Jakarta, 26 Juli 2021. Belanja online sudah menjadi kebiasaan baru di masyarakat Indonesia saat ini, terutama dalam beberapa tahun terakhir. Tidak heran, berdasarkan survei Nielsen sebanyak 30% responden memilih untuk lebih sering berbelanja online saat pandemi. Mereka mengikuti kebijakan pemerintah untuk mengurangi mobilitas di luar rumah. Hal ini secara tidak langsung membuat para konsumen menjadi lebih selektif untuk mencari penawaran terbaik dari barang-barang yang dijual di beragam toko online.
Persaingan harga di marketplace saat ini bisa dibilang cukup tinggi pula. Pembeli tidak lagi harus bersusah payah membandingkan dari toko fisik satu ke yang lain dengan datang langsung. Mereka tinggal memasukkan keyword barang yang ingin mereka beli dan muncullah beragam opsi barang dari beragam toko online. “Pas belanja online, aku pastinya bakal cek dulu harga-harganya sih. Soalnya makin gampang, bahkan sampe pusing milihnya,” ujar Annisa Andarini, pembeli online yang saat ini bekerja penuh dari rumah.
Apa dampaknya ke pelaku bisnis online? Mau tidak mau mereka harus memberikan rewards kepada pembelinya. Bisa dalam bentuk poin, cashback, voucher, stamp, potongan harga, dan lain-lain. Rewards ini selain membuat pembeli lebih hemat dalam berbelanja, mereka juga akan lebih senang dan ‘setia’. Data terkait dari Mckinsey&Co menyebutkan bahwa pembeli online yang loyal cenderung bertransaksi dua kali lebih banyak.
Yang lebih menarik, ternyata rewards ini bukan hanya diberikan oleh pengelola toko online, tetapi juga dari penyedia e-wallet (dompet elektronik). Hal ini tidak lepas dari kemudahan penggunaan yang ditawarkan e-wallet saat berbelanja online, sehingga penggunanya naik sejalan dengan konsumen dari online shopping.
“Fenomena ini sebenarnya sangat wajar. Saat ini kami juga memiliki salah satu mitra yang bergerak di industri dompet digital. Setelah mereka menjalankan sistem reward OttoPoint di aplikasi mereka, transaksi pengguna semakin meningkat. Rata-rata mitra kami telah berhasil menaikkan frekuensi transaksi sebanyak 25 persen dan volume transaksi 35 persen dalam waktu kurang lebih tiga bulan,” ucap James Hamdani, CEO OttoPoint, perusahaan penyedia program loyalitas.
Dia mengatakan juga bahwa konsep coalition loyalty program seperti yang diusung oleh OttoPoint merupakan salah satu yang menguntungkan di tengah pandemi. Karena efektif dan efisien dari segi biaya maupun operasional, sekaligus bisa menjadi solusi bagi perusahaan yang ingin menjaga eksklusifitas brand-nya. “Pelanggan dari mitra kami juga akhirnya banyak yang mengaku senang, karena sistem loyalitas ini membuat pengguna bisa mengumpulkan poin dan reward dalam waktu yang lebih cepat dibandingkan program rewards lainnya,” tutup James.
Program rewards apapun sebaiknya berorientasi jangka panjang. Jadi tidak terlihat ‘manis’ di depan dengan menghasilkan transaksi tinggi, tetapi ternyata berbiaya tinggi dan tidak bisa berkelanjutan. Coalition loyalty program bisa jadi cara untuk memenangkan persaingan.