lebih besar lagi, dengan adopsi digital yang lebih tinggi dari India, akan tetapi tertinggal dalam akses ke layanan keuangan tradisional.