Seremonia.id – Agustus lalu, perayaan Hari Hiu Paus Internasional kembali menyapa warga Gorontalo di kawasan Pantai Botubarani. Kepala Dinas Pariwisata, Aryanto Husain, menjelaskan bahwa acara tahunan ini diharapkan akan memberikan dampak sosial dan ekonomi yang positif bagi masyarakat sekitar, serta para pelaku usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM).
Acara yang telah menjadi tradisi ini menampilkan beragam kegiatan yang bertujuan untuk merayakan keajaiban laut, khususnya keberadaan hiu paus, sambil tetap menjaga kelestarian lingkungan. Salah satu kegiatan utama adalah susur pantai dan pengumpulan sampah plastik, yang melibatkan unsur pelajar, masyarakat umum, hingga TNI/Polri.
Hari Hiu Paus Internasional bukan sekadar perayaan, melainkan juga sebuah kesempatan bagi masyarakat untuk berpartisipasi aktif dalam menjaga ekosistem laut. Salah satu permasalahan serius yang dihadapi hiu paus adalah sampah plastik yang mencemari perairan. Sampah plastik yang tertelan oleh hiu paus menjadi salah satu penyebab kematian mereka. Oleh karena itu, konservasi hiu paus harus dilakukan secara berkelanjutan, seiring dengan upaya menjaga kebersihan ekosistem laut untuk memastikan populasinya tetap ada dan dapat bertambah.
Latar Belakang Perayaan Hari Hiu Paus Internasional di Gorontalo
Hiu paus adalah makhluk luar biasa yang telah menjadi daya tarik wisata di Pantai Botubarani. Keberadaan mereka yang hampir setiap hari muncul di kawasan ini telah mengangkat kesejahteraan masyarakat dan para nelayan setempat. Usaha penyewaan perahu dan alat menyelam berkembang pesat, dan pemilik bagan juga mendapatkan manfaat dari kehadiran wisatawan yang ingin melihat hiu paus dari dekat atau menyelam di sekitar bagan.
Namun, sisi positif ini juga diimbangi dengan keprihatinan para nelayan. Kehadiran ribuan wisatawan setiap bulan untuk menyaksikan hiu paus bisa berdampak negatif jika tidak diatur dengan baik. Mereka khawatir hiu paus akan meninggalkan Kawasan Konservasi Perairan Daerah (KKPD) setempat, yang dapat mengancam mata pencaharian mereka.
Gonzalo Araujo, seorang guru besar bidang kelautan asal Argentina yang telah lama meneliti hiu paus, turut serta dalam upaya ini. Araujo telah melakukan penelitian langsung di Botubarani dan berupaya mengedukasi masyarakat setempat tentang pentingnya menjaga hiu paus sebagai makhluk laut yang mencari mangsa sendiri dan bukan bergantung pada pemberian manusia.
Para peneliti Indonesia juga turut berperan dalam upaya konservasi hiu paus di Teluk Tomini dengan memasang transmiter accelerometer di sirip punggung hiu paus untuk memantau pergerakan mereka. Upaya perlindungan penuh kepada hiu paus di Teluk Tomini sangat penting, mengingat status mereka yang terancam punah, sebagaimana yang diungkapkan oleh Dewan Konservasi Alam Internasional (IUCN).
Pemerintah setempat juga telah bergerak dalam mendukung upaya konservasi ini dengan memulai peringatan Hari Hiu Paus Internasional pada tanggal 30 Agustus 2020 silam. Acara ini menjadi awal dari deklarasi dukungan terhadap pengelolaan destinasi wisata hiu paus secara berkelanjutan di Pantai Botubarani. Ini juga melibatkan penetapan tata ruang kelautan dan zonasi konservasi laut bersama Kementerian Kelautan dan Perikanan serta Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan.
Dengan perayaan Hari Hiu Paus Internasional ini, diharapkan kesadaran akan pentingnya konservasi hiu paus dan menjaga lingkungan laut akan semakin meningkat. Ini bukan hanya menjadi perayaan, tetapi juga momentum untuk bertindak demi keberlanjutan lingkungan laut dan masa depan hiu paus yang sangat berharga ini. Semoga upaya-upaya ini dapat menjaga keberadaan hiu paus di perairan Botubarani dan menginspirasi tindakan serupa di seluruh dunia.