UPH – OVO Ulas FinTech, Industri Seksi yang Diminati Generasi Milenial

Adanya perubahan minat para pencari kerja terutama fresh-graduates yang kini lebih menyasar pekerjaan di bidang industri digital termasuk industri Financial Technology (FinTech), menjadi bukti bahwa industri ini menjadi trend seksi yang diminati generasi milenial.

Hal ini juga diakui Johnny Widodo, Director of OVO yang hadir menjadi pembicara dalam Seminar ‘Financial Technology Development’, 11 Februari 2019 di MYC MPR Universitas Pelita Harapan (UPH) Kampus Lippo Village.

Read More

 

“Kalau dulu banyak yang ingin bekerja menjadi Management Trainee di Bank atau industri FMCG (Fast-Moving Consumer Goods), atau di perusahaan konsultan. Sekarang, ketika ditanya ingin bekerja di perusahaan seperti apa, banyak dari anak muda yang berminat bekerja di perusahaan Start-up termasuk di bidang Financial Services, apps, transportation, dan lainnya. Kenapa? Saya pikir alasan utamanya, karena mereka sudah menganggap bahwa industri ini seksi. Mengapa seksi? Karena industri ini selain fokus di bisnis tapi juga memiliki misi sosial di baliknya. Jadi ketika mencari pekerjaan, generasi milenial juga akan mencari tahu visi perusahaan tersebut. Seperti OVO misi utama kami yaitu bisa melakukan inklusi keuangan di Indonesia,” jelas Johnny.

Lebih lanjut Johnny menjelaskan inklusi keuangan di sini artinya mengupayakan para pebisnis di skala UKM (Usaha Kecil Menengah) yang masih banyak tidak bisa mengakses produk perbankan atau finansial, akhirnya memiliki pilihan lain yang lebih mudah untuk berbisnis salah satunya melalui OVO.

 

“Jadi bagi saya bekerja di industri digital terutama di area FinTech (Financial Technology) atau spesifik di OVO, artinya kami bekerja dengan tujuan. Tidak hanya bekerja, tapi melalui industri ini kita bisa berdampak dan memberi perubahan. Di industri ini kita juga dituntut dapat bekerja dan belajar secara cepat. Jadi bagi mahasiswa yang hadir, merasa dirinya sebagai generasi milenial yang mampu belajar cepat dan ingin bekerja bagi society; industri ini sangat tepat,” tambah Johnny.

Bicara perkembangan industri Fintech, bagi Johnny tentu prospeknya besar dan positif. Ia menjelaskan di tahun sebelumnya perputaran uang di Indonesia sekitar 5.700 triliun dengan alokasi 1% melalui digital payment, 10% transasksi cashless, dan hampir 90% masih transaksi berbentuk cash. Masih besarnya transaksi dalam bentuk cash¸memperlihatkan prospek pengembangan FinTech juga besar.

“Dengan prospek besar ini, terlepas dari sarana dan prasarana di Indonesia sudah mumpuni atau belum, yang harus disadari bahwa saat ini waktunya berperan di industri ini. Kalian generasi milenial, you are the future. Terlebih terlihat juga Indonesia sudah bergerak positif mendukung tren digitalisasi ini,” papar Johnny.

 

Melalui kegiatan ini Johnny berharap para mahasiswa maupun fresh graduate dari UPH yang ingin terjun di bidang ini dapat sadar bahwa digitalisasi sudah terjadi dan terus berkembang. Harapannya para milenial mampu lebih ‘being digital and being cashless’, bahkan bisa jadi The Ambassador of difigtal and cashless. Johnny juga ingin agar dipahami bahwa OVO bukan Parking or Cashback Apps, tapi OVO adalah perusahaan yang punya visi besar terutama terkait inklusi keuangan.

“Tentunya ketika ingin berada di bidang ini, kalian harus memiliki kemauan yang kuat, tidak takut mencoba, belajar dari kesalahan, mampu belajar cepat terlebih karena industri ini begitu dinamis. Memilliki kemampuan analisis dan problem solving yang kuat. Dan apa pun yang kita kerjakan harus mampu memberi dampak,” pesan Johnnya kepada mahasiswa yang hadir.

Kedepannya Johnny juga menyatakan bahwa kesempatan untuk bekerja sama dan bersinergi bersama UPH terbuka lebar terutama dengan mahasiswa, dalam memperkenalkan industri FinTech.

Related posts

Leave a Reply