Eros djarot : 1 Dan 2

Kampanye politik Pemilu -Pilpres yang panjang dan berlarut-larut teIah membangun suasana kehidupan berbangsa dan bernegara menjadi tidak sehat.

 

Rakyat terbelah menjadi dua yg saling sengaja diperhadapkan, saling hujat, dengan sikap permusuhan yang serius dan cenderung menjadi permusuhan permanen.

 

Suasana yang miris dan memprihatinkan ini, telah membuat Eros Djarot, sosok composer, tokoh pers, politisi dan sekaligus budayawan ini, kembali menuangkan kegelisahannya melalui lagu-lagu ciptaannya.

 

Eros Djarot, dikenal sebagai sosok yang multi talenta dan mempunyai kontribusi yang besar bagi perkembangan dunia musik di Indonesia Iewat album Badai Pasti Berlalu. Tidak hanya itu, Eros Djarot melahirkan juga beberapa karya yang sulit ditandingi hingga saat ini. Sebut saja Cut Nya Dhien, sebuah film epic tentang pahlawan nasional asal Aceh yang gaungnya mendunia. Bahkan film Cut Nya Dhien menyabet 9 piala di FFI tahun 1988. Film ini sempat diajukan Indonesia ke Academy Awards ke-62 tahun 1990 untuk penghargaan Film Berbahasa Asing Terbaik. Meski belum membuahkan hasil yang diharapkan, tapi Cut Nya’ Dhien menjadi film Indonesia pertama yang ditayangkan di Festival Film Cannes 1989.

 

Di tahun 1993, Eros Djarot kembali hadir dengan gebrakannya menerbitkan tabloid Detik. Di saat itu, Tabloid Detik menjadi media yang banyak dicari oleh pembaca, karena isinya yang dikenal ‘berani’ di tengah-tengah berkuasanya rezim Orde Baru yang represif terhadap media/pers. Tidak heran jika oplah Tabloid Detik mencapai 500 ribu eksemplar, sebuah jumlah yang belum pernah tertandingi oleh media politik mingguan manapun. Sayang, usia tabloid Detik hanya 1,5 tahun, karena di tanggal 21 Juni 1994, Tabloid Detik akhirnya dibredel oleh pemerintah Orde Baru melalui keputusan menteri Penerangan Republik Indonesia, Harmoko.

 

Namun kiprahnya tidak terus berhenti. Eros Djarot pun tetap berkiprah di dunia plitik, dengan menjadi advisor politik Megawati Sukarnoputri yang dijalankan selama 7 tahun penuh. Hanya saja, kebersamaannya dengan Megawati terpaksa harus berhenti karena ada dinamika politik yang terjadi di dalam tubuh PDIP.

 

Eros Djarot tidak pernah berhenti berkarya menyumbangkan gagasan dan pemikirannya demi kebaikan negeri. Eros sempat mendirikan partai politik PNBK atau Partai Nasionalis Bung Karno.

 

Di tengah – tengah hiruk pikuk pemilihan presiden tahun 2019 ini, Eros mengungkapkan kegelisahannya tentang perilaku para politisi dan para petinggi yang menggiring rakyat hingga terbelah menjadi dua kelompok yang saling bermusuhan. Banyak Politisi dan Petinggi mengumbar janji politik, namun minim realisasi.

 

Perpecahan dan permusuhan yang serius antara kubu pendukung 01 dan 02 telah menggerakkan Eros Djarot untuk menyerukan agar kita semua kembali ke cita-cita bangsa yang telah dicanangkan oleh para pendiri Republik yang puncaknya dinyatakan saat pembacaan Proklamasi kemerdekaan RI tanggal 17-08- 1945, oleh proklamator kemerdekaan Sukarno Hatta. Kemerdekaan harus diisi dengan kerja keras dalam semangat kebersamaan dan persatuan rakyat yang bergotongroyong bekerja demi kemakmuran, kesejahteraan dan kejayaan bangsa Indonesia.

 

Kali ini, Eros Djarot meluncurkan 2 single lagu, yang pertama berjudul  1 dan 2 Bukan Segalanya dan lagu kedua Politisi Jaman Edan. Di lagu yang pertama, Eros Djarot mengajak agar rakyat Indonesia tidak mudah untuk mempercayai janji-janji para politisi. Selain itu, Eros Djarot juga mengajak agar para calon pemilih tidak perlu sampai bermusuhan dan saling hujat karena berlebihan mendukung calon presiden pilihannya sehingga pentingnya persatuan antar sesama anak bangsa terlupakan. Angka 1 & 2 bukan angka sempurna. Kedua angka itu hanya pilihan yang berlaku untuk hanya 5 tahun ke depan. Ada yang lebih penting lagi dan merupakan angka yang sempurna, yaitu 17 08 45. Angka keramat yang merupakan dasar dari keberadaan kita semua sebagai anak bangsa iniIah yang harus dijaga lewat persatuan dalam semangat kekeluargaan. Begitu menurut Eros Djarot tentang lagu ini.

 

Lagu yang kedua, berjudul Politisi Jaman Edan. Lagu ini menyoroti perilaku politisi yang banyak melakukan praktek-praktek transaksional dalam meraih posisi dan tujuan politik. Tidak hanya itu, banyak perilaku menyimpang yang sangat merendahkan martabat dunia politik di negeri ini. Banyak yang di depan publik menyuarakan keadilan, kemakmuran, moral, dsb; namun di belakang mereka melakukan korupsi berjamaah yang merugikan rakyat dan negeri ini.

 

Melalui 2 single lagu itu, Eros Berharap bangsa Indonesia tetap kritis melakukan pilihan presiden dan para wakil rakyat, dengan tetap mengedepankan persatuan dan hidup damai berdampingan sebagai sesama anak bangsa agar bangsa ini mampu mewudkan cita-cita proklamasi kemerdekaan Republik Indonesia 17 08 1945.

 

Ada pesan khusus dari Eros Djarot

 

Bagi mereka yang berkepentingan memecah belah bangsa ini agar Indonesia dapat mereka kuasai, sangat takut dan tidak menginginkan rakyat Indonesia tetap bersatu. Karena bersatu kita kuat dan kuat karena berasatu !!! Maka tetaplah bersatu. Jangan biarkan mereka memecah belah kita lewat politik, agama, dan budaya!!!”

 

Penulis :  Enny Handayanih
Editor   :  Aditio