Tegar dan Olahraga Boccia yang Mencetak Sejarah

Jakarta: Pada sebuah ruangan sunyi di Yayasan Pembinaan Anak Cacat (YPAC) Solo, terlihat banyak pemuda duduk di kursi roda. Tangan mereka dengan susah payah menggenggam dan menggulir bola. Mereka sedang berlatih boccia. Sebuah permainan baru di Indonesia yang bakal dipertandingkan pada Asian Para Games 2018 di Jakarta.
Kesunyian itu tiba-tiba pecah oleh suara “masuk pak Eko” yang diucapkan oleh salah satu atlet boccia. Seorang laki-laki berkulit sawo matang dengan topi ke belakang, mengucap kalimat yang tengah ramai di media sosial itu dengan penuh percaya diri. Pasalnya, bola yang ia gulirkan berhasil menyentuh dan mendekati bola jack.
Memang dalam aturan permainan boccia, pemenang ditentukan dari seberapa dekat bola pemain dengan bola netral yang berwarna putih atau dikenal dengan sebutan bola jack. Atlet yang berbahagia itu namanya Tegar Aprilian. Rasa bahagia itu sudah muncul sejak pertama kali namanya masuk ke dalam skuad boccia Indonesia.
Pemuda kelahiran Bogor, 21 April 1994 ikut seleksi nasional gelombang kedua pada bulan April. Ternyata bulan itu membawa keberuntungan bagi Tegar karena pada bulan itulah dia resmi menyandang status atlet nasional.
Boccia merupakan olahraga baru di Indonesia. Pertama kali olahraga ini dipertandingkan saat Pekan Olahraga Pelajar Paralimpiade Nasional (Peparpenas) 2017 di Solo pada 7-14 November. Ajang itu diikuti oleh 15 provinsi. “Saya senang karena boccia baru pertama kali di Indonesia. Itu artinya, saya atlet pertama yang mencoba olahraga ini dong,” ujar Tegar.
Namun perjuangan Tegar untuk dapat menjadi atlet boccia tidaklah mudah. Dia membayarnya dengan latihan yang giat dan tekun. Pada awalnya, semua terasa sulit. Saat itu dia masih suka asal lempar dan menggulirkan bola. Seiring berjalannya waktu, akurasi Tegar sudah semakin baik bahkan salah satu yang punya akurasi tertinggi di antara rekan-rekannya sesama atlet boccia.
Tim boccia Indonesia memang baru terbentuk awal tahun 2018, akan tetapi kemajuannya sudah cukup signifikan. Hal ini diutarakan oleh Tegar saat Indonesia melakukan try out ke Korea Selatan. Di sana, para pelatih boccia Korea memuji kehebatan atlet Indonesia yang dianggap termasuk paling cepat beradaptasi.
“Di sana, kami (atlet-atlet boccia) belajar cukup banyak. Mulai dari belajar teknik, sisi sudut yang ternyata penting sekali,” kenang Tegar sambil menunjukkan foto-foto latihan selama di Korea dari ponsel pribadinya. Sepulangnya dari Korea, tekad Tegar semakin menebal. Visinya terhadap olahraga boccia semakin luas karena dia ingin menjadi duta olahraga boccia di Indonesia.
“Saya juga mau memperkenalkan olahraga boccia kepada seluruh masyarakat Indonesia. Jadi boccia jangan cuma pas ada Asian Para Games, saya mau ada kejuaraan-kejuaraan lain di tingkat daerah agar olahraga ini semakin dikenal dan berkembang,” kata Tegar dengan mantap.
Sebelum jadi atlet boccia, Tegar adalah mahasiswa jurusan manajemen informatika. Dia juga menjalankan bisnis online. Namun saat ada kesempatan membela nama Indonesia dan peluang mencetak sejarah, Tegar tidak menyiakannya. Dia telah mengorbankan kuliah, waktu, tenaga, pikiran, demi olahraga boccia dan Indonesia