Agenda transformasi digital di seluruh lini industri, baik oleh pemerintah maupun pihak swasta tidak hanya bertujuan untuk meningkatkan perekonomian bangsa, tetapi juga untuk mengejar pencanangan Indonesia sebagai ekonomi digital terbesar di ASEAN di tiga tahun mendatang, tahun 2025. Tetapi pada kenyataannya, 51 persen dari penduduk dewasa atau 95 juta penduduk Indonesia masih diklasifikasikan tidak memiliki rekening bank atau tidak memiliki akun lembaga jasa keuangan.
Hal ini mencerminkan potensi pasar digital yang sesungguhnya besar dan menjanjikan, dimana untuk meraih potensi tersebut diperlukan penyebaran inklusi dan literasi digital ke seluruh pelosok Indonesia, sehingga dapat menyasar jutaan masyarakat hingga pelaku usaha di Indonesia.
Berbekal misi ini, OVO sebagai platform pembayaran digital terdepan di Indonesia , sejak tahun lalu semakin memperkuat kehadirannya hingga di pelosok Nusantara dengan berkolaborasi bersama berbagai mitra yang memiliki jangkauan luas ke seluruh Indonesia.
Kolaborasi ini menghadirkan kapabilitas online to offline yang memberikan kemudahan bagi para pengguna OVO untuk dapat melakukan isi ulang saldo (top up) OVO dan tarik tunai (cash in dan cash out) di berbagai mitra, dimana hingga pertengahan kuartal pertama 2022 sudah mencapai lebih dari delapan juta titik yang tersebar di seluruh Nusantara.
“Sejak awal pandemi telah tercipta 21 juta konsumen digital baru di Indonesia, yang mana 72 persennya berasal dari daerah luar perkotaan. Hal ini menunjukkan pertumbuhan penetrasi ekonomi digital yang terjadi di Indonesia sebagai pasar terbesar di kawasan di Asia Tenggara.
Oleh karenanya, target untuk menjadikan Indonesia sebagai ekonomi digital terbesar di ASEAN pada tahun 2025 bukan suatu hal yang berlebihan,” Harumi Supit, Head of Corporate Communications OVO menyampaikan optimismenya.
“Kekuatan teknologi yang dimiliki OVO digabungkan dengan kehadiran mitra di berbagai titik di Indonesia merupakan sebuah kombinasi kerjasama yang sangat mumpuni untuk menjadi pintu yang menghubungkan jutaan masyarakat underbanked dan unbanked di Indonesia ke layanan keuangan digital.
Melalui layanan top up dan tarik tunai OVO yang kini hadir di lebih dari delapan juta titik hingga ke seluruh pelosok Indonesia, OVO menegaskan komitmennya dalam mendukung transformasi digital di Indonesia. Oleh karenanya, kami sangat bangga dapat berkolaborasi dengan beragam mitra, mulai dari Mitra Bukalapak, Fastpay, Agen Mandiri, PT Pos Indonesia, Indomaret, Lotte Mart, Grab Merchant hingga BCA untuk mendorong literasi dan inklusi keuangan serta percepatan dan pemulihan ekonomi,” papar Harumi.
“Kemitraan terbaru OVO yang tentunya juga akan memberikan kemudahan bagi pengguna dalam melakukan top up saldo OVO adalah dengan Grup Matahari Putra Prima, termasuk Hypermart, Primo, Foodmart, Hyfresh, FMX, dan Boston Stores. OVO yakin seluruh kemitraan ini akan memberikan dampak positif khususnya untuk mewujudkan target Indonesia sebagai ekonomi digital terbesar di ASEAN tiga tahun mendatang” tutup Harumi.
Diperkirakan ekonomi internet di tahun 2025 akan mencapai nilai $146 miliar dengan angka pertumbuhan per tahun (CAGR) hingga 20%. Indonesia kedepannya akan terus menjadi salah satu pasar penyedia layanan keuangan digital yang paling bergairah. Oleh sebabnya, transformasi digital menjadi momentum penting yang bisa menghubungkan bangsa Indonesia dengan teknologi, pola pikir, kesempatan bisnis global, sehingga masyarakat mendapatkan pilihan dan akses kemudahan untuk bertransaksi keuangan, yang tentunya akan turut menggerakan roda perekonomian di seluruh pelosok Indonesia.