Anggota Komisi VIII DPR RI Bukhori Yusuf menyoroti hasil Survei Pengukuran Tingkat Kebahagiaan (SPKT) 2021 oleh Badan Pusat Statistik (BPS). Menurutnya, walaupun indeks kebahagiaan penduduk Indonesia secara umum mengalami peningkatan sejak 2017, akan tetapi perasaan khawatir dan tertekan justru mengalami peningkatan.
Meskipun rilis BPS tersebut tidak membeberkan faktor yang mempengaruhi Dimensi Perasaan tersebut, politisi Partai Keadilan Sejahtera (PKS) itu dalam keterangan tertulisnya yang diperoleh Parlementaria, Rabu (5/1/2022) menduga terdapat tiga faktor yang disinyalir berkontribusi terhadap pembentukan persepsi responden salah satunya kondisi sosial-politik.
Bukhori menjelaskan, supaya memperoleh pemahaman yang komprehensif, hasil survei BPS itu dapat disandingkan dengan hasil survei penelitian lembaga lain. Di awal, Bukhori mengaitkan hasil survei BPS dengan hasil survei lembaga penelitian Lembaga Penelitian, Pendidikan dan Penerangan Ekonomi dan Sosial (LP3ES) dan Saiful Mujani Research & Consulting (SMRC) yang diselenggarakan pada tahun yang sama, yaitu tahun 2021.
Terkait faktor sosial-politik. Bukhori menerangkan kondisi kecemasan/perasaan tertekan publik tidak lepas dari pengaruh dinamika sosial politik yang berdampak pada kehidupan demokrasi. Survei LP3ES menyebut, sebanyak 52,1 persen warga setuju ancaman kebebasan sipil meningkat, diiringi ketakutan dalam menyampaikan, berekspresi, berkumpul, dan berserikat sebagai fondasi penting kebebasan.
Hasil survei LP3ES dikuatkan dengan temuan SMRC pada September 2021 yang membeberkan, sebanyak 39 persen masyarakat mengaku sering atau selalu takut bicara masalah politik. “Dari beberapa hasil survei itu, perburukan kondisi sosial politik tanah air dapat dipahami sebagai contributing factor bagi dimensi perasaan publik yang kian merasa cemas dan tertekan dalam menjalani kehidupan sebagai warga negara,” ucap Bukhori.
Untuk itu, Anggota Badan Legislasi (Baleg) DPR RI itu meminta publik turut skeptis dengan temuan BPS tersebut. ia mewanti-wanti supaya rilis Indeks Kebahagiaan oleh BPS jangan sampai dimanfaatkan untuk mengaburkan rapor merah kinerja pemerintah sepanjang 2021.
Bukhori menambahkan, sejumlah koreksi perlu dilakukan pemerintah terkait kinerja di bidang sosial-politik, ekonomi, hingga penegakan hukum. Karena itu, rilis BPS tersebut jangan sampai menjadi alat untuk menggiring opini bahwa rakyat seolah-olah duduk bahagia dengan rapor merah pemerintah sepanjang 2021. (ah/sf)