Tumbuh 71.1%, Prodia Raih Laba Rp 150,80 Miliar pada Tahun 2017

JAKARTA, 22 Maret 2018 –  PT Prodia Widyahusada Tbk (Kode saham: PRDA), Next Generation Healthcare Provider dengan jejaring layanan pemeriksaan kesehatan terbesar di Indonesia, berhasil membukukan pertumbuhan laba bersih sebesar 71,1% menjadi Rp 150,80 miliar pada tahun 2017. Pendapatan Bersih Perseroan juga meningkat menjadi Rp 1.466,01 miliar atau tumbuh sebesar 7,90% dibandingkan tahun sebelumnya yang mencapai Rp 1,358,66 miliar. EBITDA Perseroan pun meningkat 14,3% dari Rp 209,07 miliar pada tahun 2016 menjadi Rp 239,05 miliar pada tahun 2017.

Kenaikan laba bersih Perseroan tersebut salah satunya ditopang oleh peningkatan pendapatan bersih Perseroan. Pertumbuhan pendapatan bersih Perseroan pada tahun 2017 ditunjang oleh peningkatan pendapatan dari masing-masing segmen pelanggan yang terdiri dari pelanggan individu, referensi dokter, referensi pihak ketiga, dan klien korporasi.

Melalui strategi inovasi yang menambah nilai bagi pelanggan, masing-masing segmen usaha turut memberikan kontribusi yang signifikan terhadap pendapatan Perseroan. Segmen pelanggan individu dan rujukan dokter menyumbang masing-masing sekitar 33.3% dan 32.1% kepada pendapatan Perseroan. Sedangkan, kontribusi segmen referensi pihak ketiga dan klien korporasi sekitar 18.3% dan 16.2% terhadap pendapatan Perseroan. Pada tahun 2017, jumlah pemeriksaan mencapai 15.1 juta dan jumlah kunjungan mencapai 2.5 juta.

Direktur Utama Prodia, Dewi Muliaty, mengatakan bahwa kinerja positif yang diperoleh Perseroan pada tahun 2017 tidak terlepas dari perencanaan bisnis yang terarah. “Kami bangga dapat mencatatkan kinerja yang positif sepanjang tahun 2017. Dengan strategi bisnis yang terarah, keunggulan operasional, dan upaya pengendalian biaya yang baik, Perseroan mampu menjaga pertumbuhan pendapatan, EBITDA, dan laba yang cukup baik di tengah kondisi pasar di tahun 2017,” terang Dewi.

Baca juga  Menikmati Dunia yang Lebih Damai dengan Intelligent Noise Cancellation dari HUAWEI Freebuds 3

Total aset Perseroan tahun 2017 sebesar Rp 1.848,20 miliar, lebih tinggi Rp 24.16 miliar dibandingkan tahun sebelumnya. Aset lancar menjadi Rp 1.163,85 miliar dan Aset non lancar menjadi  Rp 684,35 miliar. Sedangkan, total liabilitas turun sekitar 12,9% menjadi Rp 485,11 miliar dibandingkan tahun 2016 yang mencapai Rp 556,77 miliar. Adapun total liabilitas jangka pendek turun menjadi Rp 147,11 miliar dan total liabilitas jangka panjang Rp 337,99 miliar. Total Ekuitas naik sekitar 7.6% menjadi sebesar Rp 1.363,09 miliar dibandingkan tahun sebelumnya yang mencapai Rp 1.267,26 miliar.  Dari sisi arus kas, Perseroan berhasil mempertahankan arus kas bersih dari aktivitas operasi dalam posisi surplus menjadi sebesar Rp 93,47 miliar.

Direktur Keuangan Prodia, Liana Kuswandi, menambahkan bahwa Perseroan juga terus meningkatkan efisiensi internal dari kegiatan operasional dengan melakukan optimalisasi atas model bisnisnya. “Perseroan terus meningkatkan efisiensi dari kegiatan operasional internal secara berkelanjutan. Kami optimis dapat mempertahankan posisi keuangan yang sehat pada tahun-tahun mendatang,” jelas Liana.

Per 31 Desember 2017, Perseroan menggunakan sekitar Rp 230,4 miliar dari total dana hasil bersih penawaran umum senilai kurang lebih Rp 1.148 miliar. Dana penawaran umum tersebut digunakan untuk pengembangan jejaring outlet, modal kerja, serta investasi jangka pendek dan jangka panjang.

Perseroan terus memperluas ketersediaan layanan Perseroan dan memperbesar jejaring outlet Perseroan di Indonesia. Pada tahun 2017, Perseroan telah mengoperasikan jejaring layanan sebanyak 283 outlet, termasuk diantaranya 136 laboratorium klinik, di 32 provinsi dan 118 kota di seluruh Indonesia. Pada bulan November 2017, Perseroan melakukan ekspansi usaha ke Papua dengan membuka outlet pertamanya di kota Jayapura.

Baca juga  Penguatan Kapasitas Pendampingan dan Pengendalian Program Bantuan Sosial Pangan Wilayah I

Perseroan fokus pada pengembangan teknologi diagnostik generasi baru untuk precision medicine. Pada tahun 2017, Perseroan melengkapi alat Next Generation seperti Triple Quad Mass Spectrometry (Triple Quad MS) dari Amerika Serikat yang berfungsi untuk melakukan panel pemeriksaan hormon steroid yang dapat mendeteksi ketidaksuburan (infertilitas), kelamin ganda pada bayi, kelainan hormon, dan lainnya.

Pada tahun 2017, Perseroan juga telah melengkapi alat Next Generation Sequencer Illumina dari AS dan meluncurkan tes-tes pemeriksaan khusus diantaranya pemeriksaan mutasi gen EGFR ctCDNA untuk pengobatan kanker paru, pemeriksaan non-invasive prenatal testing/NIPT bernama ProSafe, yaitu pemeriksaan unggulan untuk memprediksi risiko kehamilan bayi down syndrome, kerjasama rujukan Analisis Telomer untuk mengetahui usia biologis manusia, dan membuat paket Marathon Fit Panel yakni panel pemeriksaan kesehatan bagi pelari. Prodia merupakan laboratorium klinik pionir di Indonesia yang menyediakan tes-tes pemeriksaan tersebut.

“Peningkatan kinerja bisnis didukung dengan kinerja keuangan dan tim yang solid merupakan landasan kuat bagi kami untuk terus melakukan inovasi dalam mengembangkan bisnis Perseroan. Kami optimis dapat terus bertumbuh dan berkontribusi terhadap penyediaan layanan kesehatan yang berkualitas bagi masyarakat Indonesia,” tegas Dewi.

Tentang PT Prodia Widyahusada Tbk.

Baca juga  Pacu Investasi Industri Lebih Masif, Pemerintah Relaksasi DNI

Laboratorium klinik Prodia didirikan pertama kali di Solo pada 7 Mei 1973 oleh beberapa orang idealis berlatar belakang pendidikan farmasi. Sejak awal, Dr. Andi Widjaja, MBA beserta seluruh pendiri lainnya tetap menjaga komitmen untuk mempersembahkan hasil pemeriksaan terbaik dengan layanan sepenuh hati.

Sebagai pemimpin pasar, sejak 2012 Prodia merupakan satu-satunya laboratorium dan klinik di Indonesia dengan akreditasi College of American Pathologists (CAP). Sehingga kualitas hasil tes dari laboratorium Prodia sejajar dengan laboratorium internasional.

Pada 7 Desember 2016, Bursa Efek Indonesia (BEI) meresmikan pencatatan saham perdana Prodia sebagai emiten ke-15 di tahun 2016, dengan kode saham “PRDA”. Dalam aksi korporasi itu, Prodia telah menawarkan saham perdana sebanyak 187,5 juta lembar saham. Dengan demikian, dana yang diraih dari penawaran umum perdana saham (IPO) perseroan mencapai sebesar Rp1,22 triliun.

Hingga saat ini, Prodia telah mengoperasikan jejaring layanan sebanyak 284 outlet, termasuk 137 laboratorium klinik, di 33 provinsi dan 119 kota di seluruh Indonesia, beberapa diantaranya merupakan Prodia Health Care (PHC) yakni layanan wellness clinic yang berbasis personalized medicine serta specialty clinics  yang terdiri dari Prodia Children’s Health Centre (PCHC), Prodia Women’s Health Centre (PWHC) dan Prodia Senior Health Centre (PSHC).