BSI Maslahat Akhiri Krisis Air Bersih 70 Tahun di Kampung Zakat Cirebon 

Cirebon, 18 Desember 2025 – BSI Maslahat akhiri krisis air bersih selama 70 tahun dengan  meresmikan sarana penyediaan air bersih berbasis masyarakat di Kampung Zakat Desa Guwa  Lor, Kecamatan Kaliwedi, Kabupaten Cirebon pada Sabtu, (13/12). Kegiatan peresmian ini  dihadiri oleh Direktur Zakat dan Wakaf Kementerian Agama RI, Prof. Dr. H. Waryono Abdul  Ghafur, S.Ag., M.Ag dan Direktur Eksekutif BSI Maslahat, Sukoriyanto Saputro. 

Selama 70 tahun, masyarakat Desa Guwa Lor hanya bergantung pada air irigasi yang  kualitasnya tidak layak konsumsi. Mereka pernah melakukan pengeboran hingga kedalaman  60 meter, namun tetap tidak menemukan sumber air yang memadai. Bahkan air yang muncul  memiliki kadar besi jauh di atas ambang batas dengan tingkat kekeruhan yang tinggi. 

Read More

Direktorat Pemberdayaan Zakat dan Wakaf Kementerian Agama, Prof Waryono mengatakan,  air bersih adalah kebutuhan paling mendasar. Dengan pipanisasi, zakat hadir untuk menjamin  kesehatan, produktivitas, dan kualitas hidup masyarakat secara berkelanjutan,” ujarnya. 

Direktur BSI Maslahat, Sukoriyanto Saputro dalam sambutannya mengatakan, “Kami  memahami betapa pentingnya akses air bersih bagi warga. Karena itu, BSI Maslahat berupaya  menghadirkan solusi yang tidak hanya menjawab kebutuhan dasar, tetapi juga membuka  jalan bagi peningkatan kualitas hidup dan kesejahteraan masyarakat.” ujarnya. 

Penyediaan air bersih berbasis komunal dengan memanfaatkan sumber air dangkal (freatis).  Setelah melewati filtrasi aktif, air akan ditampung ke dalam dua tangki berkapasitas 80 meter  kubik, lalu air bersih dikirimkan ke menara, yang kemudian didistribusikan ke rumah warga  dengan menggunakan sistem looping. Pipanisasi dilakukan ke 300 sambungan rumah, yang  memberi manfaat bagi sekitar 1.200 jiwa. Kadar dan kandungan air bersih usai filterisasi ini  juga tidak akan berubah ketika tiba di rumah warga karena dialiri menggunakan pipa sehingga  kualitas sangat terjaga. 

Ketua Dewan Kemakmuran Masjid Al-Muhtadin, Syafrudin mewakili masyarakat Desa Guwa  Lor menyambut baik inisiasi program kolaborasi ini. Mereka mengucapkan terima kasih  kepada para donatur, karena program air bersih ini menjawab harapan warga sejak lama. 

“Kami mengalami kesulitan air bersih selama 70 tahun, kurang lebih sejak desa ini berdiri,  program ini tentunya menjawab harapan kami,” ucap Syafrudin.

Ketika aliran air di masjid tidak berfungsi, warga desa secara gotong royong mengeluarkan  biaya yang cukup besar untuk mendatangkan air bersih. Pengeluaran tersebut mencapai Rp12  juta setiap bulan untuk memenuhi kebutuhan warga sehari-hari. 

Kesulitan serupa juga dialami dalam sektor pertanian. Para petani di desa tersebut harus  membeli air tangki seharga Rp300.000 setiap minggu agar lahan tetap dapat digarap. Dalam  satu bulan, biaya yang dikeluarkan mencapai kurang lebih Rp1.200.000 untuk kebutuhan air  lahan pertanian. Biaya membebani dan mengurangi pendapatan para petani. 

Dukungan BSI Maslahat terhadap akses air bersih ini tidak hanya berfokus pada  pembangunan infrastruktur, tetapi juga pada peningkatan kualitas hidup masyarakat secara  menyeluruh. Program ini mendukung SDGs No. 1 Tanpa Kemiskinan, SDGs No. 3 Kehidupan  Sehat dan Sejahtera, serta SDGs No. 6 Air Bersih dan Sanitasi. Ketiga tujuan tersebut menjadi  landasan penguatan layanan sosial berkelanjutan di Guwa Lor. Sarana penyediaan air bersih  ini diharapkan mampu memenuhi kebutuhan dasar masyarakat, mengurangi pengeluaran  rumah tangga untuk akses air bersih, serta mendorong pertumbuhan ekonomi yang berkaitan  dengan ketersediaan air, termasuk untuk kegiatan ibadah dan sektor pertanian.

Related posts

Leave a Reply