Sektor Perbankan Dinilai Jadi Tulang Punggung Pemulihan Ekonomi Nasional

Ketua Komisi XI DPR RI Dito Ganinduto menegaskan industri perbankan memiliki peran penting dalam mendukung Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN) dari dampak pandemi Covid-19. Peran itu terkait penyaluran kredit bagi pelaku usaha di tanah air, baik sisi penawaran maupun permintaan yang ditujukan untuk konsumen.

“Di samping itu, perbankan menjadi tulang punggung, atau kunci PEN, dengan membantu memulihkan pembiayaan baik sektor sektor yang terdampak agar tetap berbenah di masa pandemi Covid-19, bahkan dapat melakukan ekspansi usahanya,” kata Dito dalam RDP Komisi XI DPR RI dengan Direktur Utama BRI Sunarso dan Dirut Bank Mandiri Darmawan Junaidi di Gedung DPR RI, Senayan, Jakarta, Selasa (15/6/2021).

Lebih lanjut, politisi Partai Golkar ini menambahkan DPR terus memonitor realisasi PEN. Langkah ini diperlukan, karena pandemi Covid-19 telah mempengaruh aktifitas ekonomi baik global maupun nasional. “Hal itu juga diakibatkan adanya pembatasan yang dilakukan pemerintah. Sehingga kondisi tersebut sangat berpengaruh pada arus kas pelaku usaha,” ujarnya.

Baca juga  Pelatihan Teknik Audit Bangunan Gedung Negara Tingkatkan Kompetensi Auditor

Dito menjelaskan situasi Covid-19 telah berdampak langsung maupun tidak langsung pada kapasitas dan kinerja debitur dalam memenuhi kewajiban pembayaran kredit dan pembiayaan. Untuk itu, diperlukan berbagai upaya untuk melakukan penyelamatan terhadap para pelaku usaha tersebut.

Terlebih lagi, lanjut Dito, berbagai upaya telah dilakukan oleh otoritas fiskal dan moneter, termasuk OJK dengan memberikan stimulus pada pelaku usaha, dalam rangka PEN, karena terdampak pandemi Covid-19. Pemerintah melalui berbagai kebijakan berupaya telah melalui menstimulasi, baik sisi permintaan maupun penawaran.

Dari sisi permintaan, sambung Dito, pemerintah telah menstimulasi melalui berbagai penurunan tarif pajak dan transfer payment berupa peningkatan perlindungan sosial. Sementara dari sisi penawaran dilakukan upaya untuk menjaga cash flow dan menjaga keberlanjutan usaha para pelaku usaha dalam rangka PEN.

Baca juga  Wakil Presiden RI Buka Kongres Bahasa Indonesia ke-XI

Hadir secara langsung dalam rapat tersebut, Direktur Bank Mandiri Darmawan Junaidi menyampaikan kredit Bank Mandiri tumbuh 9,1 persen secara year on year (yoy). Pertumbuhan itu didukung oleh hasil merger Bank Syariah Indonesia pada Februari 2021 lalu yang membuat kredit secara konsolidasi bertumbuh.

“Walaupun sinyal positif pemulihan ekonomi sudah ada pertumbuhan, kredit nasional masih terkontraksi sebesar 3,77 persen year-on-year pada Maret 2021 dapat kami update untuk Bank Mandiri secara konsolidasi kredit tumbuh 9,1 persen year-on-year di mana pertumbuhan tersebut juga didorong hasil dari merger bank syariah pada bulan Februari 2021 yang lalu,” ungkap Darmawan.

Selain itu, Ending Balance Kredit secara konsol juga sudah sampaikan mencapai Rp984,9 triliun atau tumbuh 9,1 persen year-on-year. Hal itu tentu terjadi karena adanya konsolidasi dari pencapaian adanya merger bank syariah dan juga pertumbuhan yang cukup baik di anak perusahaan lainnya, yaitu Bank Mantap.

Baca juga  Rencana MTDL Perkuat Ekosistem Digital Nasional

Adapun indikator keuangan Bank Mandiri lainnya yang dipaparkan seperti aset yang tumbuh menjadi Rp 1.584,1 triliun, Dana Pihak Ketiga (DPK) tumbuh menjadi Rp1.181,3 triliun. Selajutnya, Laba Setelah Pajak 5,918 per Maret 2021, rasio kredit bermasalah atau non performing loan (NPL) gross 3,15 persen, dan Net Interest Margin tumbuh ke level 5,10 persen. “Pengelolaan Net Interest Margin di Kuartal Pertama ini menunjukkan pertumbuhan 45 basis poin dibandingkan akhir tahun lalu,” pungkasnya. (alw/sf)