Festival Film Pendek Amartha, Munculkan Potensi Sineas Muda dalam Mempromosikan Usaha Akar Rumput Indonesia

Jakarta, 27 Oktober 2017 – Amartha (PT Amartha Mikro Fintek) pionir layanan teknologi finansial Peer-to-Peer (P2P) Lending untuk usaha mikro dengan resmi menutup sukses gelaran Festival Film Pendek bertema #UntungnyaTerhubung. Kompetisi ini telah berhasil menyaring 6 finalis dari 555 sineas muda di penjuru Indonesia yang turut serta. Amartha Short Movie Festival mampu memunculkan cerita-cerita usaha mikro dari penjuru pelosok bangsa, “Karya yang masuk dan terdaftar benar-benar mencerminkan keragaman, paling ujung Barat kita terima submission dari Aceh, sampai ujung Timur peserta dari Wamena.”, ujar Andi Taufan Garuda Putra, founder dan CEO Amartha. Berikut adalah para finalis:

‘Gudeg Mba Lindu’ oleh Riz Visual
‘Jarwo – A Metamorphic Journey’ oleh Ampersound Films
‘Purwaceng yang disayangkan’ oleh Two People
‘Sepeda Om Sahid’ oleh 3 a.m. Pictures
‘Seruni Putih’ oleh Ruang Imajinasi
‘The Balinese Bastard and 100 Roosters’ oleh Caecilia Sherina, Daniel Pawer, Ferdy Syahwara

AmartAmartha Short Movie Festival diadakan sebagai salah satu upaya untuk mengajak kalangan muda berinvestasi, sekaligus mengenal cerita inspiratif para pengusaha mikro dan kecil di daerah-daerah. Andi berharap lewat karya-karya ini, lebih banyak pendana di kota dapat terhubung dengan para pengusaha mikro dan kecil di pelosok-pelosok daerah di Indonesia melalui penanaman investasi modal kecil secara mudah, aman, dan berbasis teknologi.

Baca juga  ITDC Bermitra dengan PT Paloma Shopway untuk Membangun Proyek Blockchain Milik SilkChain

Untuk memilih karya terbaik dari sudut pandang sinematografi maupun ketepatan penyampaian pesan, Amartha menggandeng sutradara-sutradara peraih beragam penghargaan bergengsi di bidang perfilman. Beberapa jejeran nama seperti Nia Dinata, Garin Nugroho, dan Lucky Kuswandi, hingga pelaku seni peran dari kalangan muda Chelsea Islan, dipercaya Amartha sebagai dewan juri. “Senang sekali saya dipercaya untuk jadi juri di Amartha Short Movie Festival. Ajang ini benar-benar berbeda, karena sukses menghubungkan kita dengan potensi usaha kecil di seluruh Indonesia. Di kategori dokumenter banyak banget cerita dan fakta menarik. Misalnya, ada produk pertanian seperti purwaceng — gingseng ala Indonesia yang benar-benar merupakan salah satu warisan kekayaan alam kita.”, jelas Chelsea Islan saat ditanya pengalamannya dalam menjadi juri.

Proses penjurian yang dilakukan 17 Oktober 2017 lalu di Impact Hub Jakarta @Coworkinc menghasilkan 6 finalis untuk kategori dokumenter. “Karya dokumenter yang sangat menarik. Digambarkan dengan tingkat profesionalitas dan kedewasaan yang tinggi. Walaupun untuk kategori fiksi masih terlalu literal dari segi skrip dan pemilihan pemain, namun secara keseluruhan film-film finalis berhasil menginspirasi penonton.” jelas sutradara muda Lucky Kuswandi. Tim Juri sepakat menentukan bahwa tidak ada peserta dari kategori fiksi yang lolos untuk masuk sebagai finalis.

Baca juga  Grundfos Foundation berikan donasi kepada Aksi Cepat Tanggap untuk bantu tenaga kesehatan Indonesia agar tetap aman

Terpilih sebagai film terbaik pertama untuk kategori dokumenter, Seruni Putih karya Ruang Imaginasi. Karya ini dinilai mampu menggambarkan semangat bangkit dari keterpurukan, kearifan lokal dan gotong royong — yang merupakan ciri dari usaha mikro Indonesia. Jarwo, sebuah karya Ampersound Films meraih pernghargaan sebagai film terbaik kedua kategori dokumenter. Karya film pendek terbaik berhak membawa pulang hadiah sebesar 90 Juta Rupiah, sedangkan pemenang terbaik kedua akan menerima hadiah sebesar 60 Juta Rupiah. Selain itu, dewan juri menetapkan predikat Honorable Judges Mentioned kepada Eddie Setiawan dengan karyanya yang berjudul Gudeg Mbah Lindu. Eddie mendapatkan kesempatan untuk berdiskusi dan dimentori langsung oleh dewan juri untuk menyempurnakan karya filmnya. Terakhir, sebagai karya favorit dengan jumlah like terbanyak dianugerahi predikat Karya Film Pendek Favorit dan berhak atas hadiah sebesar 50 Juta Rupiah juga jatuh kepada Film Gudeg Mbah Lindu.

Publik bisa menikmati karya film pendek pilihan dewan juri lewat di kanal YouTube Hello Amartha. Amartha Short Movie Festival dirancang agar terus bergulir setiap tahunnya, untuk mengangkat lebih banyak cerita inspiratif dari usaha mikro di pelosok tanah air. “Semakin banyak cerita yang terangkat, semakin besar kesempatan usaha mikro Indonesia untuk maju dan berkembang.”, tutup Andi semangat. []

Baca juga  Pahami Wanita Indonesia, MatahariMall.com Luncurkan Fitur Loyalty Points O2O

Tentang Amartha:

Amartha (PT Amartha Mikro Fintek) adalah penyelenggara layanan Peer-to-Peer (P2P) Lending sebagai marketplace untuk memudahkan investor menemukan peluang investasi modal kecil pada pembiayaan usaha mikro dan kecil (UMKM) di Indonesia. Amartha berdiri sejak 2010 sebagai microfinance dan bertransformasi menjadi fintech P2P Lending pada 2016. Investor dapat berinvestasi mulai dari Rp. 3.000.000 dan mengelola portofolio investasi secara mandiri dengan menentukan siapa pengusaha mikro dan kecil (UMKM) yang ingin dibiayai. Amartha menyediakan informasi peminjam dengan menyeluruh, seperti peruntukan pembiayaan, latar belakang, hingga skor kredit yang dimiliki. Amartha sudah memberdayakan lebih dari 57.000 mitra pengusaha mikro dan menyalurkan lebih dari Rp 160 milyar pembiayaan bagi pengusaha mikro di pelosok pedesaan di Indonesia. Amartha resmi terdaftar dan diawasi oleh OJK.