Menkes : Kapasitas Nasional Masih Mampu Mengatasi Bencana di Sulteng

Palu, 3 Oktober 2018 – Menjelang hari ke lima pasca gempa bumi dan tsunami di Palu dan Donggala, Sulawesi Tenggara, Menteri Kesehatan RI Nila Moeloek mengunjungi para korban yang sedang dirawat di rumah sakit maupun yang berada di pengungsian. Menkes hadir untuk melihat dan memastikan secara langsung bahwa masyarakat telah mendapatkan pelayanan kesehatan dengan baik.
Menkes melihat, kemampuan kita (Indonesia) dari sisi kesehatan sudah sangat cukup untuk menangani kondisi bencana saat ini. ”Kapasitas Nasional masih mampu menangani, sehingga kita belum membutuhkan bantuan dari asing, baik orang maupun logistik kesehatan,” ungkap Menkes Nila saat memberikan keterangan kepada rekan media usai meninjau korban bencana.
Hal senada juga diungkapkan oleh Kepala Pusat Krisis Kesehatan Kementerian Kesehatan RI, dr. Ahmad Yurianto. Yuri menegaskan bahwa yang telah dikerahkan saat ini masih sebagian kecil, tidak sampai 20% dari kapasitas nasional, bahkan kita masih mengatur kedatangan Nakes dan tim logistik ke Palu Donggala.
Menurut Yuri, ukuran ideal untuk menghadapi krisis adalah yang menjawab beban. ”Ukuran kita bukan seberapa banyak tenaga yang dikirim akan cukup, 1000 Nakes akan cukup atau 5 dokter sudah cukup, tidak seperti itu, tapi fokus pada bebannya,” tegasnya.
Yuri menambahkan, saat ini dokter spesialis bedah yang sedang bertugas kurang lebih hanya 15 orang, jika merujuk pada kasus bedah, di antara jumlah pasien yang harus dioperasi baik yang emergency maupun yang dipersiapkan, dan dihadapkan pada jumlah dokter yang ada, dinilai sudah cukup. Artinya tidak ada lagi beban yang tertunda layanannya dengan alasan tenaga kesehatan yang kurang.
”Kita masih punya kekuatan besar, kalau tidak bisa ditangani di sini, kita masih punya rumah sakit tipe A di Makassar, kirim ke RS Wahidin, ahlinya juga masih banyak disana. Kalau kurang ya kita kirim lagi, masih sangat sangat cukup,” jelas Yuri.
Selain tenaga kesehatan yang dianggap cukup, stok obat saat ini pun dalam kondisi aman. Karena, sistem obat yang dipakai menggunakan buffer/safety stock yang dimiliki oleh instalasi farmasi, juga bantuan dari relawan, serta pencatatan dan pengeluaran yang selalu terpelihara. Selain itu ditambah lagi link dengan sistem logistik obat nasional, jadi bisa dikatakan saat ini dalam kondisi aman, karena bisa langsung mengetahui mana yang kurang.
”Pedoman kita, obat harus aman untuk seminggu ke depan, nanti kalau sudah kurang tiga hari, baru kita dorong lagi,” pungkasnya.