Lamongan, Kemendikbud — Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud), Muhadjir Effendy, melakukan kunjungan kerjanya ke tiga pondok pesantren (ponpes) di Paciran, Kabupaten Lamongan, Jawa Timur, yakni Pondok Pesantren Karangasem Muhammadiyah, Pondok Pesantren Modern Muhammadiyah, dan Pondok Pesantren Al-Islah Sendang Agung.
Di hadapan santri, alumni, guru, ustadz, dan pimpinan ponpes, Mendikbud mengajak santri untuk menyiapkan diri menghadapi revolusi industri 4.0. “Santri harus lebih siap dan terbuka untuk menghadapi tantangan,” disampaikan Mendikbud di Ponpes Karangasem Muhammadiyah, Lamongan, pada Minggu (21/10/2018).
Selain itu, Mendikbud juga berpesan agar para santri memperhatikan rumus 5C, yakni critical thinking (berpikir kritis), creativity (kreatifitas), communication skill (kemampuan komunikasi), collaboration (kerja sama) dan confidence (percaya diri). Meski dalam tradisi pesantren dikenal ketat dengan pelajaran teks agama, Mendikbud berharap agar santri diajak berfikir kritis melihat dunia luar. “Ilmu itu harus digali secara lebih luas dan mendalam, sesuai konteks, tetapi harus tetap kuat memegang akidah,” pesan mantan Rektor Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) tersebut.
Di sisi lain, kreativitas juga harus ditunjukkan sepanjang waktu dengan cara membuat terobosan dan menemukan sesuatu yang baru. “Di Muhammadiyah tradisi kreatif sudah dimulai sejak K.H. Ahmad Dahlan (pendiri Muhammadiyah), yakni dengan membuat sistem pendidikan modern pada zamannya. Oleh karena itu, santri yang tidak kreatif akan ditinggalkan oleh zaman,” ujar Mendikbud.
Di samping berpikir kritis dan kreatif, Mendikbud menambahkan santri juga harus memiliki jaringan yang luas dan mampu berkolaborasi, serta memiliki keterampilan menulis dan berbicara dihadapan publik. “Seseorang tidak akan kelihatan cerdas jika tidak bisa menyampaikan gagasannya dengan baik,” katanya.
“Untuk itu, keterampilan komunikasi dan kepercayaan diri juga sangat penting,” lanjutnya.
Dalam kesempatan ini, Mendikbud juga menyampaikan pesan Presiden Joko Widodo untuk senantiasa menjaga negara yang sangat besar ini. Indonesia merupakan negara yang memiliki daratan yang sangat luas seperti daratan Eropa dengan ratusan suku dan ribuan pulau.
Tokoh-tokoh Muhammadiyah terdahulu, lanjut Mendikbud, telah merintis nilai-nilai kebangsaan yang sangat kuat, seperti Jenderal Sudirman yang mendirikan TNI, Ki Bagus Hadikusumo perintis kemerdekaan dan perumus UUD 1945, dan Ir. H. Juanda yang memperjuangkan wilayah laut sebagai bagian Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).
“Sebagai penerus kemerdekaan tidak mungkin Muhammadiyah mengkhianati apa yang sudah diperjuangkan oleh pendahulunya,” ungkap Mendikbud. Oleh karena itu, bagi Muhammadiyah, NKRI adalah negara yang sudah final sebagai hasil kesepakatan.
Bantuan Perangkat TIK
Selain melakukan peninjauan di tiga pesantren tersebut, Mendikbud juga menyerahkan bantuan perangkat Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) berupa komputer kepada Sekolah Menengah Pertama (SMP) Muhammadiyah Karangasem, SMP Muhammadiyah Modern, SMP Muhammadiyah 12 Al Islah dan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Muhammadiyah Karangasem, masing-masing sebanyak 20 unit. Perangkat TIK ini dapat digunakan sebagai pusat sumber belajar (PSB) bagi peserta didik dan tenaga pendidik di sekolah.
Pengasuh Ponpes Karangasem, K.H. Hakam Mubarrok, mengatakan kehadiran Mendikbud ke ponpes yang diasuhnya menurutnya sangat strategis untuk memotivasi santrinya. “Setiap tokoh, apalagi tokoh Muhammadiyah sangat kita harapkan menjadi panutan bagi santri-santri kami,” ungkap pemimpin ponpes yang kini genap berusia 70 tahun itu.
Hal serupa juga dikemukakan pengasuh Ponpes Modern Muhammadiyah, K.H. Abdul Munir dan Ponpes Al-Islah, K.H. M. Dawam Soleh. Munir berharap Mendikbud tetap memperhatikan basis pendidikan di Muhammadiyah meski sudah menjadi pejabat publik. “Alhamdulillah Pak Muhadjir tidak melupakan kita, semoga beliau selalu sehat dan selamat mengemban amanah negara yang berat ini,” katanya.