Kembangkan Potensi SDM, KKP Gelar Pelatihan Teknis Bagi Penyuluh Perikanan 4 Provinsi Indonesia Timur

AMBON (11/8) – Dalam rangka mengembangkan potensi sumber daya manusia (SDM), Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) melalui Badan Riset dan Sumber Daya Manusia Kelautan dan Perikanan (BRSDM) menggelar Pelatihan Daring Teknis Pengolahan Hasil Perikanan. Pelatihan ini diselenggarakan oleh Balai Pelatihan dan Penyuluhan Perikanan (BPPP) Ambon bagi 17 Penyuluh Perikanan Bantu (PPB).

Peserta berasal dari empat provinsi yaitu Maluku, Maluku Utara, Papua, dan Sulawesi Tenggara. Sementara pelatih merupakan widyaiswara dan instruktur BPPP Ambon bidang pengolahan hasil perikanan.

Read More

Pelatihan digelar selama 6 hari, mulai 10 hingga 15 Agustus 2020. Menggunakan aplikasi e-Jaring dan Zoom, pelatihan menyajikan berbagai materi seperti sanitasi dan hygiene, diversifikasi olahan ikan, pengemasan produk perikanan, analisis usaha hasil perikanan, operasional e-Penyuluh, dan akses permodalan.

Kepala BRSDM, Sjarief Widjaja menyebut, pelatihan dilakukan agar SDM mampu memanfaatkan dan mengelola hasil perikanan baik dari kegiatan penangkapan maupun budidaya menjadi olahan yang bernilai ekonomi tinggi. Teknik pengolahan juga dibutuhkan untuk memperpanjang masa simpan produk perikanan dan memberikan alternatif pilihan bagi konsumen sesuai selera masing-masing.

“Melalui pelatihan ini kami berharap kompetensi penyuluh makin meningkat sehingga dapat membimbing kelompok binaannya menjadi semakin berkembang. Semoga juga tumbuh usaha-usaha baru di sektor kelautan dan perikanan, terutama di tengah pandemi Covid-19 ini,” ujar Sjarief.

Kepala Pusat Pelatihan dan Penyuluhan Kelautan dan Perikanan (Puslatluh KP), Lilly Aprilya Pregiwati mengatakan, pelatihan yang diberikan akan menjadi modal pengetahuan dan keterampilan bagi PPB yang dapat diteruskan kepada masyarakat kelautan dan perikanan. Meskipun masyarakat dari empat provinsi asal peserta pelatihan ini cenderung lebih menyukai konsumsi ikan segar, namun ilmu pengolahan ikan tetap dibutuhkan.

“Jika ikan tangkapan langsung digoreng atau dibakar akan terasa sangat nikmat. Tapi bila ikannya disimpan terlebih dahulu, rasanya akan terasa berbeda. Untuk itulah kita butuh ide-ide pengolahan agar rasanya lebih menarik dan ada nilai tambah pada produk tersebut,” jelas Lilly.

Oleh karena itu, ia meminta peserta mengikuti pelatihan dengan serius dan saksama. “Mungkin sudah banyak pelatihan pengolahan hasil perikanan yang kita lakukan. Tapi ini adalah momentum pendalaman bagi para penyuluh. Silakan gali dan tanyakan apa saja masalah atau pengalaman yang pernah ditemui di lapangan,” tuturnya.

Untuk memastikan efektivitas pelatihan, peserta diwajibkan untuk mengikuti pre-test dan post-test. Hal ini akan menjadi evaluasi seberapa baik materi, diskusi, tanya jawab, dan konsultasi antara pelatih dan peserta dapat dipahami.

Di akhir sesi, pelatih akan memberikan instruksi praktik mandiri. Peserta wajib menyediakan bahan dan alat yang dibutuhkan. Usai menyelesaikan tugas praktik, peserta wajib mengirimkan tugas yang diberikan melalui aplikasi e-Jaring sesuai waktu yang telah ditentukan.

“Penyuluh dapat memanfaatkan ilmunya untuk mendampingi kelompok-kelompok pengolahan agar usaha mereka mengalami perbaikan dari segi pengemasan, penampilan, rasa, dan sebagainya. Termasuk untuk membantu promosi, yang pada kondisi sekarang ini dapat dilakukan melalui media sosial,” lanjutnya.

Lilly juga meminta agar penyuluh perikanan tak hanya fokus mendampingi kelompok pelaku utama atau pelaku usaha yang sudah ada, melainkan juga berupaya menumbuhkan kelompok-kelompok baru.

Penyelenggaraan pelatihan ini mendapat animo luar biasa dari para peserta. Musriani, PPB Pulau Taliabu, Maluku Utara mengungkapkan, dirinya akan menggunakan pengetahuan dan keterampilan yang didapat dari pelatihan ini untuk membina masyarakat memanfaatkan kelimpahan sumber daya ikan yang ada di daerah binaannya. Dengan demikian akan terjadi peningkatan ekonomi masyarakat.

“Jika nanti pandemi berakhir, saya berharap BPPP Ambon menyelenggarakan pelatihan langsung dengan mengundang perwakilan pelaku usaha perikanan masing-masing kabupaten. Dengan begitu, pelaku usaha bisa melihat bahkan praktik langsung dengan menggunakan berbagai peralatan modern pengolahan hasil perikanan yang akan berdampak pada peningkatan keterampilan dan semangat pelaku usaha dalam mengembangkan usahanya,” bebernya.

Sementara Indrawati, peserta asal Seram Bagian Timur, Maluku mengatakan, setelah mengikuti pelatihan di hari pertama, dirinya memperoleh banyak ilmu pengembangan produk-produk perikanan seperti bread crumb dan jelly fish.

Lain lagi dengan La Ode Arif Hamiruddin, penyuluh asal Kabupaten Wakatobi, Sulawesi Tenggara. La Ode mengaku senang dengan adanya pelatihan menggunakan platform e-Jaring ini karena dinilai dapat mengikis jarak untuk berinteraksi. Platform ini juga disebut sebagai akses informasi baru guna meningkatkan pengetahuan pengolahan hasil perikanan.

Penguatan Kinerja Penyuluh Perikanan

Masih dalam rangka peningkatan kualitas SDM, Senin (10/8), KKP melalui BRSDM juga melakukan Pembukaan Peniliaian Angka Kredit Jabatan Fungsional Penyuluh Perikanan Periode II Tingkat Unit Kerja Satminkal Balai Riset Perikanan Perairan Umum dan Penyuluhan Perikanan (BRPPUPP) Palembang. Sebagaimana diketahui, penyuluh perikanan PNS wajib menyampaikan Daftar Usulan Penetapan Angka Kredit (DUPAK) setiap tahun. Namun belum semua penyuluh perikanan PNS memenuhi kewajiban tersebut.

Untuk itu, Puslatluh KP menyediakan aplikasi e-Dupak bagi penyuluh perikanan. Melalui aplikasi ini, penyuluh dapat menyampaikan DUPAK secara online, tanpa menggunakan kertas (paperless). Hal ini dinilai dapat menghemat dana cukup besar.

Selain itu, proses pemberkasan bukti fisik dapat dicicil sehingga lebih hemat waktu. Jika terjadi kesalahan, perbaikan dapat dilakukan dengan mudah karena tidak perlu membongkar berkas yang telah dijilid. Proses ini dinilai lebih murah dan efisien.

Dari sisi tim penilai, aplikasi ini juga memiliki beberapa keunggulan. Dengan sistem digital, tim penilai tidak harus menyediakan ruang penyimpanan berkas yang besar. Sistem penilaian juga lebih irit tenaga kerja, irit penggunaan ATK, dan efektif dalam penggunaan waktu.

“Tim penilai bekerja cukup menggunakan komputer atau laptop sehingga proses penilaian butir jabatan fungsional dan data dukung sesuai butir kegiatan yang diusulkan penyuluh dapat dilakukan dengan mudah,” papar Lilly.

Pada kesempatan tersebut, Lilly menyampaikan apresiasi kepada Satminkal BRPPUPP Palembang yang telah melakukan sosialisasi e-Dupak pada 18 Mei 2020 lalu yang dilanjutkan dengan sosialisasi oleh tim penilai di setiap provinsi terkait.

“Hari ini kita coba implementasikan pemanfaatan e-Dupak untuk penilaian DUPAK di Satminkal BRPPUPP Palembang. Mengingat penggunaan aplikasi e-Dupak bagi penyuluh perikanan ini baru pertama kali, jika menemui kendala atau kekurangan, segera laporkan untuk perbaikan ke depan,” tandas Lilly.

Related posts

Leave a Reply