Perkembangan dan Edukasi Ekosistem Blockchain di Indonesia

Jakarta, 28 Juni 2021 — Asosiasi Blockchain Indonesia (A-B-I) menyampaikan bahwa terdapat  peningkatan ditengah masyarakat akan minat dalam berinvestasi dalam bitcoin, dimana  terdapat:

  • Dua puluh dua (22) company yang tergabung menjadi anggota A-B-I • Jumlah investor meningkat sebesar 280% dari 1,5 juta di tahun 2020 menjadi 4,2 juta di  tahun 2021
  • Investor merupakan Gen Z dan millenial yang didominasi oleh Jakarta, Bali, Surabaya,  Batam, dan Bandung
  • Volume perdagangan mencapai 1,7 triliun per hari

Melihat perkembangan ini dan potensi ke depan, A-B-I melakukan edukasi diantaranya dengan  melaksanakan edukasi kepada konsumen bersama KVB sebagai Public Relations Partner  diantaranya A-B-I berpartisipasi dalam Voice of Startups’ New Economy Talks, sebagai salah  satu cara untuk membentuk ekosistem blockchain dan cryptocurrency yang berdampak positif dan melaksanakan edukasi kepada masyarakat tentang blockchain dan cryptocurrency.

“Seiring dengan perkembangan ekosistem cryptocurrency, A-B-I berharap literasi masyarakat  Indonesia mengenai cryptocurrency dan trading dapat meningkat. Untuk mendukung  perkembangan ekosistem tersebut, dibutuhkan kerja sama dari berbagai pihak seperti sektor  publik dan sektor privat. Untuk hal ini kami didukung oleh KVB sebagai Public Relations Partner untuk berkomunikasi dengan berbagai pihak yang memangku kepentingan beserta  dengan publik,” Oham Dunggio, Chairman, Asosiasi Blockchain Indonesia (A-B-I),  mengatakan.

Baca juga  Kementerian PUPR Lakukan Evaluasi Program Perumahan

Sebagai gambaran, ekosistem blockchain adalah sebagai berikut.

“Literasi masyarakat tentang blockchain dan cryptocurrency bersifat penting, apalagi di  bidang baru, termasuk misalnya trading dan fluktuasi harga crypto yang disebabkan oleh  berbagai faktor seperti regulasi yang belum sematang sektor trading lainnya seperti saham.  Karena itu, kami selaku Asosiasi Blockchain Indonesia ingin membantu meningkatkan literasi  masyarakat melalui beragam platform,” Oham Dunggio, Chairman dari Asosiasi Blockchain  Indonesia, menambahkan.

A-B-I menyampaikan pesan edukasi tentang “Cara Menghindari Dominasi Emosi Dalam  Trading dan Investasi Dengan Mengenali Beberapa Bias Psikologis” dengan mengutip pesan  dari Bitocto, yaitu:

  1. Bias Kognitif
  2. a) Terlalu Percaya Diri

Saat seseorang terlalu percaya diri karena kemampuan atau pengetahuan yang  dimilikinya, dimana kepercayaan diri ini tidak terjamin karena umumnya hanya  berdasarkan intuisi, penilaian, dan kemampuan kognitif individu itu sendiri. Risikonya  seseorang akan lebih sulit menerima informasi lain, ataupun memikirkan untuk  manajemen risiko investasinya.

  1. b) Disonansi Kognitif
Baca juga  Unilever Indonesia Gelar Sentra Vaksinasi bagi 1.000 Anggota Komunitas Pemulung di Bantar Gebang

Perasaan tidak nyaman yang muncul dikarenakan adanya informasi baru yang  seseorang peroleh yang berbeda dengan pemahaman awal yang ia miliki. Sehingga  menghadapi rasa tidak nyaman dengan penolakan atau biasa juga dikenal dengan  denial. Risikonya penilaian terhadap suatu investasi yang dilakukan tidak apa adanya  karena psikologis penolakan ini.

  1. c) Ilusi Kontrol

Keyakinan akan keberhasilan suatu investasi yang dipilih oleh seseorang dikarenakan  keyakinan mereka terhadap diri, yang dianggap bisa mengontrol atau mempengaruhi  hasil investasi tersebut, meski pada nyatanya tidak benar adanya. Sehingga jadi  seperti gambling, karena kepercayaan terhadap suatu investasi yang dilakukan bukan  dari pengetahuan atau perhitungan, melainkan kepercayaan lebih ke terhadap nasib  sendiri.

  1. Bias Emosional
  2. a) Enggan Merugi

Dimana saat seorang investor atau trader memiliki ketakutan akan loss atau merugi lebih tinggi dari keinginannya untuk profit. Bias ini membuat individu menjadi  gegabah dalam mengambil keputusan karena berdasarkan panik dan rasa takut.

  1. b) Enggan Menyesal
Baca juga  Anggota DPR Desak PLN Jaga Stabilitas Operasi Ketenagalistrikan

Perasaan takut merasa menyesal atas pengambilan suatu keputusan investasi.  Umumnya bias ini dialami oleh trader dimana saat setelah menjual ternyata harga aset  masih naik lagi, atau setelah membeli suatu aset nilainya malah turun. Salah satu  risikonya jika mengalami bias ini adalah seorang trader bisa saja menahan atau hold  suatu aset yang ternyata memang tidak bernilai hanya karena ketakutan menyesal.

  1. c) Enggan Berubah

Memilih suatu investasi hanya karena sudah kenal dan nyaman, tanpa melihat tujuan  atau risiko keuangan lebih jauh. Umumnya bias ini dialami investor, sehingga  membuat investasi mereka tidak berkembang dengan maksimal atau bahkan sulit  berkembang dikarenakan enggan terhadap perubahan, dan dikarenakan ketakutan  akan sesuatu yang tidak diketahuinya.