Jakarta, 19 Oktober 2018 – Menjaga pola hidup sehat tidak mudah bagi sebagian orang, apalagi jika seseorang telah mengidap kanker. Selain karena stres juga karena stigma di masyarakat bahwa kanker adalah penyakit yang mengerikan.
Tapi tidak bagi Shahnaz Haque, survivor kanker yang sudah bersahabat dengan kanker selama 20 tahun. Ia bercerita kalau keluarganya ada juga yang mengidap kanker, ibunya meninggal karena kanker, neneknya pun seperti itu.
Shahnaz juga menikah dengan sang suami yang kedua orang tuanya meninggal karena kanker, begitupun dengan nenek mertua Shahnaz.
”Jadi memang keluarga kami dekat sekali dengan kanker. Saya pun pasien kanker. Tahun 1998 saya terdeteksi kanker ovarium, tapi atas kebaikan Tuhan saya bisa punya 3 anak,” kata Shahnaz.
Kanker bagi Shahnaz, bukanlah penyakit yang mengerikan, karena ia berprinsip semua orang pasti meninggal, baik yang menderita kanker ataupun tidak. Artinya, tambah Shahnaz semua orang itu sama, persoalan hidup atau mati itu urusan Tuhan.
Gaya hidup sehat yang dilakukan Shahnaz selama ini adalah mengatur pola makan dengan baik, rajin menggerakkan badan walaupun dengan aktivitas sederhana di rumah seperti beres-beres dan memasak. Ia mengaku teknologi yang berkembang saat ini secara tidak langsung membuat orang menjadi malas bergerak.
Shahnaz mencontohkan untuk menyalakan televisi saja cukup duduk dan memencet remote, berbeda dengan zaman dahulu yang harus beranjak dari tempat duduk untuk menyalakan dan memindahkan channel TV.
Padahal bergerak sekecil apapun di rumah akan bermanfaat bagi kesehatan.
”Olahraga itu bukan datang ke gymnastic karena membutuhkan waktu dan membutuhkan biaya, tapi kalau badannya bergerak terus atau sibuk di rumah, itu lebih baik,” ungkapnya.
Beraktivitas sekecil apapun di rumah ia ajarkan juga kepada anak-anaknya. Mengingat Shahnaz adalah seorang survivor kanker, lantas ia mengajarkan anak-anaknya untuk melakukan gaya hidup sehat dengan melatih disiplin seperti sudah makan cuci piring sendiri, dan mandiri agar tidak tergantung pada asisten di rumah.
”Saya mendidik karakter baik pada anak saya, kemandirian, agar dia tidak tergantung pada pembantu. Dengan seperti itu dia dapat bergerak melakukan aktivitas di rumah,” kata Shahnaz.
Terkait pola makan, Shahnaz mengurangi konsumsi daging merah, kira-kira sebulan sekali ia mengonsumsinya. Ia lebih sering memakan daging putih seperti daging ayam dan ikan.
Kemudian mengonsumsi makanan yang tidak telalu lama disimpan di lemari es. Jadi saat mau makan, memasak terlebih dahulu dan langsung dihabiskan, malam atau besoknya masak lagi.
Selain itu, Shahnaz menekankan untuk lakukan tes kesehatan rutin dan sedini mungkin. Semakin dini kanker terdeteksi akan semakin besar peluang untuk dikendalikan.
”Kalau kita terkena kanker, harus tahu apa yang harus dilakukan, penyembuhan saya setahun karena langsung diangkat. Tapi kalau ditanya proses pemeliharaannya supaya tetap sehat ya sampai saya mati, karena dalam setahun 2 kali mesti periksa darah CA 125, apakah dia (kanker) tetap tidur atau ada yang muncul, jadi semuanya dari periksa darah,” ucap Shahnaz.
Kemudain lanjut Shahnaz, ia mesti melakukan tes kanker serviks dengan pap smear walupun kankernya di ovarium dan harus menggunakan transducer seperti orang hamil. Pemeriksaan seperi itu rutin Shahnaz lakukan setahun dua kali.
”Kalau sekali kita terkena kanker maka kita mesti bersahabat dengan penyakit itu. Kalimat survive itu bukan artinya kanker hilang karena sel itu sudah ada di tubuh kita, jadi bagaimana kita mengolah pikiran untuk tidak stres, membuat badan tetap sehat. Kemudian menjaga pola makan, itu faktor eksternal, kalau internal itu menjaga pikiran agar tidak stres,” ucapnya.
Menteri Kesehatan RI Nila Moeloek mengatakan cek kesehatan rutin sedini mungkin itu penting sekali. Ia sangat mendukung survivor untuk tetap survive melawan kanker dan mengingatkan kepada semua orang untuk cek kesehatan rutin.
”Makin dini penyakit ditemukan, makin kita mudah mengobatinya dan mencegah agar tidak semakin parah,” kata Menkes Nila.