Pertikaian berkepanjangan yang terjadi di Papua hingga kini belum juga menemukan titik terang.
Munculnya isu diskriminasi rasial terhadap masyarakat Papua dalam beberapa waktu terakhir, membuat situasi keamanan semakin memburuk, hingga mengancam kerukunan antar suku di wilayah Papua.
Hal ini dibuktikan dengan banyaknya korban yang berjatuhan, bentrokan antara masyarakat dengan aparat keamanan, hingga pemulangan warga pendatang ke daerah asal.
Situasi Papua yang kian panas ini menjadi latar belakang Yayasan Tifa menerbitkan kembali buku berjudul “Dialog – Jakarta Papua: Sebuah Perspektif Papua” karya salah satu tokoh perdamaian Papua, Pater Neles Tebay. Yayasan Tifa juga menggandeng komponis internasional Ananda Sukarlan untuk bersama-sama menggaungkan pesan perdamaian di Papua sekaligus mengenang Pater Neles Tebay yang wafat pada 14 April 2019 lalu.
Karya Ananda Sukarlan yang dipersembahkan bagi Papua merupakan karya lanjutan dari musik klasik ciptaannya yang berjudul Rapsodia Nusantara No. 24. Setiap rapsodi didasarkan pada satu lagu daerah di setiap provinsi di Indonesia.
“Rapsodia Nusantara No. 24 ini bertujuan untuk memperkenalkan budaya Papua kepada dunia internasional melalui musik, sekaligus mengenang salah satu tokoh perdamaian Papua Pater Neles Tebay. Saya mengambil dari lagu daerah Kabupaten Dogiyai – Papua yang merupakan tempat kelahiran Pater Neles Tebay. Lagu ini pada dasarnya hanya memiliki 3 elemen nada, kemudian saya kombinasikan dengan berbagai nada yang lebih kompleks, sehingga menjadi suatu musik berdurasi 7 menit yang dapat memainkan emosi pendengar”, ujar Ananda Sukarlan saat ditemui pada Konferensi Pers di Jakarta, 15 Oktober 2019.
Ananda Sukarlan pun menambahkan bahwa karya ini dituangkan dalam satu buku khusus yang berisi partitur Rapsodia Nusantara No. 24, sehingga setiap orang yang memainkan partitur tersebut tahu bahwa karya ini dikhususkan untuk mengenang Pater Neles Tebay dan memperkenalkan budaya Papua.
“Melalui kekuatan musik, segala hal yang tidak dapat disampaikan melalui kata-kata menjadi dapat tersampaikan karena musik mampu mengoyakan emosi para pendengar. Jadi, pendengar dapat tahu pesan yang ingin disampaikan, terutama orang-orang yang berasal dari luar daerah ini”, tutur Ananda.
Kegiatan ini turut didukung oleh Universitas Pelita Harapan (UPH) sebagai salah satu institusi yang sudah sejak lama memiliki kepedulian terhadap Papua, terutama dalam bidang pendidikan.
“UPH sudah sejak lama memiliki concern terhadap Papua, terutama dari segi pendidikan. Hal ini dibuktikan dengan banyaknya tenaga pengajar kami yang terjun untuk mengabdi di Papua. UPH ingin turut andil dalam mendukung kegiatan ini, karena UPH memiliki Fakultas Musik dan dengan ditampilkannya Rapsodia Nusantara No. 24 ini di UPH, baik mahasiswa UPH maupun publik bisa turut mendengarkan musik klasik yang familiar di telinga mereka dan tahu pesan perdamaian yang ingin disampaikan”, tandas Juliana Suhindro Putra – Dosen DKV UPH yang juga Desainer buku partiture Rapsodia Nusantara no 24 milik Ananda.
Di UPH, Ananda akan memberikan Piano Masterclass, pada 30 Oktober 2019, dan Music Composition Seminar, dilanjutkan dengan interactive talk show pada 31 Oktober 2019 yang terbuka bagi mahasiswa Fakultas Musik UPH, serta publik. Sebagai puncak kunjungannya di UPH, Ananda menggelar Gala Concert bertajuk ‘Indonesia in Harmony’ dan menampilkan karya terbarunya Rapsodia Nusantara No. 24 setelah perdana tampil di Ubud Writers dan Readers Festival 2019, konser ini berlangsung di Grand Chapel kampus UPH, pada 31 Oktober 2019, pukul 18.00.
UPH, Datascrip, Vivo, United Tractors, Kementan RI, KKP RI, KLHK RI, Kemenkes RI, Inspirational Video, Motivational Video