Gen Z itu Kaum Rebahan, Kata siapa? Antarestar Bisnis Beromzet Puluhan Juta Sehari ini Ternyata Milik Pemuda 19 Tahun

Jakarta, 27 Oktober 2021 – Lahir di tengah perkembangan teknologi yang pesat membuat para digital native, Generasi Z (Gen Z), dianggap memiliki ketergantungan dengan internet dan teknologi serta menjadikan Gen Z terlihat lebih menyukai hal instan dan tidak suka bekerja keras. Anggapan tersebut tidak berlaku bagi Faiz Daffa Fathullah, pemuda 19 tahun Founder & CEO dari Antarestar Adventure (Antarestar), toko online perlengkapan luar ruang dan olah raga di platform Lazada. Buah pikiran dan semangat juang Faiz dalam membangun Antarestar sejalan dengan semangat Sumpah Pemuda Indonesia sejak diikrarkan 93 tahun yang lalu. 

Faiz memulai perjalanan bisnisnya sejak SMA dan merupakan otak serta penggerak pertumbuhan bisnis Antarestar yang dibangun di tahun 2017. Pandemi memang sempat menggoyahkan upaya Faiz, namun Antarestar terbukti berhasil mengatasi tantangan tersebut bahkan terus bertumbuh karena berbagai inovasi yang dilakukan Faiz dan tim di Antarestar. Keberadaan platform eCommerce juga mendorong bisnis Antarestar terus bersinar, sesuai dengan nama Antarestar yang terinspirasi dari salah satu nama bintang paling terang di angkasa. 

Read More

“Saya memang suka berjualan sejak SMA dan berawal hanya dari keinginan memenuhi kebutuhan teman-teman saja. Toko pertama saya juga menjual banyak variasi barang yang saat itu sedang tren dan dicari banyak orang. Istilahnya, palugada, apa loe minta, gue ada, “ ujar Faiz sambil tersenyum. “Tapi setelah saya bertemu satu konveksi yang menawarkan produksi perlengkapan kemping dan petualangan, saya pun memutuskan untuk fokus pada produksi dan menjual perlengkapan luar ruang ini, mulai dari baju, tas hingga ke tenda, sleeping bag, dan perlengkapan pendukung lainnya.” 

Dukungan penuh dari kedua orangtuanya membuat Faiz makin percaya diri dalam merintis bisnis. Awalnya ia hanya memanfaatkan media sosial untuk berjualan. Namun karena setiap pesanan harus diproses manual, lama kelamaan ia menjadi kewalahan. Di tahun 2018, seorang teman meperkenalkan Lazada, platform eCommerce yang ketika itu memelopori fitur cash-on-delivery (COD – bayar di tempat). Menurut Faiz, dengan kebanyakan target pasarnya belum memiliki rekening bank, fitur COD akan membantu memperluas jaringan pasar Antarestar. 

“Selain COD yang membantu memperluas pasar, yang menarik dari Lazada adalah Lazada University, program pelatihan penjual yang sangat lengkap, yang menyediakan mulai dari topik dasar bagaimana membuat tampilan toko online yang menarik, hingga materi bagaimana membaca dan mengolah data menjadi sebuah kesempatan bisnis baru. Makanya seluruh tim administrasi saya wajib ikutan dalam setiap sesi di Lazada University supaya seluruh tim di Antarestar mampu mengubah ilmu menjadi kesempatan bisnis baru,” ujar Faiz. Di ruko empat lantai di bilangan Bekasi, Jawa Barat yang menjadi kantor utama Antarestar, terdapat satu whiteboard besar bertuliskan jadwal pelatihan Lazada University yang harus diikuti seluruh timnya. 

Saat pandemi melanda, seperti hampir seluruh bisnis di dunia, Antarestar cukup kewalahan menghadapi situasi ini. Ditambah dengan ditutupnya banyak tempat wisata luar ruang sehingga mengurangi pesanan yang masuk. Faiz mengatakan, “Saat itu yang terpikirkan oleh kami adalah bagaimana caranya bisa bertahan dan tidak merumahkan karyawan yang di awal tahun 2020 sudah mencapai 25 orang. Saya rajin memantau media sosial untuk mengetahui apa saja sih yang lagi nge-tren. Saya juga sering mengintip fitur Bocoran Peluang di Lazada yang memberi info berbagai kesempatan yang bisa dimanfaatkan penjual. Akhirnya saya memutuskan untuk menambah portofolio produk di Antarestar, dari yang semula fokus pada perlengkapan luar ruang, dengan perlengkapan olah raga rumahan, karena data di Lazada menunjukkan banyak orang yang tetap semangat untuk menjaga kebugaran tubuhnya di

rumah. Alhamdulillah, strategi ini tidak hanya berhasil menyelamatkan Antarestar, tapi juga membuat kami tumbuh lebih pesat.”

Platform eCommerce memang menawarkan banyak hal untuk pebisnis lokal, mulai dari dari ekspansi jangkauan konsumen dari seluruh Indonesia, kemudahan logistik, berbagai kampanye dan promosi yang rutin dilakukan serta program pelatihan untuk penjual di Lazada. Namun, seluruh hal tersebut harus disandingkan dengan upaya kerja keras dan kerja cerdas dari pelaku usaha itu sendiri demi bisa menangkap berbagai peluang yang ada di pasaran, seperti yang dilakukan Faiz. Ia selalu berpikir bagaimana cara mengembangkan bisnisnya. Bersama timnya yang saat ini berjumlah sekitar 50 orang dan rata-rata berusia 20 tahunan, Faiz rutin berdiskusi mulai dari soal konten media sosial untuk promosi Antarestar hingga ke inovasi produk yang ingin dijajaki demi bisa bersaing dengan pasar. 

“Media sosial dan teknologi memang sangat membantu dalam strategi pemasaran Antarestar. Kami bahkan memiliki tim content creator dan social media yang bertanggung jawab membuat dan mengunggah konten, serta menjaga interaksi dengan pelanggan kami, termasuk melalui livestreaming di LazLive Lazada,” tambah Faiz. Karena bagi Faiz, anak muda yang menjadi target pasar Antarestar sangat eksis di media sosial, dan tentunya livestreaming menjadi salah satu cara menjaga perhatian pelanggan. 

Haikal Bekti Anggoro, SVP, Seller Operations di Lazada Indonesia kerap mengatakan bahwa Lazada adalah platform serba lengkap, yang selain menyediakan akses dan tool untuk berjualan online, juga menjadi tempat para penjual online untuk serius menimba ilmu. Belum lama ini, Lazada juga menyelenggarakan Lazada Seller Conference 2021 ‘Level Up – Cermat Melesat’ yang menghadirkan banyak pembicara ahli dengan topik beragam mengenai pengembangan bisnis yang berhasil menarik lebih dari 23.000 peserta, baik dari kalangan penjual di Lazada maupun masyarakat umum. 

Haikal menambahkan, “Fokus kami memang untuk memberdayakan penjual online yang serius mengembangkan bisnisnya. Lazada punya banyak tool untuk promosi, akses ke pasar di seluruh Indonesia serta berbagai data dan insights yang real-time yang bisa digunakan penjual untuk menyusun strategi bisnis. Tapi tentu dibutuhkan upaya dan kerja keras dari para penjual itu sendiri untuk mempelajari semua fitur dan tools yang ada di Lazada agar bisnisnya bisa bertumbuh. Nah, Antarestar termasuk penjual yang sangat serius mengembangkan bisnisnya dan selalu aktif mengikuti setiap kegiatan di Lazada University dan komunitas Lazada Club, dan kami sangat bangga bisa menjadi bagian dari pertumbuhan Antarestar.” 

Faiz membenarkan hal ini. “Kami sadar bahwa untuk bisa berkompetisi, kami harus selalu terdepan dari sisi inovasi. Makanya saya dan tim terus belajar dan memanfaatkan setiap fitur di Lazada secara optimal. Bagi Antarestar, platform eCommerce terbukti mampu mendukung transformasi digital sepenuhnya serta membantu membuka banyak peluang baru selama kita mau berusaha. Jadi, siapa bilang Gen Z cuma bisa rebahan sambil main media sosial?” tutup Faiz sambil tertawa.   

Lazada belum lama ini meluncurkan “Mulai di Laz, Bisa Naik KeLaz” – langkah mudah pendaftaran menjadi penjual online di Lazada untuk membantu para calon pengusaha, penjual di media sosial, hingga pemilik toko offline untuk bisa memiliki toko online sendiri dengan lebih mudah. Cukup dengan nomor telepon selular, setiap orang bisa mendaftar menjadi penjual di Lazada. Setelah terdaftar, penjual bisa langsung mengakses Lazada Seller Center untuk mengunggah produk yang yang dijual serta mempelajari cara mengembangkan bisnis lebih lanjut serta mendapatkan akses eksklusif ke portal edukasi Lazada University yang berisi berbagai materi pelatihan, tools, serta tips dari para ahli.

Related posts

Leave a Reply