Pertemuan Pendahuluan Indonesia-Bangladesh PTA: Sepakati Perundingan di Semester Pertama 2018

Jakarta, 18 Januari 2018 – Indonesia dan Bangladesh sepakat merencanakan putaran pertama
perundingan Indonesia-Bangladesh Preferential Trade Agreement (IB-PTA) pada semester pertama
2018. Kesepakatan tersebut dicapai dalam pertemuan pendahuluan IB-PTA pada Rabu (17/1) di
Jakarta.
Dalam pertemuan ini, Delegasi Indonesia dipimpin oleh Dirjen Perundingan Perdagangan
Internasional Kemendag Iman Pambagyo. Sementara itu, Delegasi Bangladesh dipimpin oleh
Additional Secretary Ministry of Commerce of Bangladesh Tapan Kanti Ghosh.
“Indonesia dan Bangladesh menyadari besarnya potensi perdagangan yang bisa dimaksimalkan
kedua negara. Sebagai negara yang perekonomiannya terus tumbuh serta didukung dengan
jumlah penduduk yang signifikan, Bangladesh berpeluang besar menjadi salah satu negara tujuan
ekspor utama Indonesia di masa mendatang,” jelas Iman.
Kesepakatan lain yang dicapai, lanjut Iman, yaitu mempercepat penyelesaian Terms of Reference
(ToR) Trade Negotiating Committee (TNC) IB-PTA, serta segera membahas draf teks IB-PTA pada
pertemuan pendahuluan berikutnya.
Pertemuan pendahuluan kali ini menindaklanjuti hasil pertemuan Presiden RI Joko Widodo dan
Perdana Menteri Bangladesh Sheikh Hasina di sela-sela KTT IORA di Jakarta pada bulan Maret
2017. Pada pertemuan tersebut, kedua Kepala Negara/Kepala Pemerintahan menyepakati
pentingnya upaya peningkatan hubungan perdagangan kedua negara, salah satunya melalui
pembentukan PTA antara Indonesia dan Bangladesh.
“Upaya menjalin kerja sama perdagangan dengan Bangladesh ini sejalan dengan arah kebijakan
Pemerintah RI untuk memperluas akses pasar dan meningkatkan kerja sama perdagangan
Indonesia dengan negara-negara nontradisional, khususnya di kawasan Asia Selatan,” tegas Iman.
Sekilas Hubungan Dagang Indonesia-Bangladesh
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), nilai total perdagangan kedua negara pada tahun
2016 mencapai USD 1,33 miliar. Neraca perdagangan Indonesia-Bangladesh pada tahun yang sama
menunjukkan surplus bagi Indonesia sebesar USD 1,19 miliar. Bangladesh menempati peringkat
ke-23 sebagai negara tujuan ekspor utama Indonesia dengan pangsa sebesar 0,9%, serta
menempati urutan ke-63 sebagai negara sumber impor utama Indonesia dengan pangsa sebesar
0,1%.
Ekspor Indonesia ke Bangladesh pada periode Januari-Oktober 2017 tercatat sebesar USD 1,31
miliar atau naik 25,8% dari periode yang sama tahun sebelumnya yang mencapai USD 1,04 miliar.
Komoditas ekspor andalan Indonesia ke Bangladesh adalah minyak kelapa sawit dan fraksinya,
bubur kayu kimiawi, bangku penumpang untuk kereta atau trem, batu bara, serta kertas dan
karton.
Sementara itu, impor Indonesia dari Bangladesh pada periode Januari-Oktober 2017 mencapai
USD 60,4 juta atau naik 6,69% dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya yang mencapai
USD 56,6 juta. Komoditas impor utama Indonesia dari Bangladesh adalah benang goni, kaus,
singlet dan rompi lainnya, karung dan tas, pakaian wanita, serta pakaian laki-laki.