Infrastruktur Pengendalian Banjir Kali Bogel Lindungi Lima Desa di Blitar

Blitar – Kawasan di bantaran Kali Bogel, Kecamatan Sutoyan, Kabupaten Blitar, Jawa Timur selama ini menjadi daerah langganan banjir akibat sedimentasi dan debit air yang menggerus dinding sungai dan tanggul sungai yang rendah. Banjir paling parah tercatat terjadi pada tahun 2004 dengan ketinggian lebih dari 2 meter yang merusak lahan pertanian dan rumah-rumah penduduk.

 

Untuk mengurangi risiko banjir di kawasan tersebut, Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) tengah menyelesaikan pembangunan infrastruktur pengendalian banjir berupa normalisasi dan pelebaran alur Kali Bogel sepanjang 7,21 Km. Kegiatan ini merupakan salah satu upaya Kementerian PUPR untuk memperbaiki Daerah Aliran Sungai (DAS) Kali Bogel yang masuk kategori kritis.

Pada Kamis (3/1/2019), Presiden Joko Widodo (Jokowi) meninjau lokasi proyek pengendalian banjir Kali Bogel didampingi oleh Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) Basuki Hadimuljono, Menteri Agraria dan Tata Ruang/Kepala Badan Pertanahan Nasional (BPN) Sofyan Djalil, serta Sekretaris Kabinet Pramono Anung.

Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Basuki Hadimuljono mengatakan perubahan ikilim menjadi tantangan dalam pengelolaan sumber daya air di Indonesia. Pergeseran dan perubahan masa musim hujan dan kemarau, serta pola hujan dengan durasi pendek namun intensitasnya tinggi kerap mengakibatkan banjir. “Saya mengajak semua pihak untuk menjaga daerah tangkapan air melalui penghijauan kembali dan menahan laju alih fungsi lahan,” kata Menteri Basuki beberapa waktu lalu.

Baca juga  Kebersihan Kabin dan Sirkulasi Udara Tetap Terjaga pada Pesawat Jet Airbus Lion Air Group

Dirjen Sumber Daya Air Kementerian PUPR Hari Suprayogi menyatakan, normalisasi Kali Bogel yang dilakukan Balai Besar Wilayah Sungai (BBWS) Brantas, Ditjen Sumber Daya Air (SDA) akan mengurangi risiko banjir di lima desa dengan luasan sekitar 500 hektar. Kelima desa tersebut yakni Desa Pandanarum, Bacem, Sumberejo, Sutojayan dan Kedungbunder.

 

“Pembangunan pengendali banjir berada di sepanjang aliran Kali Bogel (3,5 km) ditambah anak sungai Kali Bogel yakni Sungai Geseng (2,4 Km), Kedung Wungu (1,4 Km) dan Pajem (800 m). Pekerjaan dilakukan selama 3 tahun dari 2017. Saat ini progresnya sudah 23%, dan ditargetkan selesai November 2020,” ujar Hari.

Pekerjaan yang dilakukan diantaranya adalah pelebaran sungai dari lebar 6 meter menjadi 14 meter dan pembuatan tanggul di kedua sisi aliran sungai setinggi 7 meter untuk mencegah terjadinya longsor.

Baca juga  “Paket Menginap Menyambut Imlek dari Intiwhiz”

Nilai kontrak pembangunannya sebesar Rp 162,8 miliar bersumber dari APBN yang dikerjakan melalui kontrak tahun jamak (2017-2020) oleh PT. Gunakarya Nusantara-PT. Moderna Tehnik Perkasa, Kerjasama Operasi (KSO).

Kepala Kelurahan Sutojayan, Sugeng menyatakan sangat berterimakasih atas pembangunan pengendali banjir Kali Bogel, karena sejak banjir besar tahun 2004 lalu, sudah diusulankan pembangunannya dan kini sudah dikerjakan. “Harapan masyarakat dengan adanya normalisasi sungai akan melindungi sawah dan rumah para petani dari kerusakan akibat banjir yang setiap tahun terjadi,” ujarnya.

 

Rehabilitasi Daerah Irigasi Lodoyo

Sebelumnya Presiden Joko Widodo meninjau rehabilitasi Daerah Irigasi Lodoyo Desa Jegu yang lokasinya masih berada di Kecamatan Sutojayan. Rehabilitasi dilakukan dengan memperbaiki saluran irigasi sepanjang 16,42 km.

“Nanti (setelah) selesai semua, tentu air yang dibutuhkan sawah bisa disalurkan,” kata Presiden Joko Widodo, seusai meninjau perbaikan saluran irigasi Lodoyo.

 

Menteri PUPR Basuki Hadimuljono mengatakan, awalnya kapasitas air yang didistribusikan saluran irigasi Lodoyo sebesar 14 meter kubik/detik. Namun, akibat penyempitan, kapasitasnya berkurang tinggal 9 meter kubik/detik sehingga mengurangi wilayah sawah yang bisa diairi. Setidaknya 3.802 hektar sawah milik 6.548 petani kekurangan air. Setelah perbaikan, kapasitas saluran irigasi kembali optimal menjadi 14 meter kubik/detik.

Baca juga  Mitra Kerja di Minta Segera Tindak Lanjuti Penyelewengan Pupuk Bersubsidi

Dirjen SDA Hari Suprayogi menjelaskan saluran irigasi Lodoyo sudah dibangun sejak tahun 1976 dengan kondisinya yang semakin menurun akibat sedimen, sehingga diperlukan langkah rehabilitasi. “Saluran induk irigasi ini terhubung dari Lodoyo hingga Tulungagung yang disebut Lodagung, sepanjang 169 km. Kita lakukan rehab dengan anggaran Rp 12,4 miliar yang dikerjakan dari Februari-Desember 2018, dan sudah rampung,” jelasnya.

Turut mendampingi Menteri Basuki, Dirjen SDA Hari Suprayogi, Direktur Sungai dan Pantai Jarot Widyoko, Kepala BBWS Brantas Saroni Sugiyanto, dan Kepala Biro Komunikasi Publik Endra S. Atmawidjaja.