Dr. phil. Lucia D. Krisnawati, Dosen Informatika sekaligus Kepala Biro Kerjasama dan Relasi Publik Universitas Kristen Duta Wacana (UKDW) Yogyakarta berhasil meraih International Office Conference (IOC) 2021 Best Presenter yang diselenggarakan oleh Universitas Islam Indonesia (UII) dan Universitas Padjajaran (UNPAD) bekerja sama dengan Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi dan Forum Kantor Urusan Internasional (KUI) pada awal Desember ini.
Konferensi yang mengangkat tema “Indigenous Culture, Global Mobility, and Internationalization in Higher Education” ini membahas kemungkinan kerja sama antara universitas di Eurasia dan luar negeri, mempercepat pertukaran mahasiswa untuk memperkuat kewarganegaraan global, serta persahabatan lintas negara. Harapannya kerja sama antar institusi di Asia dan luar negeri dapat terjalin lebih erat.
Kegiatan IOC 2021 diselenggarakan secara daring dan luring yang terdiri dari sesi preconference dan conference. Pada sesi conference, terdapat presentasi dari universitas anggota forum KUI serta pertemuan yang membahas langkah-langkah dimana forum KUI menjadi semacam katalis internasionalisasi perguruan tinggi, yang mengawal internasionalisasi melalui mobilitas mahasiswa.
Dr. phil. Lucia D. Krisnawati meraih IOC 2021 Best Presenter usai mempresentasikan laporan kegiatan “Fall Program: Visual Etnography” a Case of Remodeling Cultural Exchange Program Into a Virtual Mobility yang diselenggarakan oleh UKDW Yogyakarta berkolaborasi dengan UP 45 Yogyakarta dan UNDIRA Bali pada bulan November lalu.
Lucia menjelaskan Online Fall Program 2021 “Visual Ethnography” bertujuan untuk memberikan kesempatan pada peserta untuk bekerjasama, terlibat dalam lingkungan belajar antar budaya di lingkup internasional, merangsang kreativitas dalam menggambarkan cara hidup secara metodologis dan terstruktur, melatih keterampilan memecahkan masalah dalam hal kolaborasi dan komunikasi jarak jauh, serta meningkatkan kemampuan berbahasa Inggris.
“Kegiatan ini diikuti oleh 51 peserta dari 6 negara yakni Indonesia, India, Filipina, Timor Leste, Thailand, dan Jerman. Peserta program dapat mengamati kebiasaan dan berbagi wawasan tentang cara hidup yang berbeda. Mereka juga dapat mempelajari penerapan visual ethnography dalam aspek kehidupan modern melalui materi-materi yang disampaikan. Peserta dikelompokkan, dimana dalam satu kelompok terdiri dari beberapa mahasiswa dengan nasionalitas yang berbeda-beda, kemudian diberi proyek terkait visual ethnography dengan output berupa kompilasi video dan kolase foto. Dengan arahan dari dosen pembimbing, kelompok-kelompok yang terbentuk bebas memilih topik untuk proyek mereka. Kegiatan ini dapat dikonversi menjadi 2-3 SKS,” pungkasnya, Selasa (7/12).