Bidik Pasar Fesyen AS, Tenun Ikat Indonesia Tampil Bergaya Ultra-Modern

Los Angeles, 23 Oktober 2017 – Perwakilan Indonesia di Amerika Serikat (AS) membidik pasar fesyen di Negeri Paman Sam untuk mengembangkan potensi ekspor tenun ikat Indonesia. Melalui kegiatan Lokakarya Ikat di Los Angeles, AS, sisi tradisional dan historis tenun ikat ditunjukkan pada warga AS. Lokakarya ini juga menampilkan inovasi dalam aplikasi tenun ikat yang bergaya ultramodern. Lokakarya Ikat berlangsung di The Alexandria Ballrooms pada 6 Oktober 2017, memanfaatkan momentum Los Angeles Fashion Week (LAFW) 2017 yang diadakan di lokasi yang sama dan disorotnya Indonesia sebagai feature country dalam perhelatan tersebut.

“Lokakarya Ikat bertujuan mempromosikan keunikan ragam ikat asal Indonesia. Lokakarya ini merupakan rangkaian acara Explore Indonesia 2017, yang merupakan bagian dari kegiatan promosi produk Indonesia di AS. Tujuannya adalah membidik potensi pasar fesyen di AS,” kata Kepala Indonesian Trade Promotion Center (ITPC) Los Angeles Antonius A. Budiman, Jumat (6/10).

Menurut Anton, penggunaan ikat sedang tren dan dapat ditemui pada berbagai merek mode serta home décor ternama dunia seperti Gucci, Crate and Barrel, dan Pottery Barn. Produk ikat kerap diaplikasikan dalam berbagai produk fashion apparel dan home décor bergaya bohemian chic. “Tren modern produk ikat adalah menggunakan bahan baku ramah lingkungan seperti pewarna alami dan vegan leather,” kata Antonius.

Lokakarya Ikat dihadiri kalangan pebisnis dan profesional di bidang kreatif, baik dari AS maupun Indonesia, yang telah mengintegrasikan ikat ke dalam karya mereka. Empat panelis yang bekerja langsung dengan para pengrajin ikat Indonesia, yaitu Rumah Rakuji, NES, Everina, dan Ornate Reverie, mengisi acara interaktif dalam lokakarya tersebut. Lewat acara interaktif, pengunjung dapat mencoba langsung beragam aksesori ikat bergaya ultra-modern serta mendapat tips penggunaan ikat secara modern.

“Dengan besarnya potensi pasar pakaian, aksesori, maupun home décor di AS, tantangan selanjutnya adalah terus memperkenalkan ikat asal Indonesia kepada berbagai kalangan bisnis AS,” tegas Antonius.

Konsul Jenderal Republik Indonesia di Los Angeles, Simon Soekarno, menyampaikan apresiasi karena melihat kontribusi karya Indonesia dalam berbagai produk yang ditampilkan para panelis. “Berbagai karya yang ditampilkan menciptakan keharmonisan antara mode modern dan budaya menenun tradisional,” ujarnya.

Tradisi ikat Indonesia sangat kental dalam budaya Indonesia, misalnya dalam budaya Batak di Sumatra Utara dan Suku Baduy di Jawa Barat. Tradisi ikat juga dikembangkan di Flores dan Sumba di Nusa Tenggara Timur, dan bahkan Bali dengan ciri khas masing-masing.

Setiap tahunnya AS mengimpor apparel dan aksesori tenun senilai lebih dari USD 37 miliar. Saat ini Indonesia menempati peringkat ke-4 dunia sebagai negara pengekspor fashion apparel tenun ke AS. Sementara itu, China, Vietnam, dan Bangladesh menempati posisi tiga besar. Pangsa pasar Indonesia untuk AS juga mengalami tren peningkatan positif selama tiga tahun terakhir, yaitu dari 5,77% pada tahun 2014, meningkat menjadi 5,93% pada tahun 2015, dan berhasil mencapai 6,03% pada tahun 2016. Tren peningkatan ini diharapkan dapat dimanfaatkan para pengrajin Indonesia sehingga ikat dari Indonesia dapat semakin dikenal dalam perkembangan mode di AS.

Explore Indonesia 2017 adalah festival yang merupakan kerja sama ITPC Los Angeles, Konsulat Jenderal Republik Indonesia (KJRI) Los Angeles, dan Indonesian Women Alliance (IWA). Antonius berharap kerja sama yang telah terjalin ini dapat terus berlanjut untuk semakin memantapkan eksistensi ikat Indonesia di pasar AS. Selain promosi ikat, Explore Indonesia 2017 juga memperkenalkan ragam kreasi teh Indonesia ke warga AS.

Related posts

Leave a Reply