Jumlah Penderita Katarak di Indonesia Tinggi, Menkes Ingatkan Perilaku Hidup Sehat

Jakarta, 4 November 2018 – Ketua Persatuan Dokter Spesialis Mata Indonesia (Perdami) dr. Muhamad Sidik, Sp.M(K) mengatakan di Indonesia banyak penyakit katarak. Saat ini ada sekitar 1 juta orang buta karena katarak. Berdasarkan Rapid Assessment of Avoidable Blindness (RAAB) rata-tata angka kebutaan di Indonesia sebanyak 3% untuk penduduk di atas usia 50 tahun.

Ada beberapa hal yang dicurigai jadi penyebabnya, yakni kata dr. Sidik, karena Indonesia berada di garis equator 0 derajat yang tersorot banyak sinar matahari dan terus-menerus. Dicurigai sinar UV B bisa mempercepat timbul katarak.

”Ada beberapa hal lagi yang bisa menjadi penyebab katarak, yaitu diabetes melitus atau kencing manis. Orang kencing manis kalo kadar gulanya meningkat terus bisa menimbulkan katarak dengan cepat,” kata dr. Sidik pada Konferensi Pers Terkait Hari Penglihatan Sedunia di Jakarta, Minggu (4/11).

Baca juga  Aku Pilih Maaf Ibu, Kampanye Ramadhan P&G Indonesia untuk Mempersatukan Ibu dan Anak di Balik Perbedaaan Pilihan

Pada umumnya katarak susah dicegah, yang bisa dicegah adalah kebutaan karena katarak. Kebutaan itu bisa dihindari dengan cara dioperasi.

”Operasi katarak adalah operasi paling efektif, paling efisien, paling menimbulkan benefit paling tinggi daripada tindakan prosedur lainnya, sehingg orang yang tadinya tidak produktif jadi produktif lagi,” tambahnya.

Saat ini pemerintah dalam hal ini Kementerian Kesehatan (Kemenkes) RI bersama seluruh stakeholders termasuk Komisi Mata Nasional (Komatnas) sudah menyusun satu peta jalan penanggulangan gangguan penglihatan di Indonesia.

Peta jalan tersebut telah diadopsi oleh Organisasi Internasional Pencegahan Kebutaan (IAPB) untuk dijadikan contoh bagi negara lain.

”Peta jalan ini kalau memperlihatkan bagaimana strategi mengatasi gangguan penglihatan yang dimulai dari tingkat Posbindu, fasilitas kesehatan Primer, dan RS tipe C sampai A,” jelas dr. Sidik.

Baca juga  Jangan Jauhi ODHA, HIV/AIDS tidak Mudah Menular

Menteri Kesehatan Nila Moeloek mengatakan permasalahan gangguan penglihatan harus dikembalikan pada promotif dan preventif. Hal itu berhubungan dengan perilaku masing-masing individu karena menurut Nila, bagaimana pun juga regulasi tentang kesehatan mata dibuat akan percuma kalau perlaku setiap orang tidak berubah.

”Jadi lakukan perilaku hidup sehat seperti olahraga, makan buah, dan cek kesehatan secara berkala. Cek kesehatan berkala itu penting, mata kalau sudah kena (bermasalah) karean sakit gula misalnya, butanya bisa permanen. Jadi yang penting itu bukan ngobatin tapi cegah,” tegas Nila.