Kisah Inspiratif Aspar Jalelolo, Mencetak Generasi Panjat Tebing dengan Biaya Pribadi

Jakarta: Kisah inspiratif datang dari atlet panjat tebing nasional, Aspar Jaelolo (30). Peraih medali perak dan perunggu di Asian Games 2018 ini membangun sarana olahraga panjat tebing di kampung halamannya, Desa Wani, Kabupaten Donggala, Sulawesi Tengah.

 

Sarana olahraga itu dibangun Aspar lewat dana pribadinya setelah mendapatkan bonus dari pemerintah pasca Asian Games. Anak tunggal dari pasangan Jaelolo Lantjogau dan Gamar DM Lamangkau ini berkeinginan ada penerus dirinya untuk menjadi atlet panjat tebing.

 

“Saya bangun fasilitas ini dari (uang) bonus yang saya dapat di Asian Games. Lalu saya bangun sarana olahraga panjat tebing di kampung saya. Keinginan anak-anak disana untuk olahraga panjat tebing sangat tinggi. Mereka ingin sekali menjadi atlet nasional,” kata Aspar saat berbincang di Kemenpora, Jakarta, Rabu (6/2).

 

Saat ini, kata suami dari Muji Muliyani, pembangunan boulder (jalur pendek dinding) setinggi 6 meter sudah selesai sejak dibangunnya fasilitas pada Januari 2019. Bahkan, masyarakat di Desa Wani, Donggala sudah bermain dan berlatih.

 

“Boulder-nya sudah siap. Tinggal menunggu dukungan untuk dinding speed yang tingginya 18 meter dan lead 20 meter. Lahannya sudah ada. Di kampung, kendalanya tidak ada fasilitas dan pembinaan jangka panjang. Tapi, antusias anak-anak disana sangat tinggi. Bahkan, diusia 5 tahun sudah ada minat untuk panjat tinggi,” ujar Aspar.

 

Selain itu, Aspar juga berkeinginan untuk mendirikan klub panjat tebing untuk usia dini di Donggala. Untuk pelatih, dia akan menentukannya. Sementara, program latihan nantinya akan dikirimnya dari Jakarta. Sebab, saat ini Aspar tercatat sebagai PNS di Kemenpora sejak 2014.

 

“Saya ingin buat klub panjat tebing tinggi untuk usia dini. Pelatihnya nanti akan saya tentukan dan saya akan kirim nanti program latihannya. Target, klub nantinya berdiri pada tahun ini. Latihannya gratis, saya juga berencana buat mes,” terangnya.

 

Sejauh ini, Aspar sudah menorehkan berbagai prestasi di kejuaraan panjat tebing, baik nasional maupun internasional. Dia juga berhasil memboyong emas pada ajang juara dunia International Federation of Sport Climbing (IFSC) yang berlangsung di China 2018.

 

Atas kesuksesan yang diraihnya, ayah satu anak ini ingin masyarakat di Donggala bisa mengikuti jejaknya sebagai atlet yang bisa mengharumkan Indonesia di kejuaraan dunia. Dia berpesan, kesuksesan bisa diraih melalui mimpi yang dicita-citakan. Seiring itu, diikuti dengan latihan dan berdoa.

 

“Tidak ada fasilitas (olahraga panjat tebing) yang baik disana. Mulanya, saya itu kenal panjat tebing dari organisasi pecinta alam Mapala Kumtapala, Universitas Tadulako, Sulawesi Tengah pada tahun 2007. Disitulah saya mulai kenal panjat tebing dan belajar sendiri. Lalu, 2010 saya ikut kejurnas panjat tebing di Jakarta, itu saya diajak oleh federasi,” jelas Aspar.

 

Setahun kemudian, dia menjadi atlet latih tanding Pelatda DKI. Pada PON Jawa Barat 2016, Aspar sukses merebut 3 medali emas. Torehan manis tersebut membuat dirinya masuk ke timnas panjat tebing hingga sukses mengharumkan nama bangsa lewat prestasinya di kejuaraan dunia.

 

“Dengan dibangunnya sarana olahraga panjat tebing di kampung, saya harap dapat lahir atlet-atlet disana. Saya ingin anak-anak disana terus latihan dengan serius, harus punya target. Kalau kalah dalam pertandingan jangan putus asa, ingat mimpi sebelumnya, karena dengan ingat mimpi itu kita bisa terus giat latihan,” tutup Aspar.