Bandara Samarinda yang Amblas Harus Segera Diinvestigasi

Landasan pacu Bandara Aji Pangeran Tumenggung (APT) Pranoto di Samarinda, Kalimantan Timur mengalami amblas. Kerusakan infrastruktur landasan itu harus segera diinvestigasi agar tak mengganggu lalu lintas penerbangan. Anggota Komisi V DPR RI Hamid Noor Yasin menyebut, kerusakan yang terjadi 5 Oktober 2021 lalu itu, menyebabkan Bandara APT Pranoto Samarinda, ditutup pengoperasiannya lebih awal.

“Kerusakan ini diketahui oleh pilot pesawat Batik Air ketika bergerak menuju landas pacu melalui landas hubung. Pilot kemudian berkomunikasi dengan petugas lalu lintas udara serta petugas layanan darat untuk melakukan pengecekan yang kemudian terkonfirmasi ada bagian yang amblas pada landas pacu,” ungkap Hamid dalam keterangan persnya, Rabu (6/10/2021).

Read More

Bandara yang diresmikan Presiden Joko Widodo pada 25 Oktober 2018 itu, pembangunannya kerap tersendat. Lebih jauh, politisi PKS ini menjelaskan, bandara tersebut sudah mulai direncanakan pada 1987 yang dimulai dengan kegiatan survei untuk mencari lokasi pengganti Bandara Temindung. Peembebasan lahan baru dilakukan pada 1995/1996 yang dilanjutkan dengan studi analisis mengenai dampak lingkungan (Amdal) serta pembuatan rencana induk oleh Ditjen Perhubungan Udara.

Pengerjaannya sendiri dimulai pada 2007 oleh Pemkot Samarinda. Namun, kemudian terhenti karena sengketa kontrak antara Pemkot dengan kontraktor pada tahun 2011. “Sengketa ini berlanjut hingga tingkat kasasi dan pada 2013 Pemkot Samarinda dinyatakan kalah dalam sengketa tersebut. Pengerjaan Bandara APT Pranoto kemudian diambil alih oleh Pemprov Kaltim dan dengan sedikit bantuan dari Pemerintah Pusat akhirnya bandara ini diresmikan oleh Presiden Jokowi pada 25 Oktober 2018,” urai Hamid.

Kementerian Perhubungan pun menerbitkan Sertifikat Bandar Udara (SBU) pada 15 Mei 2018. Bandara APT Pranoto sendiri saat ini mampu menampung kapasitas 1,5 juta penumpang per tahun. Puncak operasional sempat terjadi pada 2019 sebelum pandemi, yaitu melayani 1,1 juta penumpang dalam setahun. Kini, di masa pandemi terjadi penurunan penumpang, karena banyak pembatasan pergerakan orang.

Hamid menilai, jika pemeliharaan dan inspeksi dilakukan secara berkala, maka dengan kondisi pemakaian yang ada saat ini seharusnya kerusakan ini tidak terjadi, karena pengoperasian bandara masih di bawah kapasitas maksimalnya. Apalagi, bandara tersebut masih terhitung baru. Kualitas seluruh fasilitas Bandara APT Pranoto telah dinyatakan sesuai standar yang berlaku sesuai sertifikatnya yang dikeluarkan pada 2018.

“Kemenhub harus melakukan investigasi penyebab terjadinya amblas pada landas pacu Bandara APT Pranoto ini, agar diketahui apakah penyebab amblasnya landas pacu tersebut akibat spesifikasi teknis yang di bawah standar atau karena pemeliharaan dan pelaksanaan inspeksi yang kurang baik, atau.juga karena faktor-faktor lainnya,” desak legislator dapil Jawa Tengah IV itu. (mh/sf)

Related posts

Leave a Reply