Singapura, 16 Februari 2022 – Dengan pandemi mengacaukan mata pencaharian dan membuat perhatian tertuju pada berbagai masalah sosial, DBS pada hari ini mengumumkan akan mengucurkan tambahan dana sebesar SGD100 juta untuk memajukan upayanya meningkatkan kehidupan di Asia. Dana tersebut akan digunakan untuk meningkatkan kegiatan DBS Foundation dalam menumbuh kembangkan wirausaha sosial, serta berbagai upaya filantropi dan bantuan krisis. Pada saat sama, DBS Foundation, yang sudah berusia delapan tahun, akan memperluas lingkup kerjanya. Itu berarti bahwa sejak sekarang, DBS Foundation akan meliputi:
- Cabang ‘Bisnis Berdampak Sosial’ (‘Businesses for Impact’), yang akan membantu memperluas upaya DBS Foundation dalam membantu wirausaha sosial/bisnis berdampak sosial[1] untuk tumbuh dari tahap pencarian ide menjadi bisnis berkembang dan memberdayakan mereka untuk menangani masalah sosial dan lingkungan
- Cabang baru ‘Dampak Komunitas’ (‘Community Impact’) akan meningkatkan sumbangan bank kepada masyarakat melalui pemberian bantuan dana dan kegiatan sukarela di bidang pendidikan, lanjut usia, dan lingkungan
DBS Foundation, yayasan pertama di Singapura yang diabdikan untuk mendukung kewirausahaan sosial, didirikan pada 2014 untuk mendukung kemajuan bisnis inovatif yang memiliki dampak sosial. Sejak saat itu, yayasan tersebut telah memberikan lebih dari SGD10 juta dalam bentuk hibah kepada lebih dari 90 bisnis di kawasan dan membina 800 bisnis lain melalui program pengembangannya. Dengan menggunakan pendekatan “One Bank” dalam bekerja dengan berbagai bisnis tersebut, yayasan ini juga memanfaatkan sumber daya bank untuk memberikan dukungan menyeluruh, antara lain melalui advokasi, pelatihan keterampilan, pengembangan kemampuan, dan peluang bisnis.
Dengan dukungan yayasan ini, banyak bisnis tersebut berevolusi, dari start-up yang masih mencari dana untuk mengembangkan ide mereka menjadi bisnis berkelanjutan, yang tidak hanya memimpin di ranahnya tetapi juga menjadi agen perubahan itu sendiri. Homage dan Treedots, perusahaan yang berbasis di Singapura, misalnya, baru memulai bisnisnya ketika mereka menerima dana hibah DBS Foundation masing-masing pada 2016 dan 2018. Pada saat ini, Homage memiliki jaringan terdiri atas 6.000 tenaga kesehatan profesional, yang disaring, dilatih dan dinilai secara teliti, dan baru saja menerima pembiayaan Seri C. Treedots baru-baru ini menerima pembiayaan Seri A untuk melanjutkan rencana perluasan pasarnya. Di luar wilayah lokal, penerima hibah pada 2018, PHOOL (India), yang mengolah limbah bunga menjadi kemasan mudah terurai dan “kulit” berbahan dasar jamur dan tumbuhan (bio-leathers), menampilkan produknya di Paris Fashion Week 2021.
Di Indonesia sendiri, terdapat sebuah wirausaha sosial bernama Mycotech (MYCL) yang juga telah menerima dua kali dana hibah dari DBS Foundation. Didirikan pada tahun 2015, MYCL berfokus untuk menciptakan produk serta bahan bangunan dari bagian vegetatif seperti benang dari jamur atau dikenal juga dengan miselium. Keresahan akan jumlah limbah jamur tiram yang dibakar karena tak terpakai, MYCL justru melihat manfaat dari sisa limbah tersebut agar tak ada makanan yang terbuang. Saat ini, MYCL juga turut mengundang masyarakat untuk berani menunjukkan kepeduliannya terhadap lingkungan yang lebih baik dengan memamerkan konsep Spring Summer 2022 collection (SS22), sebuah koleksi runaway yang sebelumnya telah ditampilkan pada Paris Fashion Week di bulan Juni 2021.
Dana tambahan SGD100 juta itu tidak hanya memungkinkan bank dan DBS Foundation meningkatkan dukungan untuk bisnis berdampak sosial, tetapi juga berbuat lebih banyak untuk mengatasi masalah sosial, yang semakin mendesak, di kawasan tersebut.
Dengan Covid-19 menimbulkan gejolak keuangan dan ekonomi di seluruh dunia, pentingnya literasi keuangan sangat mendesak, namun tingkat literasi keuangan tetap rendah di banyak negara Asia [2]. Hal lain yang juga memprihatinkan adalah “kesenjangan digital” semakin lebar di Asia Tenggara, dengan pandemi mempertegas ketimpangan antara penduduk yang sudah menikmati akses ke teknologi internet serta mereka yang belum memiliki akses tersebut. Secara terpisah, berbagai kajian memperkirakan bahwa seperempat orang Asia akan memasuki usia 60 tahun ke atas pada 2050[3], memicu kekhawatiran tentang kemungkinan dampak sosial-ekonomi dari penduduk Asia yang menua dengan cepat. Pada saat sama, sampah makanan, yang merupakan penyumbang utama perubahan iklim, tetap menjadi masalah untuk kawasan itu: sepertiga dari makanan yang dihasilkan secara global hilang atau terbuang, dan lebih dari setengahnya terjadi di Asia, tempat lebih dari setengah penduduk dunia kekurangan gizi berada.
Piyush Gupta, Chief Executive Officer DBS Bank, mengatakan, “Covid-19 menggarisbawahi pentingnya agenda ESG (environmental, social, governance). Kami sedang membangun “E” ke dalam jalinan bisnis kami, tetapi masalah terkait ketidaksetaraan juga sama penting. Selama bertahun-tahun, kami memberikan kembali kepada masyarakat dalam berbagai cara, seperti, menyediakan perbankan inklusif, mengadvokasi usaha kecil yang menciptakan dampak sosial, serta mendukung gerakan masyarakat. Dengan komitmen tambahan SGD100 juta, kami dapat meningkatkan upaya menciptakan kebaikan sosial dan membantu membuka jalan bagi dunia lebih adil.”
Euleen Goh, Ketua DBS Foundation, mengatakan, “Selama bertahun-tahun, DBS Foundation membangun rekam jejak kuat dalam membantu wirausaha sosial untuk berkembang. Sungguh memuaskan melakukan perjalanan bersama-sama dengan bisnis berdampak sosial ini. Kisah keberhasilan mereka adalah bukti bahwa bisnis dapat berjalan dengan baik bersamaan dengan upaya meningkatkan kehidupan dan/atau membantu melestarikan bumi. Kami berharap dapat menciptakan dampak bersama lebih besar dengan tidak hanya memberdayakan bisnis berdampak sosial, tetapi juga bekerja dengan masyarakat luas, dengan fokus pada pendidikan, lansia, dan lingkungan.”
Selain mendukung perluasan lingkup DBS Foundation, dana tersebut juga dapat digunakan untuk mendukung prakarsa filantropi lain, di samping bantuan untuk membantu masyarakat yang membutuhkan selama masa sulit. Pada saat pandemi mulai merebak pada 2020, DBS membentuk DBS Stronger Together Fund dengan dana 10,5 juta dolar Singapura dan menyediakan 4,5 juta paket makanan dan perawatan, serta peralatan medis, untuk membantu masyarakat terdampak Covid-19. Saat upaya melawan Covid-19 berlangsung sengit pada 2021, DBS menyumbangkan 1.000 konsentrator oksigen ke Indonesia, dan tiga tabung oksigen kriogenik serta 300 konsentrator oksigen ke India. DBS juga memiliki program sukarelawan aktif, dengan karyawan menyumbangkan 100.000 jam kerja sukarela dan menjangkau lebih dari 390.000 penerima manfaat pada 2021.