Seremonia.id – Fenomena Supermoon yang jarang terjadi sedang menyihir pandangan masyarakat dunia pada bulan Juli hingga September 2023. Pada periode ini, Bulan terlihat lebih besar dan terang, menghadirkan keindahan kosmos yang langka.
Supermoon, yang terjadi tiga hingga empat kali setahun, selalu berlangsung secara berturut-turut. Hal ini dijelaskan oleh ahli astronomi dari Badan Antariksa Nasional Amerika Serikat (NASA). Fenomena ini terjadi ketika orbit Bulan berada pada jarak paling dekat dengan Bumi, yang disebut perigees. Dampaknya, Bulan terlihat lebih besar, lebih dekat, dan lebih bercahaya, sehingga disebut sebagai supermoon.
Menurut laporan dari solarsystem.nasa.gov, fenomena Supermoon terjadi saat purnama dan jajaran perigees bersamaan. Bulan Juli 2023 dapat disebut sebagai bulan yang penuh dengan fenomena langit yang menarik perhatian. Pada Sabtu (1/7/2023), bintang paling terang di konstelasi Scorpius, Antares, berada di dekat Bulan. Namun, sayangnya fenomena ini hanya dapat diamati oleh mereka yang tinggal di wilayah Benua Amerika, dan bahkan itu pun harus dengan menggunakan binokuler atau teleskop.
Selain itu, pada hari yang sama, Planet Neptunus juga memulai putaran retrogade hingga awal Desember. Efeknya, Planet Neptunus akan tampak seperti piringan biru kecil yang samar-samar terlihat melalui teleskop dari wilayah langit bagian tenggara. Siklus retrograde terjadi ketika Bumi, dalam orbit yang lebih cepat dan dekat dengan Matahari, melewati planet-planet luar di dalam lintasan orbitnya. Hal ini menyebabkan planet-planet tersebut tampak bergerak mundur.
Khusus untuk bulan Juli ini, fenomena langit yang istimewa adalah Supermoon yang terjadi pada tanggal 3 Juli 2023. Keindahan alam ini dapat disaksikan oleh warga di seluruh Indonesia, menurut peneliti astronomi dan astrofisika dari Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), Clara Yono Yatini. Selain itu, masih ada tiga fenomena Supermoon lainnya yang akan terjadi pada tanggal 1 Agustus 2023, 31 Agustus 2023, dan 29 September 2023.
Tak hanya Supermoon, bulan Juli 2023 juga akan menghadirkan fase bulan baru pada tanggal 18 Juli. Fase bulan baru adalah kondisi ketika seluruh permukaan Bulan yang menghadap Bumi tidak memantulkan cahaya Matahari. Fenomena ini juga dianggap sebagai penanda berakhirnya satu putaran Bulan mengelilingi Bumi, yang juga dapat menjadi penanda tahun baru Hijriah atau masuk Muharam.
Meskipun fenomena Supermoon masih menjadi perdebatan, Clara mengungkapkan bahwa pengaruh Supermoon relatif lebih kuat pada Bumi karena kedekatannya. Pengaruh ini dapat terlihat dalam aktivitas pasang surut lautan yang lebih tinggi dan gejala alam lainnya, seperti aktivitas geologi Bumi. Beberapa ahli juga percaya bahwa fenomena Bulan berpengaruh pada perilaku hewan, di mana saat Bulan berada dalam orbit tertentu, mereka cenderung lebih aktif atau lebih buas daripada biasanya. Selain itu, aktivitas Bulan juga dikaitkan dengan budaya masyarakat tertentu, seperti fenomena “birthing moon” atau bulan kelahiran, dan “harvest moon” atau bulan panen.
Tidak dapat dipungkiri, Supermoon juga menawarkan pemandangan malam yang indah bagi sebagian orang. Menyaksikan Supermoon berarti menikmati keindahan alam sembari menjadi saksi keajaiban dan keagungan kosmos yang langka.