- Kadin Indonesia siap kolaborasi untuk mendukung sektor-sektor strategis yang bisa menggenjot perekonomian nasional untuk mencapai target pertumbuhan 8%.
Jakarta, 30 Desember 2024 – Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia menilai tahun 2025 sebagai momentum penting bagi perekonomian Indonesia, karena pemerintah memulai akselerasi pertumbuhan ekonomi di sektor-sektor strategis. Kadin melihat perlunya peningkatan sinergi antara dunia usaha dan pemerintah agar proses penyusunan kebijakan, implementasi, dan dampaknya dapat mendukung percepatan pertumbuhan ekonomi.
Ketua Umum Kadin Indonesia, Arsjad Rasjid mengatakan, sebagai mitra strategis pemerintah, Kadin Indonesia siap berkolaborasi untuk mendukung sektor-sektor strategis yang bisa menggenjot perekonomian nasional. “Untuk mencapai target pertumbuhan 8%, keselarasan dan sinergi mutlak diperlukan, khususnya pemerintah dan dunia usaha nasional,” kata Arsjad.
Sepanjang 2024, Indonesia menghadapi tantangan dari dalam dan luar negeri. Di dalam negeri, Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat pengangguran meningkat 270.000 orang akibat Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) pada Februari-Agustus. Pada tingkat global, suku bunga The Fed yang masih tinggi memengaruhi suku bunga negara lain, termasuk Indonesia. Konflik Timur Tengah menambah ketidakpastian global sehingga harga komoditas naik dan mengganggu rantai pasok yang berdampak pada kinerja ekspor Indonesia. Akhir tahun ini, Pemerintah juga menaikan PPN 12% dan UMP 6,5%.
Di tengah dinamika itu, Kadin Indonesia terus mendukung pemerintah untuk mewujudkan target pertumbuhan ekonomi yang inklusif dan berkelanjutan. Kadin Indonesia melakukan berbagai inisiatif, antara lain merilis White Paper Arah Pembangunan dan Kebijakan Bidang Ekonomi 2024-2029 untuk mendukung 17 program prioritas dan Astacita Presiden Prabowo Subianto.
“White Paper memetakan 7 tema pertumbuhan teratas yang diproyeksikan dapat berkontribusi pada total tambahan PDB Indonesia sebesar ~USD400-450 miliar. Implementasinya juga akan meningkatkan kualitas hidup masyarakat dan menciptakan ~16-18 juta lapangan kerja baru,” kata Arsjad.
Kadin juga telah melaksanakan 162 dari 176 program kerja. Dari Januari-Oktober 2024, Kadin menandatangani 43 MoU dan 9 perjanjian kerja sama bidang ekonomi strategis dengan 19 mitra internasional, 16 kementerian/lembaga, dan 17 sektor swasta. Kadin juga melaksanakan 237 kegiatan untuk meningkatkan akses pasar dan menandatangani 63 MoU dengan mitra internasional. Pada 19 September 2024, Forum Bisnis Daerah digelar di Surabaya yang menghasilkan kesepakatan bisnis Rp840 miliar dan 4 MoU. Kadin juga bekerja sama dengan PT. HM Sampoerna Tbk. menggelar “Pesta Rakyat UMKM untuk Indonesia” yang dihadiri lebih dari 1.250 UMKM, dengan fokus pengembangan usaha dan keterampilan digital.
Proyeksi pertumbuhan Ekonomi 2025
Pada 2025, ekonomi Indonesia masih menghadapi tantangan. Indonesia Economy Outlook 2025 LPEM FEB UI memprediksi fenomena stagnasi sekuler. Ekonomi Indonesia stagnan. PDB Indonesia diperkirakan tumbuh 5,0% hingga 5,1%. Belanja pemerintah jadi pendorong utama ekonomi nasional, sementara produktivitas swasta masih rendah.
Di tingkat global, pergeseran investasi dan permintaan energi terbarukan berpotensi mengurangi permintaan batubara sehingga mengancam pendapatan ekspor RI. Persaingan investasi dengan negara tetangga, seperti Vietnam dan Thailand juga, berpotensi melemahkan investasi di Indonesia.
Dari lima komponen dasar pertumbuhan ekonomi nasional, konsumsi masyarakat dan investasi menjadi yang paling berkontribusi terhadap PDB dibanding tiga komponen lain: ekspor, impor, dan belanja pemerintah. Konsumsi masyarakat sekitar 55%-57%. Sedangkan investasi 29% dari PDB.
Peran Kadin Indonesia untuk mendorong investasi sangat penting. Peran swasta harus lebih besar agar mampu menarik lebih banyak investasi, sehingga kontribusinya pada PDB dapat mencapai lebih dari 29%. “Kadin Indonesia telah memfasilitasi berbagai kegiatan yang menghasilkan total investasi sebesar Rp840 miliar dan USD22,73 miliar sepanjang Januari-Oktober 2024,” ungkap Arsjad.
Sementara, Ekonom Senior INDEF, Ariyo DP Irhamna, mengatakan bahwa sinergi antara pemerintah dan dunia usaha harus diperkuat pada tahun 2025. Kontribusi sektor swasta, kata dia, sangat krusial untuk mencapai pertumbuhan ekonomi yang tinggi. “Kontribusi sektor swasta perlu ditingkatkan, sehingga pemerintah harus membuka lebih banyak peluang untuk berkolaborasi dalam menghadapi tantangan ekonomi tahun 2025 mendatang,” tutur Ariyo.Menurut Ariyo, peningkatan Penanaman Modal Asing (PMA) adalah peluang besar. Tetapi jika tidak diimbangi dengan pertumbuhan investasi domestik dan inovasi berbasis R&D yang sesuai dengan kebutuhan dalam negeri, daya saing usaha lokal akan tertekan. “Investasi perlu melibatkan partisipasi aktif pelaku usaha, termasuk UMKM, sehingga selain menciptakan peluang kerja, juga mendorong pengembangan ekonomi lokal dan berkontribusi pada pertumbuhan ekonomi secara keseluruhan. Selain itu, faktor inovasi juga sangat penting, dimana Pemerintah juga melibatkan pelaku usaha dalam mendukung penggunaan hasil riset dalam negeri sesuai kebutuhan pasar,” tambah dia.