Oleh Deputy CEO & Group Head of Institutional Banking DBS Bank, Tan Su Shan
Jakarta, 7 September 2024 – DBS Bank Ltd. (Bank DBS) kembali menegaskan komitmennya terhadap keberlanjutan dengan berpartisipasi pada Indonesia International Sustainability Forum (ISF) 2024. Hadir pada acara ini untuk memberikan keynote speech, Deputy CEO & Group Head of Institutional Banking DBS Bank Tan Su Shan yang menyampaikan visi Bank DBS yang berfokus pada bagaimana perbankan dapat berperan aktif dalam mendorong transformasi keberlanjutan dan dekarbonisasi melalui berbagai inisiatif-inisiatif Environmental, Social, and Governance (ESG).
(Dari kanan) Deputy CEO & Group Head of Institutional Banking DBS Bank Tan Su Shan bersama Presiden Direktur PT Bank DBS Indonesia Lim Chu Chong mengunjungi booth Waste4Change dan Liberty Society di Indonesia International Sustainability Forum 2024 di Jakarta, Jumat (6/9/2024). Kedua wirausaha sosial tersebut merupakan penerima dana hibah dari DBS Foundation masing-masing pada tahun 2021 dan 2023. Selain menyediakan transition financing bagi korporasi untuk bertransisi ke energi hijau, Bank DBS melalui DBS Foundation juga memberikan dana hibah kepada wirausaha sosial yang memiliki fokus mengatasi masalah sosial melalui produk dan layanannya.
Berikut adalah rangkuman Keynote Speech Tan Su Shan yang bertema: Supporting Asia’s Just Transition To A Low Carbon Future
- Krisis iklim sangat mendesak dan saling berkaitan dengan tantangan keberlanjutan lainnya
- Para ilmuwan mengatakan bahwa kita memiliki ‘anggaran karbon’ total (jumlah emisi yang dapat kita masukkan ke atmosfer) sekitar 2.900 giga ton, untuk memiliki kesempatan membatasi kenaikan suhu global hingga 1,5°C dibandingkan dengan tingkat sebelum industri.
- Saat ini, kita telah melepaskan lebih dari 2.600 giga ton ke atmosfer.
Jika kita tidak mengurangi jumlah karbon yang kita hasilkan saat ini setiap tahunnya, kita hanya memiliki waktu sekitar 5 tahun lagi untuk mencapai ‘Anggaran Karbon 1,5C’
- Cukup jelas bahwa kita tidak akan dapat membatasi kenaikan suhu global hingga 1,5C
- Faktanya, berdasarkan janji (pledges) dan rencana saat ini, kita masih menuju ke arah kenaikan suhu global lebih dari 2C
- Pada tahun 2023 dan 2024, kita telah menyaksikan sejumlah rekor suhu baru yang belum pernah terjadi sebelumnya
- Tetapi semua ini bukan berarti kita harus berhenti berjuang karena
- Setiap desimal itu penting
- Peningkatan 1.9°C tetap lebih baik daripada 1.8C, yang juga lebih baik daripada 1.7C
- Tragisnya, dampak dari perubahan iklim terhadap ekonomi dan masyarakat menjadi semakin nyata
- Penelitian telah menunjukkan bahwa kerugian ekonomi yang diasuransikan dan tidak diasuransikan yang diakibatkan oleh kondisi cuaca ekstrem terkait iklim pada tahun 2023 secara signifikan lebih tinggi daripada rata-rata baru-baru ini
- Jumlah orang yang terkena dampak langsung dari bencana ini mencapai titik tertinggi baru, dengan masyarakat miskin terkena dampak yang tidak proporsional, yang memperburuk kesenjangan sosial
- Membatasi kenaikan suhu global sangat penting, karena kita ingin menghindari perubahan iklim yang tidak terkendali, yang akan berdampak pada manusia dan ekonomi
- Jika kita membatasi kenaikan suhu global di bawah 2°C, kita dapat mengurangi risiko mencapai ‘titik kritis iklim’ (misalnya mencairnya lapisan es Antartika Barat), yang dapat menimbulkan dampak yang sangat merusak.
- Selain itu, di Asia, banyak masyarakat dan ekonomi yang secara khusus rentan terhadap dampak perubahan iklim.
- Kendati demikian, sebelum membahas masalah iklim secara mendalam, kita perlu mundur sejenak dan melihat gambaran yang lebih besar
- Kita memiliki 17 Tujuan Keberlanjutan Perserikatan Bangsa-Bangsa (UNSDGs), dan bukan hanya satu. Dengan kata lain, ini bukan hanya tentang iklim.
- Ke-17 UNSDGs ini mencakup masalah ekonomi, sosial, dan lingkungan
- Semua tujuan yang berbeda ini saling berhubungan dan bergantung satu sama lain
- Maka dari itu, mengerjakan satu hal dapat berdampak pada hal lainnya, dan kita mungkin menghadapi tarik-ulur dan dilema jangka pendek
- Tidak hanya perlu mengatasi perubahan iklim, tetapi kita juga secara bersamaan harus fokus pada semua tantangan lain untuk memastikan masyarakat dapat hidup dengan baik, dan mengambil seluruh langkah yang diperlukan untuk memastikan generasi mendatang juga dapat hidup dengan lebih baik.
- Transisi energi sangat penting untuk mengatasi keadaan darurat iklim global
- Pangsa energi terbarukan dalam pembangkit listrik global telah mencapai 33%, meningkat secara signifikan dari beberapa tahun yang lalu. Namun, jelas juga bahwa kita perlu melakukan lebih banyak lagi
- Selain meningkatkan lebih lanjut pangsa pembangkit listrik bersih, kita juga perlu memastikan bahwa:
- Lebih banyak bagian dari ekonomi global kita yang mendapatkan aliran listrik, seperti sektor mobilitas, pemanas, dan pendingin bangunan,
- Efisiensi energi ditingkatkan
- Sistem pangan global ditangani dengan baik, dan banyak hal lainnya.
- Asia merupakan area yang penuh keberagaman dan keunikan, sehingga kita perlu merancang jalur dekarbonisasi kita sendiri
- Secara ilmiah, sebagian besar emisi yang terakumulasi sepanjang sejarah berada di Amerika Utara dan Eropa (total gabungan ~40 persen). Bahkan saat ini, jika dilihat dari emisi per kapita, Asia memiliki kinerja yang lebih baik dibandingkan dengan wilayah lainnya.
- Meskipun kontribusi historis dan emisi per kapita saat ini masih tergolong moderat di Asia, jumlah penduduk dan pertumbuhan Produk Domestik Bruto (PDB) yang sangat besar dalam beberapa tahun terakhir mencatatkan bahwa Asia kini menghasilkan 50% emisi dunia.
- Hal ini bukan berarti kita dapat duduk diam, kita semua menghadapi permasalahan yang sama, dan perubahan iklim tidak peduli dari mana emisi tersebut berasal.
Namun, ini merupakan konteks yang penting, karena banyak negara kaya yang menciptakan pertumbuhan sosial-ekonomi dengan melepaskan banyak karbon ke atmosfer
- Kita perlu mengkaji tantangan yang secara spesifik dialami oleh negara-negara di Asia, dan mengembangkan jalur dekarbonisasi yang relevan dengan masyarakat dan ekonomi di wilayah ini.
- Saat ini, Asia sangat bergantung pada bahan bakar fosil. Melihat ke belakang, bahan bakar fosil telah menjadi bentuk energi yang dapat diandalkan dan murah yang memungkinkan kita untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat dan mendorong pertumbuhan
- Asia memiliki total sekitar 5.000 pembangkit listrik tenaga batu bara termal, yang sebagian besar berusia jauh lebih muda daripada rata-rata global.
Pembangkit-pembangkit ini telah menyediakan bentuk energi yang dapat diandalkan, murah, serta menciptakan lapangan kerja.
- Mengingat usia muda dari banyak aset bahan bakar fosil di Asia, transisi dari bahan bakar fosil tidaklah mudah, tetapi perlu dilakukan.
- Namun, kabar baiknya: upaya dekarbonisasi global terus bergerak dan mendapatkan momentum
- Bank DBS melihat adanya percepatan upaya untuk mengatasi perubahan iklim di seluruh negara, entitas sektor swasta, lembaga keuangan, dan juga individu.
Sekitar 90% emisi global saat ini sudah tercakup dalam komitmen nol bersih negara-negara
- Apakah semua janji ini sudah cukup, dan apakah semua negara sudah memenuhi janji tersebut? Belum, namun jangan anggap remeh kemajuan ini
- Janji negara-negara ini menunjukkan adanya komitmen yang kuat kepada semua orang, dan mereka akan terus meningkat seiring berjalannya waktu
- Sektor swasta di seluruh perusahaan dan lembaga keuangan juga bergerak
- Jumlah perusahaan di seluruh dunia yang telah menetapkan target dekarbonisasi berbasis ilmu pengetahuan meningkat pesat, dan porsi perusahaan Asia dalam hal ini juga meningkat
- Meskipun target-target ini biasanya ditetapkan oleh perusahaan-perusahaan besar, pada akhirnya target ini juga akan ‘diteruskan’ ke Usaha Kecil dan Menengah (UKM), sebagai bagian dari rantai pasokan
- Lembaga keuangan yang mendanai rencana perusahaan-perusahaan ini juga semakin banyak yang mengambil tindakan terkait iklim.
- Aliran investasi global semakin menggarisbawahi momentum positif di balik aksi iklim
- Pada tahun 2024, Bank DBS memperkirakan bahwa untuk setiap dolar yang diinvestasikan dalam bahan bakar fosil, dunia akan menginvestasikan $2 untuk energi bersih.
- Angka ini meningkat dari $1,7 pada tahun 2023, dan $1,0 beberapa tahun yang lalu dan Bank DBS yakin tren peningkatan ini akan terus berlanjut.
- Bank DBS juga melihat tanda-tanda yang menjanjikan di Asia, yang menawarkan banyak peluang
- Misalnya Tiongkok dengan upaya mereka untuk mengatasi perubahan iklim yang menakjubkan:
- Pada tahun 2023, Tiongkok memasang lebih dari setengah dari total kapasitas pembangkit listrik terbarukan di dunia. Menurut Badan Energi Internasional, dalam kondisi pasar saat ini dan kebijakan yang ada, kapasitas energi terbarukan akan mencapai 7.300 GW pada tahun 2028, dengan Tiongkok bertanggung jawab atas hampir 60 persen dari kapasitas terbarukan yang ditambahkan di seluruh dunia.
- Tiongkok juga tumbuh menjadi pasar dan eksportir kendaraan listrik terbesar di dunia, dan mereka adalah negara adidaya dalam hal inovasi dan produsen baterai.
- Bank DBS juga melihat tanda-tanda yang sangat menjanjikan di India dan Asia Tenggara.
- Bank DBS tahu bahwa dunia ini kompleks dan penuh dengan tantangan, dan dekarbonisasi adalah pekerjaan yang sulit
Terkadang, kita mungkin mengalami kemunduran, tetapi kita memiliki solusi untuk mengatasi tantangan ini:
- Kepastian Kebijakan dan Teknologi
- Agar sektor swasta dapat berinvestasi dalam solusi bisnis yang hijau dan lembaga keuangan dapat memberikan pembiayaan yang diperlukan, kita harus mengurangi ketidakpastian.
- Misalnya dengan adanya Undang-Undang Pengurangan Inflasi AS dan Mekanisme Penyesuaian Batas Karbon Uni Eropa yang juga memengaruhi banyak negara di Asia.
- Dalam lingkup yang lebih dekat, banyak pemerintah dan regulator di Asia yang juga telah menerapkan kebijakan baru
- Di Singapura, Bank DBS telah
- Menerapkan pajak karbon (saat ini sebesar SGD 25 per ton, dan akan meningkat menjadi 50 hingga 80 SGD per ton pada tahun 2030)
- Menyusun 2030 Singapore Green Plan, dan
- Mewajibkan pengungkapan keberlanjutan yang selaras dengan International Sustainability Standards Board (ISSB) untuk perusahaan-perusahaan besar yang terdaftar dan tidak terdaftar
- Di Singapura, Bank DBS telah
- Mekanisme ‘Risk-Reward’ dan Kesepakatan untuk Bertransisi
- Memfokuskan aliran pembiayaan pada aset dan kegiatan ‘hijau’ saja tidak cukup
- Lebih dari 90% kegiatan ekonomi di dunia belum ‘hijau’, namun dengan upaya dan pembiayaan yang tepat dapat menjadi lebih berkelanjutan.
- Bank DBS ikut memimpin sebuah kelompok kerja baru dalam bidang keuangan transisi di bawah Asosiasi Keuangan Berkelanjutan Singapura (Singapore Sustainable Finance Association)
- Bank DBS juga bekerja sama dengan mitra global dan regional dalam jalur dekarbonisasi khusus Asia
- Mendorong Inovasi Keuangan
- Sebagai salah satu contoh, Bank DBS bekerja sama dengan mitra global dan regional dalam sebuah koalisi baru yang disebut TRACTION, yang berfokus pada penciptaan instrumen pembiayaan baru yang dapat membantu penghentian penggunaan pembangkit listrik tenaga batu bara secara dini dan terkelola
- Bank DBS menyebutnya ‘kredit transisi’, yaitu kredit karbon yang timbul dari penutupan awal pembangkit listrik tenaga batu bara ini.
- Ini semua tidak mudah, tetapi Bank DBS telah menyatukan ekosistem yang besar untuk mengatasi hal ini
- Bank DBS bertujuan untuk menjadi Transition Bank for Asia
- Bank DBS secara strategis berada pada jantung poros manufaktur di Tiongkok Raya, Asia Selatan, dan Asia Tenggara.
- Bank DBS memiliki keahlian industri yang mendalam, yang sangat penting untuk dapat mengembangkan solusi bersama dengan para nasabah, terutama dalam perjalanan dekarbonisasi mereka.
- Bank DBS juga memiliki rekam jejak yang telah terbukti dalam memanfaatkan teknologi untuk mengembangkan solusi baru.
- Kuesioner Risiko Lingkungan, Sosial, dan Tata Kelola (ESG Risk Questionnaire/ERQ): ERQ baru-baru ini ditampilkan dalam laporan GFANZ (“Catalyzing Climate Action: Emergent Asia-Pacific Case Studies of Financial Institutions’ Net-zero Transition Plans“), di mana Bank DBS menjadi salah satu penulisnya.
- Bank DBS juga memanfaatkan kecerdasan buatan (AI) dalam ESG Risk Assessment Process sejak awal 2024 untuk menghasilkan jawaban atas beberapa pertanyaan dalam ERQ. Penggunaan GenAI dalam ERQ membantu Bank DBS memitigasi dan mengelola risiko-risiko ESG utama, sekaligus meningkatkan produktivitas karyawan.
- Climate Analytics Tool (CAT) yang dimiliki Bank DBS menggunakan analisis dan pemodelan untuk menghasilkan wawasan tentang tren kinerja emisi yang disimulasikan dari klien dalam jangka pendek, menengah, dan panjang. Dengan teknologi ini, Bank DBS dapat meramalkan kinerja perubahan iklim mereka di masa depan dengan menggunakan analisis skenario
- Bank DBS sangat aktif terlibat dengan para nasabah, dan telah memberikan pembiayaan berkelanjutan dalam jumlah yang sangat signifikan untuk mendukung mereka dalam perjalanan transisi: SGD 70 miliar pada akhir tahun 2023
- Bank DBS percaya pada kekuatan membangun ekosistem mitra yang kuat – yang keahliannya saling melengkapi – untuk bersama-sama mengembangkan solusi bagi para nasabah
- Nasabah Bank DBS menghadapi tantangan yang kompleks, yang membutuhkan solusi yang disesuaikan.
- Hal ini sering kali membutuhkan keahlian yang mungkin tidak dimiliki oleh bank – oleh karena itu, untuk memberikan solusi yang komprehensif kepada nasabah, Bank DBS memiliki pendekatan yang sangat terstruktur dalam membangun kemitraan ekosistem
- Fokus Bank DBS pada hal ini dibagi menjadi berbagai tingkatan:
- Bekerja sama dengan para pelaku industri dan koalisi industri dalam menetapkan standar dan kerangka kerja. Hal ini nantinya akan memungkinkan untuk meningkatkan program dekarbonisasi
- Bekerja sama dengan perusahaan yang melengkapi keahlian teknis Bank DBS untuk melihat tantangan secara holistik. Perusahaan tersebut dapat berupa penyedia data ESG, penasihat teknis, perusahaan pengujian dan verifikasi, dan lain-lain.
- Meningkatkan pembiayaan melalui pengembangan program, yang juga dapat memperoleh manfaat dari hibah pemerintah.
Pada bulan April, Bank DBS bersama Enterprise Singapore mengumumkan peluncuran “ESG Ready Programme”, yang bertujuan untuk memberikan solusi menyeluruh bagi UKM agar siap menghadapi masa depan dengan membangun kapabilitas dan kapasitas dalam hal keberlanjutan. Sebagai bagian dari program ini, UKM dapat memperoleh manfaat dari hibah pemerintah (hingga 70 persen dari biaya di muka yang terkait dengan konsultasi keberlanjutan, dll.)
b. Tidak ada yang bisa mengatasi tantangan ini sendirian. Untuk itu, mari kita lakukan bersama-sama
- Tantangan keberlanjutan yang kita hadapi ini sangat signifikan sehingga tidak ada yang dapat mengatasinya sendirian.
- Kita membutuhkan ekosistem yang lebih luas – di seluruh pemerintah/regulator, sektor swasta dan sektor keuangan, kita semua yang tergabung dalam masyarakat luas – untuk bersatu dan bekerja sama.
- Jalan ke depan sangat berat dan masih banyak yang harus dilakukan
- Bank DBS berterima kasih atas kepercayaan para nasabah dan mitra
- Bank DBS yakin bahwa upaya kolektif dan dedikasi, kerja keras, dan ketekunan akan memungkinkan kita untuk mengakselerasi upaya menuju masa depan Asia yang lebih hijau dan adil.