Jakarta – Menpora Imam Nahrawi mengatakan dirinya tidak pernah lepas untuk memantau masalah uang yang didisbrusikan kepada atlet, makanan, gizi, masalah kamar tidur atlet sebagai persiapan Asian Games yang sudah dekat. Hal itu ditegaskan Menpora pada acara diskusi terbuka dengan media dan para penggiat dan peminat olahraga di Kantor Staf Presiden, Gedung Bina Graha, Senin (21/5) sore.
“Saya berterima kasih, acara ini sekaligus ini untuk melaporkan progres untuk menyiapkan sukses prestasi Asian Games yang menjadi tanggung jawab Kemenpora. Dalam kaitan ini saya fokus dalam tugas saya yakni prestasi Indonesia yang ditarget masuk 10 besar. Kita semua ingin masyarakat Indonesia baik 20 atau 30 tahun lagi masyarakat mengenang pada tahun 2018 Indonesia masuk 10 besar,” katanya.
“Kebijakan Presiden Jokowi sebenarnya sudah memberikan harapan baru bagi cabang olahraga dimana masing-masing cabor mendapat kepercayaan untuk mengelola uang secara langsung. Namun saya minta semua cabor harus paham detail terhadap pengelolaan anggaran, karena saya tidak mau ketika sukses prestasi namun administrasinya gagal,” tegas Menpora.
“Untuk mewujudkan itu, saya tidak pernah lepas dari pantauan termasuk masalah uang yang didisbrusikan kepada atlet seperti makanan, gizi, masalah kamar tidur atlet hingga yaang lainnnya. Ini menjadi bukti pemerintah hadir mengawal atlet sebagai aset bangsa yang harus dihargai. Insyallah kami akan memberikan bonus terbesar sepanjang sejarah asian games,” tambahnya.
Sementara itu, Utut Adianto, Wakil Ketua DPR yang juga mantan atlet catur bergelar grandmaster menjelaskan, bahwa kepedulian dan kesiapan Indonesia dalam Asian Games kali ini menunjukkan keberpihakan Pemerintah terhadap dunia olahraga. “Itu terlihat dari alokasi anggaran yang diberikan Pemerintah untuk penyelenggaran Asian Games. Yang paling besar, anggaran digunakan untuk penyiapan infrastruktur,” kata Utut.
Utut menambahkan, kita semua harus membangkitkan semangat bahwa Asian Games 2018 ini adalah momentum yang membanggakan kita sebagai sebuah bangsa. Dengan infrastruktur yang disiapkan, kita sejajar dengan bangsa-bangsa maju yang lain. “Kita lihat berbagai sarana yang disiapkan dan direnovasi. Kalau tidak ada Asian Games ini, mana mungkin kita punya fasilitas olahraga yang begini hebat.Tantangan ke depan, bagaimana mengembangkan olahraga ini menjadi industri yang besar,” tambahnya.
Sementara Deputi IV Kepala Staf Kepresidenan Eko Sulistyo menjelaskan, menjelang pesta besar Asian Games, kita perlu menggali kembali peran olahraga dalam konteks memperkuat semangat kebangsaan yang pernah digagas founding father kita, Presiden Soekarno. “Soekarno mencari ruang di luar politik untuk menyatukan bangsanya tanpa membedakan ideologi, politik, dan kelas sosial. “Ruang kebangsaan” itu ditemukan dalam olahraga,” kata Eko.
“Olahraga menjadi alat perjuangan bangsa Indonesia untuk mengisi kemerdekaan. Karenanya, olahraga harus menjadi gerakan untuk memperkokoh persatuan nasional dan untuk memupuk jiwa gotong royong. Soekarno mengatakan bahwa olahraga adalah bagian dari “Revolusi Kelima”, yaitu revolusi manusia Indonesia. Dengan revolusi olahraga maka akan membentuk “manusia Indonesia baru” yang berani melihat dunia dengan muka yang terbuka, tegak fisik, mental kuat, rohani kuat, jasmani kuat,” katanya.
“Dengan prestasi olahraga, bangsa Indonesia akan menjadi bangsa yang mulia, bangsa yang tegak berdiri sejajar dengan bangsa-bangsa maju lainnya. Karena itu, olahraga tidak dapat dipisahkan dengan tujuan menjunjung tinggi nama dan kehormatan bangsa dan negara,” ujarnya.