Tahun 2018, Prodia Catat Kenaikan Laba Bersih 16,35% Jadi Rp 175,45 Miliar

Jakarta, 22 Maret 2019 –  PT Prodia  Widyahusada Tbk (Kode saham: PRDA) berhasil mencatatkan kenaikan laba bersih sebesar Rp 175,45 miliar pada tahun 2018, lebih tinggi 16,35% dibandingkan tahun sebelumnya yang mencapai Rp 150,80 miliar.

Pendapatan Bersih Perseroan juga tumbuh sebesar 9,12% menjadi Rp 1.599,76 miliar, dibandingkan tahun sebelumnya sebesar Rp 1.466,02 miliar.

Read More

Perseroan juga membukukan kenaikan EBITDA sebesar 16,08% dari Rp 239,05 miliar pada tahun 2017 menjadi Rp 277,49 miliar pada tahun 2018. Margin EBITDA juga berhasil ditingkatkan menjadi 17,35%.

 

Direktur Utama Prodia Dewi Muliaty, menjelaskan bahwa kinerja positif yang ditorehkan oleh Perseroan pada tahun 2018 mencerminkan keberhasilan Prodia dalam menjaga pertumbuhan bisnisnya. “Di tengah kondisi pasar yang penuh tantangan pada tahun 2018, Perseroan tetap mampu menjaga pertumbuhan pendapatan, EBITDA, dan laba yang cukup baik. Kami berhasil mencapai target laba bersih dengan terus berfokus pada keunggulan dan efisiensi operasional. Kami optimis dapat mempertahankan posisi keuangan yang sehat pada tahun-tahun mendatang,” jelas Dewi.

Laba bersih Perseroan mengalami kenaikan seiring dengan peningkatan pendapatan bersih Perseroan. Pada tahun 2018, pendapatan tes laboratorium tercatat sebesar Rp 1.408,87 miliar atau berkontribusi sekitar 88,06%  kepada Pendapatan Perseroan. Hal ini menunjukkan kuatnya kinerja bisnis inti Perseroan dan keunggulan operasional Prodia. Pendapatan non laboratorium meningkat menjadi Rp 204,47 miliar, atau naik sebesar 8,90% dibanding tahun sebelumnya yang mencapai Rp 187,76 miliar.

 

Di samping itu, pendapatan dari masing-masing segmen pelanggan juga turut mengalami peningkatan dan memberikan kontribusi yang signifikan terhadap pendapatan Perseroan. Segmen pelanggan individu dan rujukan dokter menyumbang masing-masing sekitar 32,32% dan 30,01% kepada pendapatan Perseroan. Sedangkan, kontribusi segmen referensi pihak ketiga dan klien korporasi sekitar 20,68% dan 16,98% terhadap pendapatan Perseroan.

Sepanjang tahun 2018, jumlah pemeriksaan mencapai 15.9 juta dan jumlah kunjungan mencapai 2.5 juta.  Jumlah permintaan tes esoterik mengalami peningkatan sebesar 9,0% pada tahun 2018 menjadi 517 ribu tes, dari 474 ribu tes di 2017. Pendapatan tes esoterik mengalami peningkatan sebesar 17.3% pada tahun 2018 menjadi Rp 254,86 miliar dari Rp 217,33 miliar di 2017 atau berkontribusi sekitar 15,9% kepada pendapatan Perseroan 2018.

Pada tahun 2018, total aset Perseroan mencapai Rp 1.930,38 miliar, atau lebih tinggi Rp 82,18 miliar dibandingkan tahun sebelumnya. Aset lancar menjadi Rp 1.202,10 miliar dan Aset non lancar menjadi  Rp 728,29 miliar. Sedangkan, total liabilitas turun sekitar 24,10% menjadi Rp  368,22 miliar dibandingkan tahun 2017 yang mencapai Rp 485,11 miliar. Adapun total liabilitas jangka pendek turun menjadi             Rp 164,28  miliar dan total liabilitas jangka panjang Rp 203,93 miliar.

 

Total Ekuitas naik sekitar Rp 199,08 miliar atau 14,60% menjadi sebesar Rp 1.562,17 miliar dibandingkan tahun sebelumnya yang mencapai Rp 1.363,09 miliar pada tahun 2018. Dari sisi arus kas, Perseroan berhasil mempertahankan arus kas bersih dari aktivitas operasi dalam posisi surplus menjadi sebesar      Rp 239,83 miliar meningkat  Rp 146,36 miliar, dibandingkan tahun 2017 yang mencapai Rp 93,47 miliar.  Peningkatan akun arus kas bersih dari aktivitas operasi ini disebabkan oleh meningkatnya penerimaan kas dari pelanggan sebesar Rp 1.564,99 miliar pada tahun 2018.

Beban usaha mengalami peningkatan sekitar 8% menjadi Rp 770,42 miliar dibandingkan tahun sebelumnya yang mencapai Rp 712,69 miliar. Hal ini disebabkan diantaranya karena meningkatnya beban pemasaran dan beban umum dan administrasi yang masing-masing mencapai sebesar Rp 46,17 miliar dan Rp 724,25 miliar.

Per 31 Desember 2018, Perseroan menggunakan sekitar Rp 456,87 miliar dari total dana hasil bersih penawaran umum senilai kurang lebih Rp 1.148 miliar. Dana penawaran umum tersebut digunakan untuk pengembangan jejaring outlet, modal kerja, serta investasi jangka pendek dan jangka panjang.

 

Pada tahun 2018, telah membuka sejumlah cabang baru diantaranya di kota Sorong, Jember, Sukabumi, Sampit, Bengkulu, dan Jepara. Hingga akhir tahun 2018, Perseroan telah mengoperasikan jejaring layanan sebanyak 292 outlet, termasuk diantaranya 143 laboratorium klinik, di 34 provinsi dan 123 kota di seluruh Indonesia.

Prodia juga telah meluncurkan Pemeriksaan Cancer Risk (CArisk) yang merupakan pemeriksaan genomik yang digunakan untuk menganalisis lebih dari 64 gen dan 65 varian terkait dengan risiko 9 jenis kanker yaitu kanker payudara, usus besar atau kolorektal, serviks, hati, pankreas, paru, lambung, tiroid dan uterus. Adapun pemeriksaan genomik risk lainnya yang akan dikembangkan, dapat digunakan untuk memprediksi risiko penyakit kardiovaskular, hipertensi, diabetes, dan autoimun berdasarkan genetiknya.

Disamping itu, Prodia juga menyediakan pemeriksaan mutasi gen EGFR ctCDNA dan ultrasensitive EGFR Mutation T790M untuk menetapkan pengobatan kanker paru; ProHealthy Gut untuk pemeriksaan kesehatan usus, ProSafe untuk pemeriksaan non-invasive prenatal testing (NIPT) yaitu pemeriksaan unggulan untuk memprediksi risiko kehamilan bayi down syndrome; serta kerjasama rujukan Analisis Telomere untuk mengetahui usia biologis individu. Prodia merupakan laboratorium klinik pelopor di Indonesia yang menyediakan tes-tes pemeriksaan terbaru.

“Dengan menjaga kinerja keuangan yang sehat, mengedepankan keunggulan operasional yang didukung oleh sumber daya manusia yang kompeten dan sistem teknologi informasi yang mumpuni, Prodia secara konsisten mampu menciptakan nilai tambah yang berkelanjutan bagi pemangku kepentingan serta bertransformasi menjadi penyedia jasa layanan kesehatan Next Generation dengan jejaring layanan terbesar di Indonesia,” tambah Dewi.

Related posts

Leave a Reply