Usung Konsep 4.0, Kawasan Industri Senilai USD 300 Juta Berdiri di Karawang

Kementerian Perindustrian terus mendorong tumbuhnya kawasan industri karena berperan strategis dalam memacu pertumbuhan ekonomi daerah hingga nasional.

Kawasan industri juga memberikan efisiensi bagi operasional perusahaan di dalamnya karena ketersediaan fasilitas yang terintegrasi sehingga dapat mendongkrak daya saing sektor manufaktur tersebut.

Read More

“Bahkan, dengan adanya kawasan industri ini, dapat pula membuka lapangan kerja yang banyak dari investasi sektor industri yang masuk,” kata Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto pada acara 2019 Group Groundbreaking Ceremony for Karawang New Industry City Tenants di Karawang, Jawa Barat, Kamis (20/6).

 

Menurut Menperin, dengan bertambahnya penyerapan tenaga kerja, pendapatan masyarakat akan ikut naik dan berdampak pula pada peningkatan ekonomi wilayah setempat. Di samping itu, mampu menggenjot produktivitas perusahaan yang berlokasi di kawasan industri dalam upaya menciptakan nilai tambah tinggi.

“Hari ini, kita menyaksikan milestone besar dari CFLD International maupun sektor perindustrian di Indonesia. Kami mengapresiasi pembangunan KNIC ini, terlebih lagi sebagai kawasan industri yang diarahkan menuju kawasan industri 4.0,” paparnya. KNIC akan dikelola oleh CFLD International, perusahaan perencana, pengembang, dan operator kota industri baru berskala internasional.

Pembangunan KNIC yang meggelontorkan dana mencapai USD300 juta ini mampu menarik investasi hingga USD100 juta dari enam perusahaan yang telah berkomitmen menjadi tenant-nya. Investor tersebut antara lain berasal dari China, Taiwan, Jepang, dan Indonesia. Kawasan industri terpadu ini ditargetkan mampu menciptakan 4.000 lapangan pekerjaan baru.

 

Dalam kesempatan ini, dilakukan groundbreaking enam perusahaan yang akan beroperasi, yaitu PT Wook Global Technology, PT Ikimura Indotools Centre, PT Ruiyuan Karawang Industrial Innovation and Development, PT Wonderful Food International, PT Brightgene Biomedical Indonesia, dan PT Binamitra Kwartasedaya. Mereka di antaranya bergerak di sektor industri makanan, farmasi, kemasan, dan alat presisi.

KNIC dinilai memiliki lokasi strategis karena terletak 47 km di timur Jakarta dan berada tepat di tengah-tengah jalur ekonomi antara kota Jakarta dan Bandung. Apalagi didukung oleh  infrastruktur utama, seperti jalan tol Cikampek, LRT Jabodetabek, rencana kereta cepat Bandung Jakarta, tol elevated, Bandara Kertajati, dan Pelabuhan Patimban.

 

Kawasan industri ini memiliki luas sebesar 205 hektare serta akan dilengkapi dengan infrastruktur kelas dunia koneksi digital. Saat ini, telah dilengkapi kantor pengelola serta sarana dan prasarana seperti jalan, jaringan listrik, dan sarana pendukung lainnya.

Selain itu, akan disiapkan fasilitas yang dirancang khusus untuk mendukung program bangunan hijau, industri pangan, industri elektronika, industri logistik modern, serta ruang inovatif untuk industri kecil dan menengah (IKM).

“Sebagai pengelola kawasan industri, KNIC perlu tetap meningkatkan pelayanan kepada perusahaan industri serta menguatkan hubungan kerja sama dengan pemerintah dan bidang usaha lainnya, termasuk turut serta meningkatkan sumber daya manusia industri yang kompeten,” ujar Airlangga.

 

Memberikan apresiasi

Menperin memberikan apresiasi terhadap pembangunan KNIC sebagai salah satu investasi tercepat dalam upaya pengembangan kawasan industri di Indonesia. “Investasi KNIC ini merupakan hasil dari realisasi kunjungan Bapak Presiden Joko Widodo pada tahun 2016 sebelum G20 di Hangzhou. CFLD International menjadi mitra pada acara seminar di Shanghai,” tuturnya.

Menurut Airlangga, investasi tersebut sekaligus menunjukkan Indonesia masih menjadi negara tujuan utama untuk penanaman modal khususnya di sektor industri. “Ini sesuai yang diharapkan Bapak Jokowi bahwa perlu adanya peningkatan investasi, dan di Karawang ini kita bisa melihat bahwa sektor industri masih bergairah. Apalagi nanti paket insentif fiskal akan dikeluarkan untuk mendukung iklim usaha semakin bergerak,” imbuhnya.

 

Menperin pun menilai, infrastruktur yang dibangun di KNIC memiliki trademark design dan kualitas kelas global. “Kami senang, CFLD terus percayaterhadap pasardi Indonesia, karena mereka telah membangun  kawasan industri diTangerang, yang ukurannya 10 kali lipat di Karawang,” ungkapnya.

Bagi Indonesia, koridor utara Jawa memiliki lokasi strategis dalam pengembangan kawasan industri. Sebab, wilayah Karawang dan Bekasi dianggap menjadi Detroit-nya Indonesia. “Banyak sektor otomotif di sana menjadikan salah satu hub mereka di tingkat regional,” kata Airlangga.

Lebih lanjut,pemerintah terus bertekad untukmembangundan memperbaiki infrastruktur. Salah satunya proyek Pelabuhan Patimban yang dapat menopang kebutuhan industri otomotif. “Kami berharap pelabuhan tersebut menjadi salah satu benchmark bagi industrial cities. Selain itu juga menjadi showcase best practice industrial city,” imbuhnya.

 

Berdasarkan program prioritas di dalam peta jalan Making Indonesia 4.0,Menperin juga mendorong perusahaan-perusahaan yang beroperasi di KNIC dapat menciptakan produk dengan nilai tambah tinggi sesuai perkembanganera industri 4.0.“Dengan digitalisasi, produktivitas akan lebih tinggi serta bisa  support untuk logistik dan pasar e-commerce bisa semakin unggul di Jawa Barat,” ujarnya.

Namun demikian, menurut Menperin, pertumbuhan kawasan industri tersebut perlu dibarengi dengan pengembangan infrastruktur teknologi digital, seperti jaringan internet 5G. Hal ini dapat menopang akselerasi penerapan industri 4.0 di Indonesia.

 

“Tentunya, teknologi baru itu memberi dampak positif terhadap peningkatan daya saing industri manufaktur kita sesuai dengan implementasi Making Indonesia 4.0,” tutur Airlangga. Untuk itu, perlu adanya pemetaan klaster-klaster industri yang sudah siap memasuki era digital.

Menperin menambahkan, pengembangan kawasan industri perlu memperhatikan terhadap pengelolaan limbah dalam rangka mendukung konsep ekonomi berkelanjutan. “Pemerintah juga tengah melihat konsep ekonomi keberlanjutan sebagai peluang untuk meningkatkan pertumbuhan dan daya saing sektor industri manufaktur. Upaya yang perlu dilakukan, misalnya melalui pelestarian lingkungan serta penggunaan teknologi bersih, biokimia, dan energi terbarukan,” paparnya.

Kemudian, sektor-sektor industri yang menjadi prioritas dalam pengembangan industri 4.0 di Indonesia, diharapkan menjadi tenant utama di dalam kawasan industri. Berdasarkan Making Indonesia 4.0, lima sektor manufaktur yang akan menjadi pionir, yaitu industri makanan dan minuman, tekstil dan pakaian, otomotif, kimia, serta elektronika.

 

“Seperti logistik dan warehouse itu menjadi bagian utama yang kami lihat demand-nya semakin tinggi. Jadi, smart logistic juga perlu diperhitungkan untuk meningkatkan pengembangan klaster industri. Kemudian, yang terkait dengan data center, ini menjadi penting karena merupakan otak dari industri 4.0 itu ada di big data,” paparnya.

Mitra Energi Persada, Lion Air, Lion Air Parcel, Vivo, UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, Signify, Malindo Air, Archipelago International, Kementerian RI, Kemendikbud RI, KKP RI, Kemenperin RI, Inspirational Video, Business Motivational Video, Mengoptimalkan Mode Kamera Pro vivo V15 untuk Atasi Kondisi Minim Cahaya, Bantuan KKP di Kerinci, Program DAK dari Kemendikbud, Aplikasi Terbaru dari Lion Parcel, Lion Air Group-Malindo Air Terbang dari Kuala Lumpur ke Zhengzhou dan Chengdu, 

Related posts

Leave a Reply