DKV UPH Hadirkan Sineas dan llustrator, Bahas Makna ‘Representations’ dalam The 5th Film Screening

Desain Komunikasi Visual (DKV) Universitas Pelita Harapan (UPH) kembali mengadakan The 5th Film Screening dengan tema rep.re.sen.ta.tion – ‘The Art of Signifiers’ pada 25 Juli 2018 di Ultra XD 2 Cinemaxx Theater, Maxxbox Lippo Village, Tangerang. Talkshow ini menghadirkan Lukman Sardi Actor dan Director serta Mutia Terian, Creative Director Studio Alva.

Melalui tema ‘Representation’ yang diangkat, DKV UPH bertujuan untuk mengarahkan publik pada esensi film yang hakekatnya merepresentasikan pesan. Film dan animasi dapat dilihat sebagai ‘bahasa’ yang mampu menghbungkan dan membangun makna melalui beragam bentuk representasi.

Guna membahas makna ‘Representation’ ini, DKV UPH menghadirkan Talkshow yang berdurasi sekitar 90 menit untuk membagikan pandangan terhadap makna ‘Representation’ dari sudut pandang masing-masing narasumber. Dimoderatori Salima Hakim, S.Sn., M.Hum yang juga dosen DKV UPH, talkshow berlangsung dengan dinamis.

Bagi seorang Lukman Sardi, representation bicara ketika konten suatu karya bisa bicara banyak hal dan dapat dirasakan oleh orang yang melihat, tidak dengan mata saja tapi juga dengan perasaan.

“Dalam perfilman, representasi itu sangat menarik dan dapat muncul melalui banyak hal seperti karakter pemain, tingkah laku, suasana, dan sebagainya,” ungkap Lukman.

Hal senada disampaikan juga oleh Mutia Terian bahwa representation selalu bicara mengenai pesan apa yang mau disampaikan dalam medium yang ada.

Representation tidak hanya sekedar visual yang menarik, tapi konten. Makna yang mampu dibangun secara keseluruhan. Bagi saya, suatu representasi yang menarik adalah karya yang dekat atau berhubungan dengan kehidupan saya,” jelas Mutia.

Tentunya dalam menghasilkan suatu karya dengan representasi yang baik, banyak tantangan dan proses yang perlu dilalui. Baik Lukman maupun Mutia, keduanya menyepakati bahwa riset merupakan proses awal mutlak yang penting dilakukan.

Menurut Lukman film selalu tentang kehidupan, maka perlu riset tentang kehidupan apa yang mau dibawa dalam film. Lukman mengaku ada beragam tantangan yang dihadapi baik memainkan karakter tokoh sejarah atau pun tokoh fiktif, dimana ia harus melakukan riset seperti apa tokoh tersebut dan yang akan dibangun dalam cerita.

“Sebagai seorang aktor, terlebih dulu harus tahu persis seperti apa diri kita, sifat, perilaku, kecendrungan. Mengobservasi diri sendiri, jadi ketika harus memainkan tokoh yang berbeda kita tahu perbedaannya antara tokoh itu dengan diri kita. Karakter yang akan kita mainkan adalah milik kita, tapi ingat ketika tayang maka tokoh itu menjadi milik semua. Maka ketika representasi itu ngaco maka akan bahaya, apalagi sekarang publik sangat kritis. Dan terutama ini semua bicara tentang tanggung jawab moral,” papar Lukman.

Menambahkan apa yang dijelaskan Lukman, Mutia membagikan hal penting yang menurutnya perlu dilakukan sebelum membangun cerita.

“Pertama, benar sekali kita harus observasi dan riset keadaan sekitar, melihat karakter dan prlikau yang ada di sekitar sebagai gambaran. Ketika tokoh yang kita mau buat adalah fiktif, maka bisa gunakan online untuk riset dan menggali imajinasi. Lalu perbanyak membaca buku,” pesan Mutia.

The 5th Film Screening menampilkan 34 karya mahasiswa baik film pendek maupun animasi yang ditampilkan selama 2 hari pertama untuk melalui proses kurasi. Hingga pada hari ke-3 ditampilkan 15 karya terpilih untuk ditayangkan, yaitu 7 film pendek dan 8 film animasi.

Related posts

Leave a Reply