Jakarta – Kegiatan mengheningkan cipta yang digelar secara serentak se-Indonesia pada peringatan Hari Pahlawan, 10 November 2017 juga dilaksanakan pada upacara bendera yang bertempat di lapangan Sapta Taruna Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR), Jumat (10/11/2017). Hening cipta berlangsung selama 60 detik dimulai tepat pada pukul 08.15 WIB, yang dipimpin oleh Inspektur Upacara Plt. Kepala Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia (BPSDM), Luthfiel Annam Achmad. Mengheningkan cipta serentak pada pukul 8.15 bertepatan dengan waktu peristiwa heroik terjadi pada 10 November 1945 di Surabaya.
Menteri Sosial Republik Indonesia Khofifah Indar Parawansa dalam sambutan tertulisnya yang dibacakan Plt Kepala BPSDM Luthfiel Annam Achmad mengatakan, bahwa setelah kemerdekaan diraih, maka tahapan selanjutnya yakni harus bersatu untuk bisa memasuki tahapan bernegara selanjutnya yakni berdaulat, adil dan makmur. Oleh karena itulah maka peringatan Hari Pahlawan 10 November tahun 2017 ini mengambil tema “Perkokoh Persatuan Membangun Negeri”.
Peristiwa 10 November 1945 memperlihatkan kepada dunia internasional, betapa segenap rakyat Indonesia dari berbagai ras, suku, agama, budaya dan berbagai bentuk partikularisme golongan mampu bersama-sama melebur menjadi satu untuk berikrar, bergerak dan menyerahkan hidupnya untuk mempertahankan kemerdekaan Indonesia. “Apabila kita mampu bersatu sebagai satu bangsa maka kita dapat maju bersama-sama dan mendistribusikan berkah kemerdekaan bagi seluruh rakyat Indonesia,” pesannya.
Dalam meraih kemerdekaan, para pahlawan selalu didorong oleh sebuah harapan dan keinginan luhur untuk berkehidupan kebangsaan yang merdeka, bersatu, berdaulat, adil dan makmur. Saat ini harapan akan masa depan yang lebih baik telah ditambatkan oleh Pemerintahan Presiden Joko Widodo dan Wakil Presiden Jusuf Kalla melalui sebuah visi transformatif yang mengarahkan dan menghimpun gerak seluruh elemen Republik Indonesia. “Terwujudnya Indonesia yang berdaulat, mandiri dan berkepribadian berlandaskan gotong-royong.”
Dikatakannya, dalam kerangka mewujudkan visi tersebut terah dirumuskan sembilan agenda prioritas pemerintahan ke depan yang disebut NAWA CITA. Kesembilan agenda prioritas itu bisa dikategorisasikan ke dalam tiga ranah; ranah mental-kultural, ranah material (ekonomi) dan ranah politik. ” Pada ketiga ranah tersebut, Pemerintah saat ini berusaha melakukan berbagai perubahan secara aksereratif, berlandaskan prinsip-prinsip pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945,” terangnya.
Ketiga ranah pembangunan tersebut menurutnya, bisa dibedakan tapi tak dapat dipisahkan. Satu sama lain saling memerlukan pertautan secara sinergis. Perubahan mental-kultural memerlukan dukungan politik dan material berupa politik kebudayaan dan ekonomi budaya. Sebaliknya perubahan politik memerlukan dukungan budaya dan material berupa budaya demokrasi dan ekonomi politik.
Pada bagian lain dalam sambutannya dikatakan, semangat kebangsaan yang juga dikenang pada Hari Pahlawan adalah sebuah nasionalisme yang dilandasi oleh kemanusiaan universal bukan nasionalisme yang sempit. Sebuah nasionalisme yang oleh Bung Karno diikrarkan bahwa “My Nationalism is Humanity”. “Dalam era kemajuan global seperti ini negara-negara Asla dianggap sebagai kutub-kutub baru kemajuan peradaban dunia,” ujarnya. Oleh karena itulah menurutnya persatuan Indonesia adalah sebuah syarat bagi Indonesia untuk menjadi bagian dari kekuatan yang tengah tumbuh, the rislng force bersama dengan bangsa-bangsa lain yang saat ini menjadl sorotan kemajuan seperti China, India dan Korea.
“Pada kesempatan ini juga kami mengajak kepada seluruh lapisan masyarakat untuk terus berjuang, bekerja, berkarya menjadi pahlawan bagi diri sendiri, pahlawan bagi lingkungan, pahlawan bagi masyarakat maupun pahlawan bagi negeri ini, “ tutupnya.