Jakarta, 1 Maret 2024 – Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia bekerja sama dengan Badan Perdagangan dan Pembangunan Amerika Serikat (USTDA) mengadakan Focus Group Discussion (FGD) dengan tema “Evaluasi Regulasi Keamanan Cyber Indonesia: Membangun Landasan Keamanan Siber yang Kuat”. Kegiatan ini merupakan bagian dari usaha untuk merumuskan peta jalan pengembangan industri keamanan siber, sebagai respons terhadap ancaman kejahatan siber yang terus berkembang.
Dengan penetrasi internet yang semakin meluas, ekosistem digital Indonesia telah mengalami perubahan signifikan dalam beberapa tahun terakhir. Data dari We Are Social menunjukkan bahwa jumlah pengguna internet di Indonesia mencapai 185 juta orang pada Januari 2024, meningkat sekitar 1,5 juta orang atau 0,8% dibandingkan tahun sebelumnya. Angka tersebut setara dengan 66,5% dari total populasi Indonesia yang mencapai 278,7 juta jiwa. Seiring dengan perkembangan ini, lanskap keamanan siber juga menjadi dinamis dan terus berkembang.
Firlie Ganinduto, Wakil Ketua Umum Bidang Komunikasi dan Informatika, menyatakan bahwa Kadin Indonesia sepenuhnya mendukung upaya pemerintah dalam memperkuat sistem keamanan siber. Kadin Indonesia tengah merencanakan penyusunan White Paper tentang pengembangan industri keamanan siber di Indonesia sebagai dasar implementasi blueprint pengembangan industri dan ekosistem keamanan siber. Langkah ini merupakan wujud dukungan konkret Kadin Indonesia terhadap upaya pemerintah dalam mengatasi ancaman kejahatan siber.
“Dalam upaya penyusunan White Paper ini, kami menyelenggarakan FGD untuk mengumpulkan masukan dan aspirasi dari pemerintah, sektor swasta, dan pihak terkait lainnya. FGD bertujuan memberikan gambaran komprehensif mengenai regulasi keamanan siber di Indonesia, memahami rencana pemerintah dalam mengembangkan ekosistem keamanan siber, serta mendapatkan wawasan industri mengenai ancaman keamanan siber terhadap infrastruktur krusial,” jelas Firlie.
Menurut laporan Badan Siber dan Sandi Negara (BSSN), terdapat 361 juta anomali lalu lintas atau serangan siber dalam negeri dari Januari hingga Oktober 2023. BSSN juga mencatat bahwa hingga Agustus 2023, tingkat anomali trafik yang berhasil menginfeksi mencapai 75,49% atau sekitar 203 juta anomali trafik. Jenis serangan yang paling umum termasuk aktivitas malware (29,7%) dan aktivitas trojan.
Eric Hsu, Konselor Komersial Kedutaan Besar AS, menyampaikan bahwa keamanan digital harus menjadi prioritas seiring meningkatnya penetrasi internet dan serangan siber terhadap dunia usaha, termasuk perusahaan kecil dan besar, sektor finansial, pemerintahan, dan ritel. “Keamanan digital adalah hal yang krusial dan berdampak pada pengembangan proyek strategis seperti kota pintar dan inisiatif pemerintah untuk mempromosikan akses digital di masa depan,” ungkapnya.
“Kolaborasi antara Kadin Indonesia dan pemerintah AS merupakan langkah strategis yang signifikan dalam mengatasi kesenjangan digital dan mencapai tujuan nasional untuk akses yang inklusif. Dengan meningkatnya keamanan siber, kita dapat menghubungkan masyarakat terpencil dan membuka potensi ekonomi yang lebih luas,” tambah Eric.
Berdasarkan National Cybersecurity Index (NCSI) 2023, skor indeks keamanan siber Indonesia mencapai 63,64 poin, naik 24,68 poin dibandingkan tahun 2022. Secara global, Indonesia menempati peringkat ke-49 di dunia, terpaut 31,17 basis poin dari Belgia yang menduduki peringkat pertama sebagai negara dengan tingkat keamanan siber terbaik.