TÜV Rheinland Mendukung Perusahaan Dalam Menghadapi Revolusi Industri ke-4

Jakarta, Indonesia, 5 November 2018 – TÜV Rheinland, penyedia layanan pengujian, inspeksi, dan sertifikasi yang terdepan secara global, sekali lagi menjadi sponsor Platinum di perhelatan Asia-Pacific Conference of German Business (APK) ke-16 di Jakarta, Indonesia yang diselenggarakan mulai tanggal 1 sampai 3 November 2018. Tahun ini, TÜV Rheinland menjabarkan keahliannya yang dapat membantu perusahaan di Asia Pasifik, terutama di Indonesia, dalam meningkatkan kemampuannya sehingga mampu meraih berbagai peluang bisnis di era Industry 4.0 melalui transformasi digital.

Memimpin delegasi TÜV Rheinland adalah Dr. Fübi (Chairman of the Executive Board of Management, TÜV Rheinland AG), bersama dengan Mr Ralf Scheller (Chief Operating Officer, TÜV Rheinland AG), Mr Andreas Hoefer (Executive Vice President Asia Pacific/India, Middle East & Africa, TÜV Rheinland AG), Mr. Holger Kunz (Executive Vice President Product, TÜV Rheinland AG), dan Bapak Nyoman Susila (Managing Director, TÜV Rheinland Indonesia), yang turut hadir untuk berinteraksi dengan para peserta. Acara bisnis dari ini diselenggarakan di wilayah Asia Pasifik dua tahun sekali, dengan edisi sebelumnya diadakan di Hong Kong. Selain untuk memperluas jaringan antara pemegang kepentingn di sektor swasta dan publik, konferensi ini merupakan platform yang penting bagi pemimpin bisnis, pejabat dan perwakilan pemerintah, untuk terlibat dalam diskusi mendalam yang bertujuan untuk meningkatkan hubungan bisnis serta perekenomian di Jerman dan Asia Pasifik.

Baca juga  Cara Menkominfo Ingatkan Bahaya Hoaks ke Masyarakat

“APK 2018 merupakan acara bisnis Jerman terdepan di Asia Pasifik, di mana petinggi bisnis dan perwakilan pemerintah dari kedua pihak hadir di sini,” kata Dr. Fübi, Chairman of the Executive Board of Management, TÜV Rheinland AG. “Saya senang sekali, kami bisa memamerkan solusi terdepan dan teknologi yang canggih kepada para peserta yang dapat membantu mereka dalam menghadapi Industry 4.0.”

Saat masyarakat menikmati manfaat Internet of Things (IoT) yang nirkabel dan Industrial Internet of Things (IIoT), berbagai risiko tidak dapat dihindari. Frekuensi, cakupan dan kecanggihan serangan siber telah mencapai tingkatan baru di tahun 2016 lalu. Hal ini membuat para pelaku bisnis menuntut adanya solusi untuk mengamankan sistem suplai pusat, pertukaran data yang aman, dan adanya sistem produksi yang bisa diandalkan. Selain integrasi keselamatan fungsional untuk melindungan bisnis dari gangguan teknis, serta serangan keamanan siber yang biasa terjadi, ada juga kebutuhan yang berkaitan dengan pengamanan otomatisasi proses serta kontrol untuk mencegah kegagalan sistem.

“Kami bukan hanya ingin memberikan efisiensi dan biaya yang lebih rendah kepada perusahaan, tapi kami juga ingin mengamankan data, jaringan, serta sistem produksi yang dimiliki pelanggan,” kata Mr Ralf Scheller, Chief Operating Officer, TÜV Rheinland AG. “TÜV Rheinland melakukan ini melalui beragam layanan, antara lain konsultasi, desain solusi, penerapan, pengujian, dan sertifikasi Industrial Control Systems (ICS) yang disediakan untuk operator infrastruktur, manufaktur, insinyur pabrik, dan integrator sistem di tingkat global.”

Baca juga  Kemenperin Bidik Investasi Rp130 Triliun di Industri Kimia, Farmasi dan Tekstil

Untuk menghadapi Industry 4.0, berikut beberapa tips yang dapat dipertimbangkan:

  1. Memahami proses IT dan industrial umum dengan lebih mendalam, sehingga perusahaan mampu mensinergi dan memperoleh rekomendasi secara sistematis.
  2. Menerapkan standar keamanan yang lebih tinggi untuk perangkat, sistem, dan komponen di dalam perusahaan, serta menyesuaikannya dengan standar industrial, yang biasanya diperoleh melalui sertifikasi.
  3. Mendorong insiatif proaktif dari perusahaan untuk meningkatkan sistem keamanannya, di luar ketentuan keamanan yang wajib dari pemerintah.
  4. Melakukan pendekatan “Security by Design” atau keamanan yang disesuaika, sejak dari awal perencanaan, di mana potensi gangguan di komponen dan sistemnya lebih diperhatikan. Cara ini akan mengurangi risiko dan pendeteksian gangguan pun bisa dilakukan lebih awal.
  5. Membangun budaya “security-sentris” di perusahaan dengan menyediakan pelatihan yang holistik untuk generasi desainer dan insinyur berikutnya, dengan lebih awal dan berkelanjutan, agar mampu menyediakan pertahanan yang terbaik.

Dengan pengalaman lebih dari 145 tahun di bidang keselamatan industri dan hampir 20 tahun di keamanan siber, TÜV Rheinland ada di posisi yang tepat untuk mendukung perusahaan mewujudkan beberapa tips di atas tersebut. Tujuannya adalah untuk mengamankan proses transformasi digital, selagi memenuhi standar internasional. Wilayah Asia, Timur Tengah, dan Afrika adalah pasar terbesar bagi TÜV Rheinland di luar Jerman. Sebagai pendukung utama untuk pengembangan perdagangan dan perekonomian antara Asia dan Jerman, TÜV Rheinland ingin dikenal sebagai pendukung untuk mencapai pembangunan berkelanjutan di aspek keselamatan dan kualitas, agar dapat menjawab tantangan dari interaksi antara manusia, teknologi dan lingkungan.

Baca juga  TAUZIA Hotels akan membuka YELLO Hotel Cilacap, hotel YELLO pertama di Jawa Tengah

TÜV Rheinland sudah aktif di pasar Indonesia sejak 1980. Setelah mendirikan kantor di Jakarta tahun 1996, TÜV Rheinland Indonesia telah meluncurkan perjanjian bisnis homoglasi untuk komponen otomtif di tahun 1998 dan menerima akreditasi dari KAN untuk sertifikasi SNI (LSPr-026) di tahun 2009. Tiga tahun kemudian, TÜV Rheinland Indonesia mendirikan lab keselamatan listrik dan lab roda otomotif di tahun 2012. Baru-baru ini, TÜV Rheinland Indonesia meluncurkan lab pengujian ban independen pertama di Indonesia, berlokasi di Taman Tekno BSD, Tangerang Selatan.