JAKARTA – Populasi kelas menengah di Indonesia pada 2030, menurut kajian Mckinsey Global Institute, akan bertambah menjadi 135 juta jiwa, atau naik 200% dari 45 juta jiwa di tahun 2012. Penambahan kelas menengah ini diyakini selaras dengan peningkatan daya beli masyarakat. Hal itu, setidaknya, tercermin dari data Badan Pusat Statistik yang menyebutkan peningkatan pendapatan per kapita penduduk Indonesia yang di tahun 2016 mencapai Rp 47,96 juta per tahun. Pendapatan penduduk per kapita di tahun itu lebih tinggi apabila dibandingkan tahun 2015 yang sebesar Rp 45,14 juta/tahun atau Rp 41,92 juta/tahun pada 2014.
Tentu saja, proyeksi pertumbuhan populasi kelas menengah dan peningkatan pendapatan per kapita ini memberikan sinyalemen apabila masyarakat berpeluang membelanjakan uang untuk kebutuhan sekunder, salah satunya berolahraga di pusat kebugaran. Nah, pertumbuhan pusat kebugaran di masa depan berpotensi meningkat seiring dengan semakin meleknya masyarakat terhadap gaya hidup sehat serta tingginya daya beli konsumen. Merujuk laporan International Health, Racquet & Sportsclub Association (IHRSA) di tahun 2016, pendapatan di industri pusat kebugaran di seluruh dunia mencapai US$ 81 miliar. Di Asia Pasifik, survei MarketResearch.com, menyebutkan valuasi pasar pusat kebugaran dan kesehatan di kawasan ini pada 2018 bakal mencapai US$ 21,27 miliar. Sedangkan di Indonesia, nilai pasar industri kebugaran di Indonesia diestimasikan sekitar Rp 2-3 triliun. Pertumbuhan bisnis pusat kebugaran di Indonesia diyakini bakal kian kinclong lantaran penetrasi keanggotaan bisnis pusat kebugaran di Indonesia masih rendah, yakni sekitar 1% dari jumlah total populasi penduduk. Ini memberikan peluang bisnis yang menggiurkan.
Salah satu pengelola pusat kebugaran yang menangkap peluang bisnis ini adalah PT Mitra Bugar Bersama (ReFIT Indonesia). Perusahaan ini mendirikan ReFIT Club di tahun 2016 sebagai pusat kebugaran lokal pertama di Indonesia yang mengusung tajuk sebagai affordable gym. Irawan Amanko, Chief Executive Officer ReFIT Indonesia, menyebutkan perusahaanya ini memberikan penawaran kepada investor yang ingin bermitra dengan sistem kewaralabaan untuk membuka cabang ReFIT Club. Model bisnis ReFIT Club ini menawarkan imbal hasil yang menjanjikan bagi para pewaralaba (franchisee). “Kami memproyeksikan Return on Investment (ROI) dalam satu tahun pertama sebesar 35% dari nilai investasi senilai Rp 1,9 miliar, lalu tahun kedua 65%, disusul 90% di tahun ketiga dan 115% pada tahun keempat.” ungkap Irawan Irawan di Jakarta, Sabtu (2/9/2017). Estimasi ROI itu disesuaikan dengan asumsi jumlah keanggotaan ReFIT Club berkisar 300-550 anggota aktif tiap bulannya. “Investasi para franchisee itu sudah termasuk desain, alat, dan perlengkapan interior lainnya. Harga ini juga tergantung pada luas lahan yang dibangun dan royalty fee senilai Rp 400 juta, Adapun, management fee-nya sekitar 10% dari pendapatan kotor setiap bulan,” beber Irawan.
Guna menjaring investor potensial, ReFIT Indonesia akan memaparkan presentasi bisnis mengenai peluang bisnis di industri kebugaran dan kesehatan dengan tema “Reimagine the Fitness Industry” di pameran Franchise & License Expo Indonesia (FLEI) yang digelar pada 8-10 September 2017 di Jakarta Convention Center, Jakarta. Irawan menegaskan ReFIT Indonesia memberikan skema kemitraan waralaba yang menarik di acara FLEI tersebut. “Calon mitra yang ingin mengambil franchisee ReFIT Club di acara FLEI ini akan diberikan tambahan satu treadmill yang harganya berkisar Rp 100-an juta, kami menargetkan bisa menjaring minimal 3 franchisee selama pameran FLEI ini,” tutur Irawan. Merujuk rencana induk pengembangan bisnis, ReFIT Indonesia di tahun 2020 hendak membuka 20 cabang ReFIT Club di kawasan Sumatera, Jawa, Kalimantan, Sulawesi, dan Papua. Selain itu, manajemen pengelolaan bisnis juga harus satu pintu. Jadi, segala jenis branding dan perencanaa pemasaran harus dari kantor pusat terlebih dulu. Cabang ReFIT Club, misalnya, tidak boleh melakukan promosi sendiri-sendiri karena harus dilakukan serentak.
Adapun, ReFIT Indonesia pada April tahun ini telah membuka cabang di Simpang Lima, Semarang, Jawa. Pembukaan cabang di Semarang tersebut menambah cabang ReFIT Club menjadi 3 gerai. Sebelumnya, ReFIT Club sudah beroperasi di Green Lake City, Jakarta Barat dan Aeropolis Club House, Soekarno Hatta Jakarta. ReFIT Indonesia memperluas ekspansi bisnisnya di kota-kota lapis kedua (second tier) guna memenuhi kebutuhan masyarakat yang menginginkan pusat kebugaran yang berkualitas internasional dengan harga keanggotaan yang kompetitif.Kendati mengusung konsep pusat kebugaran yang terjangkau (affordable gym), manajemen ReFIT Indonesia menyediakan fasilitas bernilai tambah dan instruktur berpengalaman yang bersertifikasi internasional.
Tentang ReFIT Indonesia
ReFIT Club, yang dikelola ReFIT Indonesia, adalah pusat kebugaran lokal yang dirintis oleh empat
sahabat yang berpengalaman lebih dari 10 tahun di industri pusat kebugaran nasional maupun internasional. Mereka adalah Jerry Mulyadi sebagai Komisaris ReFIT Indonesia, kemudian Irawan Amanko selaku CEO, Mela Gunawan (Chief of Marketing Officer), dan Agus Miftahudin (Chief of Technical Officer). ReFIT Club menyediakan sejumlah kelas kebugaran, yaitu ReACTION adalah latihan kardio berdurasi 45 menit dengan kombinasi seni bela diri kombinasi dan ReCON sebagai kelas yang ditujukan untuk melatih daya tahan otot yang diiringi musik yang memacu adrenalin serta dipandu instruktur berstandar internasional. Selain kelas andalannya, ReFIT juga menyediakan Zumba, Yoga, Aerobic dan lainnya. ReFIT menyediakan sistem keanggotaan yang biayanya berkisar Rp 175 ribu-Rp 300 ribu per bulan.
ReFIT Club menyediakan alat-alat fitness yang lengkap dan berkualitas serta merupakan pusat kebugaran pertama di Indonesia yang menyediakan alat dari ROVER Equipment. Selain alat fitness yang lengkap, terdapat beberapa fasilitas tambahan seperti loker dan kamar mandi khusus untuk para anggota.