Kerinci (12/2) – Dalam rangka kampanye Gerakan Memasyarakatkan Makan Ikan (Gemarikan), Menteri Kelautan dan Perikanan Susi Pudjiastuti menjadi pembicara dalam kegiatan bertajuk “Ayo Makan Ikan untuk Mencegah Stunting” di Kabupaten Kerinci, Provinsi Jambi, Senin (11/2).
Kegiatan tersebut dimeriahkan dengan demo memasak menu makanan ikan dan makan ikan bersama sekitar 200 anak sekolah.
Dalam kegiatan tersebut, Menteri Susi didampingi Sekretaris Jenderal Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP), Nilanto Perbowo; Direktur Jenderal Penguatan Daya Saing Produk Kelautan dan Perikanan (PDSPKP), Rifky Effendi Hardijanto; Direktur Jenderal Perikanan Budidaya, Slamet Soebjakto; Direktur Jenderal Perikanan Tangkap, M. Zulficar Mochtar; Direktur Jenderal Pengelolaan Ruang Laut, Brahmantya Satyamurti Poerwadi; Kepala Badan Karantina Ikan, Pengendalian Mutu dan Keamanan Hasil Perikanan (BKIPM), Rina; Kepala Badan Riset dan Sumber Daya Manusia Kelautan dan Perikanan (BRSDM), Sjarief Widjaja; dan Anggota IV Badan Pemeriksa Keuangan (BPK), Rizal Djalil.
Dalam sambutannya, Menteri Susi menyebut bahwa angka konsumsi ikan per kapita masyarakat Jambi masih sangat rendah, jauh di bawah angka konsumsi ikan nasional yang mencapai 50,69 kg per kapita di tahun 2018 lalu. Hal ini menjadi ironi, mengingat Jambi khususnya masyarakat Kerinci memiliki Danau Kerinci seluas 4,6 km persegi yang kaya dengan hasil perikanan. Ia menilai persoalan ini harus segera ditanggulangi guna mencegah masyarakat sekitar tumbuh tidak optimal atau mengalami stunting.
Menteri Susi mengatakan, ikan mengandung banyak nutrisi seperti protein, omega 3, kalsium, dan fosfor yang baik bagi tumbuh kembang tubuh dan otak manusia.
“Bukan cuma laut, danau ada, sungai juga ada, lubuk ada, rawa juga ada, dan semua wilayah air itu berpotensi untuk menghasilkan (komoditi perikanan dengan kandungan) protein sangat tinggi,” tuturnya.
Oleh karena itu, ia mendorong masyarakat Kabupaten Kerinci untuk meningkatkan konsumsi ikan sehari-hari. Untuk mendorong kegiatan budidaya masyarakat, menurut Menteri Susi, KKP dapat menyediakan bantuan mesin-mesin pembuat pakan mandiri (Gerakan Pakan Mandiri/Gerpari). Hal ini untuk mengurangi ongkos yang harus dikeluarkan pembudidaya untuk membeli pakan dari pabrik yang dijual dengan harga tinggi.
Menteri Susi juga menyampaikan, masyarakat di imbau untuk melakukan swasembada pangan. Bahan-bahan makanan yang dapat diproduksi di daerah sendiri tak perlu disuplai dari luar. Utamanya hasil-hasil pertanian dan perikanan, di mana 75 persen masyarakat Kerinci menggantungkan hidup dari kedua sektor tersebut.
Agar kebutuhan pangan khususnya hasil perikanan dapat terpenuhi, Menteri Susi mengimbau masyarakat untuk menjaga kelestarian dan keberlanjutan sumber daya perikanan. Salah satunya dengan memperhatikan daya dukung lingkungan dan menghindari eksploitasi berlebihan.
“Danau Kerinci yang cantik ini, selama ini telah membantu Bapak dan Ibu menghasilkan uang untuk menyekolahkan anak, membangun rumah, dan membangun hal lainnya. Jangan sampai berubah menjadi malapetaka. Belajarlah dari kejadian-kejadian yang sudah terjadi di Jawa Barat, di Maninjau, di Singkarak, di Toba, di mana terjadi kematian massal ikan karena tidak terkontrolnya jumlah populasi keramba jaring apung (KJA),” tutur Menteri Susi.
Ia pun berpesan, agar Pemda setempat memperhatikan daya dukung danau terhadap budidaya KJA. Ia meminta masyarakat tidak memaksa menambah jumlah KJA jika memang sudah mencapai limit. “Jika danaunya daya dukungnya tidak kuat, akan terjadi hydrogen sulfide naik, upwelling, akhirnya ikan Bapak-bapak mati semua, ribuan ton ikan mati. Kita menanam ikan hanya untuk kematian, utang ke perbankan tidak bisa bayar,” Menteri Susi mengingatkan.
Menurutnya, warga Kerinci masih memiliki alternatif lahan budidaya ikan lain, yaitu banyaknya lubuk-lubuk besar. Lubuk ini menurutnya dapat dibangun menjadi embung tempat memelihara ikan ketimbang memaksakan KJA di danau yang sudah mencapai batas.
“Selain kerugian materi, (ekploitasi danau lewat KJA) juga berdampak bagi kerugian lingkungan. Danau menjadi kotor, keruh, dan bau.”
Menurut Menteri Susi, Danau Kerinci juga sangat berpotensi dijadikan daerah pariwisata dengan kondisi alam yang indah. Namun untuk itu, kebersihan lingkungan harus dijaga dengan tidak membuang sampah ke danau, terutama sampah plastik. “Pemakaian sampah sekali pakai dikurangi. Sedotan tidak perlu lagi, wong (minum) dari gelas bisa. Makan kelapa muda langsung juga lebih enak. Kantong kresek bisa diganti dengan kantong kain atau ganepo yang tahan bertahun-tahun,” pesannya.
Dengan demikian, ekosistem produktif dapat terjaga. Saluran air tidak tersumbat sampah yang dapat menyebabkan banjir.
Sementara itu, Bupati Kerinci, Adirozal mengatakan, Pemda setempat terus berupaya mendorong peningkatan konsumsi ikan masyarakat Kerinci. Salah satunya dengan melakukan penebaran benih ikan semah, ikan khas andalan Kerinci. Menurutnya, pihaknya juga telah melakukan pelatihan teknis dan pengamanan suaka perikanan Danau Kerinci sehingga diharapkan produksi perikanan dan tangkapan nelayan meningkat.
Namun demikian, ia mengakui, kawasan usaha perikanan Kerinci memang belum dikelola secara optimal. Kendalanya adalah kurangnya permodalan, mahalnya pakan ikan, kurangnya ketersediaan benih unggul, dan kurangnya sarana prasarana pembenihan maupun pengawasan.
Untuk itu, ia merasa sangat terbantu dengan kehadiran KKP yang membawa solusi bantuan permodalan nelayan, gerakan pakan madiri, dan penyerahan sejumlah bantuan bibit ikan.
“Kedatangan KKP ini menjadi penyemangat bagi kami untuk melakukan pembangunan di bidang perikanan,” katanya.
Sebagai informasi, dalam kegiatan tersebut, KKP menyerahkan bantuan 300.000 ekor benih ikan mas; 300.000 ekor benih ikan nila; 120.000 ekor benih ikan lele; 120.000 ekor benih ikan jelawat dan nilem; 10 ton pakan ikan mandiri; 2 paket budidaya sistem bioflok; 3 unit chest freezer; dan 1 unit mobil pendingin.
Dalam kesempatan tersebut, KKP juga memberikan secara simbolis pinjaman Badan Layanan Umum Lembaga Pinjaman Modal Usaha Kelautan dan Perikanan (BLU LPMUKP) kepada tiga Kelompok Pembudidaya Ikan (Pokdakan) masing-masing senilai Rp150 juta, Rp100 juta, dan Rp500 juta. Dilakukan pula penyerahan sertifikat keikutsertaan sekolah lapang.
Bantuan benih ikan jelawat dan nilem yang diserahkan kemudian dilepasliarkan Menteri Susi di Danau Kerinci.