Kisah Sanaji Penerima Bantuan Kaki Palsu dari BSI Maslahat 

Jakarta, 12 Agustus 2025 – Malam itu, di tahun 2011, seharusnya menjadi perjalanan pulang biasa  bagi Sanaji menuju kampung halamannya di Indramayu. Namun takdir berkata lain. Sepeda  motor yang ia kendarai tersenggol badan truk tronton di jalur Pantura, membuatnya terjatuh dan  kaki kanannya terlindas. Luka sobek yang parah dan pendarahan hebat membuat situasi semakin  mencekam. Dalam kondisi sadar, Sanaji hanya bisa menahan sakit dan berharap ada yang  menolong. 

Kecelakaan itu menjadi titik kelam dalam hidupnya. “Setelah diamputasi, beberapa hari kemudian  saya pernah mencoba mengakhiri hidup. Saya pikir, keluarga sudah mengeluarkan biaya setiap  waktu, jadi lebih baik saya enggak ada saja,” kenang Sanaji, suaranya bergetar mengingat masa masa itu. 

Read More

Sanaji dan Keluarga Tegar di Tengah Ujian 

Istrinya saat itu belum bisa langsung menemaninya di rumah sakit karena jarak dan keterbatasan  biaya. Namun, dukungan datang dari orang tua yang menguatkan hatinya: “Banyak yang lebih  parah dari kamu dan masih bisa menafkahi keluarga.” Atasan di tempat kerja juga memberinya  harapan, memastikan bahwa ia tetap bisa bekerja sebagai seorang security meski dalam  keterbatasan fisik. 

Sopir truk yang menabraknya hanya mampu memberi ganti rugi sebesar Rp5 juta. Sanaji dan  keluarganya memilih memaafkan, meski kerugian fisik dan mental yang dialaminya tak ternilai. 

Trauma pasca-kecelakaan membuat Sanaji tak lagi berani mengendarai motor. Ia bergantung  pada istri dan anaknya untuk antar jemput, meski anaknya saat itu masih kecil. Pernah, dengan  hati berat, ia menawarkan agar sang istri mencari pasangan lain yang lebih sempurna. Namun,  sang istri tetap bertahan, memilih menemani Sanaji dalam suka maupun duka. 

“Sedih sekali kalau ingat pada waktu itu, perjuangan istri dan anak saya mengantar saya bekerja,  hujan hujanan dari Cinere sampai Antasari setiap sehari,” ujarnya lirih. 

Harapan Baru dari Sebuah Kaki Palsu 

Bagi Sanaji, kaki palsu bukan hanya alat bantu, melainkan pintu menuju kemandirian. Dengan  kaki palsu, ia kembali bisa mengendarai motor dan beraktivitas lebih leluasa. Namun, seiring  waktu, kaki palsunya mulai aus dan tidak nyaman digunakan. 

Kebutuhan mengganti kaki palsu menjadi hal mendesak — bukan hanya karena kerusakan, tetapi  juga demi kenyamanan dan fungsionalitas. Tahun ini, harapan itu kembali menyala. Sanaji  menjadi salah satu penerima bantuan kaki palsu dari BSI Maslahat. 

Tahap pengukuran sudah dijalaninya. Proses ini penting agar kaki palsu dapat menyesuaikan  bentuk tubuh pengguna, memberikan kenyamanan optimal, dan membantu menjalani kehidupan  sehari-hari dengan lebih percaya diri. 

Bagi sebagian orang, kaki palsu mungkin hanya sebuah alat, namun bagi Sanaji, ia adalah simbol  dari kesempatan kedua untuk berjalan, bekerja, dan menjalani hidup. Dengan bantuan ini, Sanaji 

berharap bisa terus memberikan yang terbaik untuk keluarganya, tanpa lagi merasa menjadi  beban. 

“Terimakasih kepada BSI Maslahat semoga semakin maju dan menebarkan manfaat seluas luasnya, semoga semakin sukses selalu,” tutup Sanaji.

Related posts

Leave a Reply