Transformasi Sekretariat ASEAN Inter-Parliamentary Assembly (AIPA) jadi topik bahasan para anggota parlemen ASEAN. Parlemen Indonesia menolak agenda transformasi berupa usulan peningkatan iuran anggota AIPA, penambahan staf, dan sekaligus peningkatan gajinya.
Ketua Delegasi Indonesia dipimpin Wakil Ketua Badan Kerja Sama Antar-Parlemen (BKSAP) DPR RI Putu Supadma Rudana menjelaskan, Indonesia dalam posisi menolak, lantaran saat ini bukan waktu yang tepat mentrasformasi Sekretariat AIPA ketika semua negara ASEAN, bahkan dunia sedang melakukan penghematan anggaran untuk mengatasi pandemi Covid-19. Penolakan Indonesia didukung beberapa negara anggota lainnya.
“Ada usulan transformasi Sekretatiat AIPA. Mereka berharap ada transformasi yang fokus pada dua hal, yaitu peningkatan iuran kontribusi anggota AIPA. Per tahun per anggota 30 ribu dollar AS dan special fund-nya 5000 dollar AS. Jadi totalnya per negara 35 ribu dollar AS. Ada keinginan juga menambah jumlah staf. Sekarang jumlahnya 15 orang. Jangka pendek diusulkan menjadi 21 orang dan jangka panjang 40 orang,” urai Putu, Selasa (8/6/2021).
Disampaikan legislator dapil Bali ini, banyak negara sedang kesulitan keuangan akibat pandemi. Usulan transformasi Sekretariat AIPA idealnya diwujudkan saat semua negara anggotanya telah memasuki masa kenormalan baru. Usulan transformasi tersebut datang dari Parlemen Vietnam yang kebetulan sedang menduduki Sekjen AIPA. Usulan Vietnam didukung Thailand. Namun, mayoritas anggota AIPA berpandangan sama dengan Imdonesia.
“Banyak negara ekonominya turun ke jurang yang dalam. Sikap parlemen Indonesia jelas, ingin semua itu ditunda, karena tidak tepat dalam kondisi serba prihatin sekarang. Usulan perubahan ditunda sampai situasi normal kembali di masa yang akan datang. Banyak anggota AIPA yang berpandangan sama dengan Indonesia. Posisi kita jelas, ingin berempati pada semua pihak. Tidak tepat saat ini meningkatkan iuran dan penambahan jumlah staf,” terang Anggota Komisi VI DPR itu.
Putu hadir pada pertemuan yang digelar virtual di Tangerang Selatan, Banten tersebut bersama dua anggota BKSAP lainnya Putri Anetta Komaruddin dan Nazaruddin Dek Gam. Dalam Ad Hoc Working Group Meeting on Transformation of the AIPA Secretariat tersebut, hampir semua delegasi parlemen ASEAN hadir, kecuali Myanmar yang sedang dalam krisis politik.
Politisi Partai Demokrat ini menyerukan agar anggaran Sekretariat AIPA dikelola dengan efisien dan efektif. “Yang harus dilakukan, dengan dana yang ada sekarang dikelola secara baik dan efisien. Stafnya diberi tugas komprehensif. Tidak perlu menjadi tim besar, tapi tim kerja yang solid. Kecil tapi solid di Sekretariat AIPA untuk berkontribusi dalam setiap kegiatan,” tutur Putu. (mh/sf)