Jakarta, 6 Desember 2019 – Memiliki hasrat atau ketertarikan pada seni membuat film, pasti menyenangkan sekali mengetahui bahwa sekarang seseorang bisa mendapatkan hasil film dengan tampilan, suara, dan efek yang sama dengan menggunakan smartphone dibanding dengan kamera canggih.
Itu semua berkat kemajuan inovasi dan perkembangan teknologi yang berjalan dengan sangat cepat.
“Sekarang saatnya memikirkan kembali videografi saat kualitas aplikasi video dan membuat film semakin meningkat yang menjadikan smartphone filming menjadi lebih terkenal beberapa tahun belakangan ini. Lebih mudah dipahami dan diterapkan, smartphone telah membuka jendela kemungkinan bercerita dan menjadi alat yang membuat film making terasa semakin dekat,” kata Lo Khing Seng, Deputy Country Director, Huawei CBG Indonesia. “Membawa dan mempersiapkan kamera besar sekarang dapat menjadi pilihan, karena siapa pun bisa menggunakan smartphone untuk membuat film hanya dalam waktu singkat.”
Pembuat film di seluruh dunia kini menggunakan smartphone. Jutaan dari mereka. Mulai dari vlogger dan jurnalis, sampai sutradara film fiksi dan dokumenter. Traveller juga menggunakan smartphone untuk merekam perjalanannya, mengubah video travel dan lifestylenya menjadi hasil produksi yang canggih.
“Ini saat yang tepat di mana siapa pun bisa mulai mengeksplor membuat film tanpa hambatan seperti perlengkapan yang kurang berkualitas ataupun pengalaman yang kurang mumpuni. Membuat film dengan menggunakan smartphone tidak berarti menghasilkan film yang kurang bagus dibanding menggunakan kamera profesional,” kata Angga Dwimas Sasongko, sutradara film yang beberapa kali memenangkan penghargaan. “Tetaplah memiliki pikiran yang terbuka dan jangan menutup diri dari kesempatan yang dapat dihadirkan oleh kemajuan teknologi.”
Angga Dwimas Sasongko, yang telah menyutradarai dan memproduseri sejumlah film yang memenangkan penghargaan, antara lain Hari Untuk Amanda, Love For Sale, Cahaya Dari Timur: Beta Maluku, Filosofi Kopi, dan Nanti Kita Cerita Tentang Hari Ini. Memulai karirnya di industri film sejak berusia 19 tahun, Angga kini mengeksplor teknologi membuat film dengan smartphone untuk menciptakan film pendek berikutnya yang akan tayang, dengan menggunakan fitur videografi yang tersedia di HUAWEI Mate 30 Pro.
Selain Angga, Tompi sedang membuat film pendek. Proses perekamannya menggunakan Huawei Mate 30 Pro.
Di HUAWEI Mate 30 Pro, inilah beberapa fitur untuk membuat film berkualitas bagus, bahkan dari halaman rumah, antara lain:
Cine Camera
Dengan sensor super besar 1/1.54 inci untuk memastikan pencahayaan yang cukup di kondisi apa pun, HUAWEI Mate 30 Pro dapat diandalkan di kondisi cahaya redup. Cine Camera juga mendukung sensitivitas cahaya yang dapat disesuaikan hingga ISO 51200di situasi yang sangat gelap. Fitur ini memberikan detail yang jelas dan siluet tajam yang dapat direproduksi secara akurat di video untuk memastikan tiap pergerakan terlihat nyata dan terang; setiap cerita disampaikan dengan jelas dan berani.
256x Ultra-Slow-motion Video
Perlambat momen penting yang sedang berlangsung hingga 7,680 frame per detik, seperti 80 kali kepakan sayam seekor burung per detik.
3D-Depth Sensing Camera
Fitur ini secara akurat mengukur kedalaman karakter dan objek yang berbeda. IPS yang ditingkatkan memungkinkan efek bokeh yang mendalam dan dinamis untuk ditambahkan ke dalam video secara real-time, menjadikan gambar portrait-nya menonjol.
Parameter Kecepatan, Interval, dan ISO yang dapat disesuaikan
Pengguna dapat menikmati time-lapse pro-mode dengan ultra-wide angle, 4K, dan ultra-low-light video. Saksikan warna langit yang berubah dari siang ke malam, bunga yang mekar semalaman, garis bintang menjadi sangat jelas dan padat dalam hitungan detik.
Ada salah satu film pendek yang baru-baru ini direkam hanya dengan menggunakan HUAWEI Mate 30 Pro, dan ini dapat menginspirasi pengguna untuk membuat film dengan cerita mereka masing-masing. Film pendek berjudul “27” dibuat oleh sutradara asal Bangkok, teknisi suara, dan seniman foley bernama Sorayos Prapapan, yang menceritakan tentang transisi keluguan menjadi kedewasaan yang tidak bisa dihindari dan terasa sangat dekat. Menampilan dua karakter perempuan Lin dan Ploy yang mengalami perjalanan tumbuh serta menemukan diri mereka saat masuk ke dunia nyata. Ploy merupakan entrepreneur otodidak yang belajar pekerjaan administratif melalui tutorial di internet, semuanya untuk perusahaan yang ia bangun. Lin merupakan temannya yang perlu belajar naik sepeda setelah menerima beasiswa untuk belajar di luar negeri selama tiga tahun. Ia juga menemukan kemampuan baru dalam memasak.
“Teknologi telah maju ke satu titik di mana kemampuan kamera yang rumit kini bisa dimasukkan ke kamera smartphone. Namun, di Asia Pasifik, termasuk di Indonesia, tidak ada banyak wadah yang mendukung dan mengembangkan mobile filmografi,” kata Khing Seng. “Dengan menyediakan alat dan sumber daya, Huawei ingin sedikit berperan dalam mendorong inovasi dan kreativitas membuat film. Dan kami saat ini sedang menyediakan wadah untuk para penggemar filmografi smartphone untuk memamerkan karya mereka di tingkat regional, mendapatkan pengakuan dunia atas kemampuan dan kreativitas mereka.”
Huawei, Aston Denpasar Hotel, Lion Air, Investree, BNI Syariah, Batik Air, Best Western Papilio Hotel, Vivo, Inspirational Video, Motivational Video