Peranan Uji Diagnostik dalam Memerangi Hepatitis

Hari Hepatitis Sedunia yang jatuh pada tanggal 28 Juli menjadi momen yang tepat untuk
meningkatkan kesadaran masyarakat Indonesia mengenai penyakit Hepatitis. Apalagi, Kementerian
Kesehatan Republik Indonesia menargetkan Indonesia bebas Hepatitis pada 2020. Philips Indonesia
berkomitmen untuk membantu menciptakan Indonesia yang lebih sehat dengan melakukan edukasi
untuk menekankan pentingnya pencegahan penyakit, menular maupun tidak menular.
Presiden Direktur Philips Indonesia, Suryo Suwignjo, mengungkapkan bahwa salah satu upaya
edukasi untuk meningkatkan kesadaran hidup sehat dan deteksi dini adalah dengan mengadakan
forum diskusi yang menampilkan berbagai pemangku kepentingan seperti Kementerian Kesehatan
dan tenaga ahli profesional. Dalam menyambut Hari Hepatitis Sedunia ini, Philips Indonesia ingin
meningkatkan kesadaran masyarakat untuk mau melakukan deteksi dini dengan cara dan alat apa
saja, sesuai kemampuan dan kebutuhan mereka.
Menurut Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular Langsung, dr. Wiendra
Waworuntu, M.Kes, Hepatitis B memiliki jumlah penderita terbanyak, yaitu sebesar 7,1%,
sementara Hepatitis C memiliki jumlah penderita sebesar 1% dari 250 juta penduduk Indonesia dan
cenderung terjadi pada para drug user. Ia juga mengakui tidak ada data pasti mengenai jumlah
penderita Hepatitis. Namun jika memperkirakan dari 1% jumlah penderita Hepatitis C saja, maka
ada sekitar 2,5 juta orang penderita. Dari jumlah tersebut, diperkirakan hanya 3000 orang yang
menyadari dan berusaha mendapatkan pengobatan.
Indonesia memiliki beban yang tinggi terhadap penyakit Hepatitis, karena itu program awareness
terhadap Hepatitis sedang gencar dikampanyekan. Program yang dapat dilakukan dibagi menjadi
dua, promotif (contoh: sosialisiasi hepatitis) dan preventif (screening gratis). Tahun ini, Kementerian
Kesehatan akan menarik 5 juta ibu hamil untuk screening Hepatitis demi mencegah penularan
Hepatitis dari ibu ke bayi.
Berdasarkan penelitian Komunitas Peduli Hepatitis pada 2016, 50% penderita Hepatitis
mengalami diskriminasi di tempat kerja. Beberapa orang tidak melanjutkan pengobatan hepatitis
dikarenakan mereka tidak ingin orang lain mengetahui penyakit mereka. 1 dari 3 orang
merahasiakan penyakit Hepatitis dari keluarga, bahkan mereka juga merahasiakannya dari
pasangan mereka sendiri. Menurut Ketua PB Perhimpunan Peneliti Hati Indonesia, dr. Irsan Hasan, SpPD-KGEH, pengobatan
Hepatitis telah mengalami kemajuan dalam 15 tahun, karena telah ada berbagai metode
pengobatan seperti operasi. Namun, tidak terdapat peningkatan signifikan kesintasan satu tahun
setelah 15 tahun berlalu.
Saat ini, kalangan professional di bidang liver/peneliti hati mewaspadai penyakit perlemakan hati
yang dapat memicu hepatitis. Perlemakan hati ini dianggap berbahaya karena selain penderita
cenderung tidak merasakan gejala seperti penyakit Hepatitis lainnya, perlemakan hati juga tidak
dapat terdeteksi dari tes darah. Perlemakan hati, yang dapat disebabkan oleh konsumsi alcohol
berlebih, pola makan rendah protein dan kegemukan, hanya bisa dideteksi menggunakan USG atau
CT scan hati. Untuk itu, dr. Irsan menyarankan kepada kelompok berisiko ini untuk mendapatkan
USG abdomen sebagai upaya deteksi dini.
Suryo Suwignjo juga menghimbau masyarakat untuk mulai proaktif mendapatkan deteksi dini
untuk mencegah penyakit Hepatitis, dan selalu menjaga pola hidup sehat.