Ungkap Sukses PKH, Indonesia Berbagi Pengalaman dengan Meksiko

(PKH) sukses menjadi salah satu intrumen dalam menekan angka kemiskinan dan ketimpangan di Indonesia. Hal tersebut diungkapkan Direktur Jenderal Perlindungan dan Jaminan Sosial Kementerian Sosial Republik Indonesia Harry Hikmat pada kegiatan South South Knowledge Exchange PROSPERA Mexico – PKH Indonesia di Kota Meksiko
Senin (10/9).
Harry mengatakan profil kemiskinan di Indonesia mengalami penurunan cukup signifikan selama 19 tahun terakhir. Angka kemiskinan Indonesia pada Maret 2018 menjadi 9,82%. “Ini merupakan sejarah bagi Indonesia karena mampu menekan angka kemiskinan menjadi satu digit,” ungkap Harry di hadapan delegasi kedua negara.

 

Harry menyampaikan resep keberhasilan PKH sebagai program conditional cash transfer (CCT) atau bantuan tunai bersyarat di Indonesia. “Bantuan sosial PKH telah terintegrasi dengan seluruh bantuan sosial di Indonesia, seperti beasiswa sekolah, jaminan kesehatan dan bantuan pangan,” tutur Harry. Ia menambahkan selain penyaluran bantuan tepat waktu, PKH juga mampu meningkatkan daya beli penerima manfaat. “Selain itu PKH juga meningkatkan kualitas SDM penerima manfaat dan mendorong kreativitas keluarga dalam pengembangan usaha ekonomi,” seru Harry.
Selain itu Harry juga menyampaikan turunnya angka ketimpangan atau gini ratio sebesar 0.004 poin pada tahun 2018 menjadi 0.389 dibandingkan tahun 2017 sebesar 0.393. Upaya menurunkan kemiskinan dan ketimpangan dilakukan dengan membangun pertumbuhan ekonomi dan infrastruktur, meningkatkan pembangunan sosial yang inklusif dan berkeadilan (social justice for all), dan membangun perlindungan sosial yang terintegrasi.

 

Meksiko Beri Apresiasi
Sementara itu Pemerintah Meksiko memberi apresiasi positif terhadap upaya Indonesia dalam menurunkan angka kemiskinan. Koordinator Nasional PROSPERA, sebuah badan pelaksana program inklusi sosial bantuan tunai bersyarat di bawah Kementerian Pembangunan Sosial Meksiko, Jaime Gutierrez Casas mengatakan Meksiko dan Indonesia memilki kemiripan dalam hal kepadatan penduduk, keragaman budaya, maupun permasalahan sosial. “Oleh karena itu program-program sosial PROSPERA menjadi elemen penting bagi pemerintah Meksiko dalam menyelesaikan permasalahan sosial,” ungkap Casas.
Meksiko telah melaksanakan CCT sejak tahun 1997, saat itu dengan nama PROGRESSA. Sementara Indonesia melaksanakan program sejenis tahun 2007. “Kami memberi apresiasi atas sukses Program Keluarga Harapan (PKH) sebagai CCT di Indonesia yang memberi dampak pada penurunan kemiskinan,” tutur Jaime.
Jaime merasa terhormat atas kunjungan delegasi Indonesia yang akan berbagi pengalaman pelaksanaan CCT. PROSPERA pun akan membagikan pengalaman melaksanakan CCT selama 20 tahun di Meksiko.
Delegasi Indonesia dihadiri unsur Kementerian Sosial, Bappenas dan Kementerian Kesehatan. Kementerian Sosial diwakili oleh Harry Hikmat Direktur Jenderal Perlindungan dan Jaminan Sosial, Nur Pujianto Direktur Jaminan Sosial Keluarga, Emmy Widayanti Koordinator National Board of PKH, Adhy Karyono Kepala Biro Perencanaan, Rachmat Koesnadi Direktur Rehabilitasi Sosial Penyandang Disabilitas, Herman Tenaga Ahli SDM dan beberapa pejabat teknis Kementerian Sosial.  Delegasi Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) diwakili Vivi Yulaswati Direktur Perlindungan dan Kesejahteraan Masyarakat dan Kementerian Kesehatan diwakili Giri Wurjandaru Moekadi, Kasubdit Kewaspadaan Gizi, Direktorat Gizi, Ditjen Kesehatan Masyarakat.

 

Kegiatan yang berlangsung pada tanggal 10 – 14 September 2018 tersebut didukung penuh oleh Bank Dunia yang diwakili oleh Changqin Sun Senior Economist Bank Dunia, Pablo Acosta Senior Economist Bank Dunia dan Iene Muliati senior social protection specialist Bank Dunia. Indonesia dan Meksiko menjadikan kegiatan tersebut sebagai sarana pertukaran informasi dan pengalaman mengenai desain administrasi, teknis dan operasional program bantuan tunai bersyarat (CCT) sebagai salah satu instrumen yang dianggap mampu menurunkan kemiskinan dan ketimpangan.
Pertukaran informasi dan pengalaman baik secara konsep maupun implementasi lapangan diharapkan mampu memberi masukan berharga dalam meningkatkan efektivitas implementasi CCT di Indonesia yaitu Program Keluarga Harapan (PKH).
 Ada 9 topik yang akan dibahas pada kegiatan tersebut yaitu pengaturan pelaksanaan, pengaturan kelembagaan dan koordinasi antar lembaga, manajemen kinerja dari sumber daya manusia, proses seleksi dan administrasi penerima manfaat, validasi kepatuhan penerima manfaat, strategi kelulusan, Sistem Informasi Manajemen, sistem pemantauan dan evaluasi, mekanisme penyaluran bantuan, dan sistem penanganan pengaduan. Selain kunjungan lapangan juga akan dilakukan sharing informasi tentang tatacara pembayaran melalui Kartu Keluarga Sejahtera yang menggunakan tabungan dan  e-wallet bersama Bank Dunia Mexico.