Menjelang Pemilu: DBS Fokus pada Perekonomian dan Pasar Indonesia

Pemilihan umum di Indonesia dijadwalkan akan diselenggarakan pada tanggal 14 Februari 2024. Pemilihan ini akan menentukan Presiden dan Wakil Presiden baru, serta anggota badan legislatif nasional Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR) dan anggota badan legislatif daerah. MPR terdiri dari Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) dan Dewan Perwakilan Daerah (DPD).

Pemilihan presiden diprediksi akan menarik banyak perhatian karena Presiden petahana, Joko Widodo, sedang menjabat dalam periode kedua dan terakhirnya. Calon presiden selanjutnya harus secara resmi diusulkan oleh partai politik atau koalisi yang memiliki 20% kursi di DPR atau 25% dari total suara yang diperoleh pada pemilihan umum 2019.

Pada akhir tahun 2022, Komisi Pemilihan Umum (KPU) mengumumkan bahwa 17 partai memenuhi syarat untuk mengikuti pemilihan umum legislatif mendatang. Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDI-P), yang saat ini berkuasa, merupakan partai terbesar di DPR dengan sekitar 19,3% suara pada pemilihan umum 2019.

Dari berbagai calon, ada tiga calon yang dianggap sebagai unggulan:

  1. Anies Baswedan: Mantan Gubernur DKI Jakarta yang mendapat dukungan dari berbagai partai, termasuk PKS yang konservatif, Demokrat, dan NasDem (yang merupakan bagian dari koalisi pemerintah saat ini).
  2. Ganjar Pranowo: Gubernur Jawa Tengah dan baru-baru ini diumumkan sebagai calon dari PDI-P. Megawati Soekarnoputri, ketua PDI-P dan mantan Presiden, mengumumkan dalam konferensi pers pada bulan April bahwa PDI-P berencana mendukung Ganjar sebagai calon presiden dalam pemilihan umum mendatang.
  3. Prabowo Subianto: Menteri Pertahanan yang didukung oleh Gerindra, partai terbesar ketiga di parlemen, dan Partai Kebangkitan Bangsa (PKB). Keduanya merupakan bagian dari koalisi pemerintah saat ini.
Baca juga  Launching Klaster Terakhir Srimaya Residence

Pada kuartal keempat tahun 2023, kemungkinan akan ada tiga atau dua calon presiden yang akan ditetapkan bersama dengan partai pendukung mereka. Media lokal melaporkan adanya upaya untuk membentuk “aliansi besar” guna mendukung dua calon terdepan sebagai calon presiden dan wakil presiden. Meskipun program dan ideologi ekonomi mereka belum terlihat, pengamat politik melihat Ganjar Pranowo sebagai calon yang akan melanjutkan kebijakan pemerintah saat ini, sementara Anies Baswedan akan membawa perubahan dalam kebijakan dan peraturan ekonomi saat ini. Penunjukan calon wakil presiden juga akan menjadi hal yang menarik untuk disimak.

Pemilihan umum di Indonesia pada 14 Februari 2024 akan memilih Presiden, Wakil Presiden, anggota MPR, DPR, dan DPD. Presiden petahana, Joko Widodo, sedang dalam masa jabatan terakhirnya, sehingga pemilihan ini sangat menarik perhatian. Calon presiden harus dicalonkan oleh partai politik atau koalisi dengan persyaratan kursi DPR sebesar 20% atau jumlah suara pemilu 2019 sebesar 25%.

Baca juga  Signify memberikan pencahayaan untuk lingkungan belajar yang lebih baik di dua sekolah dasar

Pada akhir 2022, KPU mengumumkan bahwa 17 partai memenuhi syarat untuk pemilihan anggota legislatif. PDI-P, partai terbesar di DPR dengan 19,3% suara pada pemilu 2019, saat ini berkuasa. Ada tiga calon yang dianggap unggulan: Anies Baswedan, mantan Gubernur DKI Jakarta didukung oleh beberapa partai termasuk PKS, Demokrat, dan NasDem; Ganjar Pranowo, Gubernur Jawa Tengah dan calon PDI-P yang didukung oleh Megawati, ketua PDI-P; Prabowo Subianto, Menteri Pertahanan didukung oleh Gerindra dan PKB. Kemungkinan pemilihan ini akan melibatkan tiga atau dua calon pada triwulan keempat 2023 saat daftar calon dan partai pendukung ditetapkan.

Investor juga akan memperhatikan arah reformasi dan komitmen terhadap ibu kota baru, Nusantara. Peristiwa pra-pemilihan umum menunjukkan tren ekonomi dan pasar. Pertumbuhan PDB riil cenderung melambat menjelang pemilu, kemudian stabil dan menguat. Konsumsi rumah tangga meningkat menjelang pemilu, tetapi kemudian stabil atau mengalami penurunan setelahnya. Pengeluaran pemerintah cenderung melambat menjelang pemilu sebelum akhirnya meningkat. Inflasi cenderung menurun menjelang pemilu dan naik setelahnya. Arus investasi asing cenderung netral menjelang dan setelah pemilu, mencerminkan kehati-hatian terhadap perubahan regulasi dan reformasi. Nilai tukar rupiah terhadap dolar AS cenderung melemah menjelang pemilu dan menguat setelahnya.

Baca juga  Bedah Buku "Filsafat Kebahagiaan" Bersama Sabrang dan Kalis Mardiasih

Situasi ekonomi bisa berubah di paruh pertama 2023 dengan pertumbuhan domestik yang kuat, inflasi yang terkoreksi, dan arus masuk asing ke pasar obligasi. Rupiah juga menunjukkan performa yang baik. Pada paruh kedua tahun ini, dengan kebijakan stabil dari Bank Sentral AS, rupiah yang stabil, inflasi terkendali, dan kondisi global yang lebih tenang, Bank Indonesia kemungkinan akan melonggarkan kebijakan suku bunga.

Penulis: Luthfan Wira Alfiqri